Diplomat AS Sebut Aung San Suu Kyi Terisolasi

Sabtu, 27 Januari 2018 - 11:42 WIB
Diplomat AS Sebut Aung...
Diplomat AS Sebut Aung San Suu Kyi Terisolasi
A A A
YANGON - Pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, terisolasi dan hidup dalam "gelembung". Hal itu dikatakan oleh politisi veteran Amerika Serikat (AS), Bill Richardson.

Richardson belum lama ini keluar ini sebuah panel internasional yang menasihati pemerintah Myanmar mengenai krisis Rohingya setelah cekcok dengan perain Nobel tersebut.

Richardson mengungkapkan Aung San Suu Kyi telah mengembangkan "mentalitas pengepungan" di kantornya. Namun ia menambahkan bahwa pemerintah Barat harus terus terlibat dengan Myanmar dan Aung San Suu Kyi, yang ia sebut sebagai teman lama, tetap merupakan harapan terbaik negara tersebut untuk perubahan.

"Hubungan dengan Barat, dengan kelompok hak asasi manusia, dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan media internasional sangat buruk," katanya.

"Dan menurut saya Aung San Suu Kyi telah membawa hal ini pada dirinya sendiri, penghinaan konstan masyarakat internasional, yang menurut saya bisa sangat membantu baginya. Dia tampaknya terisolasi. Dia tidak banyak bepergian ke negara ini. Kupikir dia telah mengembangkan gelembung klasik," imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (27/1/2018).

Richardson mengundurkan diri dari dewan penasihat pemerintah Myanmar pada hari Rabu, saat kunjungan pertama panel tersebut ke negara bagian Rakhine yang bermasalah. Richardson mengklaim bahwa panel tersebut dibentuk untuk menutup-nutupi kesalahan.

Baca Juga: Kecam Suu Kyi, Diplomat AS Mundur dari Panel Rohingya

Sekitar 688 ribu Muslim Rohingya telah melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh dalam beberapa bulan terakhir. Mereka menyelamatkan diri untuk menghindari tindakan brutal tentara Myanmar setelah serangan gerilyawan terhadap pasukan keamanan.

"Saya pikir militer Myanmar harus disalahkan banyak dan satu-satunya orang yang bisa mengubahnya, saya yakin, adalah Aung San Suu Kyi, dan dia harus mulai melakukan itu," kata Richardson.

Kantor Suu Kyi mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis malam bahwa pemerintahnya telah meminta Richardson untuk mengundurkan diri dan menuduhnya melakukan "agenda sendiri".

Mantan Gubernur New Mexico itu menolak tudingan tersebut. Ia mengatakan bahwa dia telah menginformasikan duta besar AS di Yangon dan Departemen Luar Negeri AS bahwa dia bermaksud untuk mengundurkan diri namun tidak meminta izin atau izin mereka untuk melakukannya.

Richardson mengatakan bahwa sebelum melakukan perjalanan ke Myanmar, dia ditelepon oleh menteri luar negeri AS, Rex Tillerson. Namun dia menolak untuk mengungkapkan rincian pembicaraannya dengan kepala diplomat tersebut dalam pemerintahan Donald Trump.

Sebuah pernyataan terpisah dari sembilan anggota dewan penasihat yang tersisa pada hari Kamis mengatakan bahwa mereka bertemu minggu ini "dengan pikiran terbuka" dan menolak kritik Richardson bahwa dia takut panel tersebut akan digunakan sebagai "regu pemandu sorak".

Richardson sebelumnya mengatakan bahwa dia terlibat pertengkaran dengan Aung San Suu Kyi pada makan malam Senin malam saat dia mengemukakan kasus dua wartawan Reuters, yang ditangkap pada 12 Desember karena dicurigai melanggar undang-undang rahasia Myanmar.

"Ketika saya membuka dialog saya dengannya, itu adalah isu nomor satu saya, lepaskan para jurnalis. Dan dia meledak," katanya pada hari Jumat.

Wartawan Wa Lone (31) dan Kyaw Soe Oo (27) tengah bekerja dalam liputan Reuters mengenai krisis di Rakhine.

Pasukan bersenjata Myanmar telah dituduh oleh saksi Rohingya dan aktivis hak asasi manusia untuk melakukan pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran di Rakhine dalam sebuah kampanye yang dilakukan oleh pejabat senior di PBB dan Amerika Serikat sebagai pembersihan etnis. Myanmar menolak label tersebut dan telah menolak hampir semua tuduhan tersebut.

Bangladesh dan Myanmar sepakat pada awal bulan ini untuk menyelesaikan repatriasi sukarela dari semua pengungsi. Sisa anggota dewan penasehat pada hari Rabu melakukan tur ke kamp-kamp sementara yang telah disiapkan pemerintah untuk menampung etnis Rohingya yang kembali.

Richardson mengatakan bahwa dia tidak yakin bahwa kondisi belum idela untuk memulai proses pemulangan.

"Saya percaya bahwa pemerintah Myanmar telah menekankan kecepatan, bukan sistem," katanya.

"Terlalu banyak penekanan pada hasil yang cepat daripada memastikan bahwa keamanan terjamin," tukasnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1006 seconds (0.1#10.140)