Dianggap Lakukan Intervensi, Venezuela Usir Duta Besar Spanyol
A
A
A
CARACAS - Venezuela telah mengusir duta besar Spanyol untuk Caracs, Jesus Silva Fernandez. Venezuela menudingnya telah mencampuri urusan dalam negerinya. Namun Spanyol menolak tuduhan tersebut dan mengatakan akan melakukan tindakan balasan.
Pengumuman tersebut disampaikan setelah Uni Eropa memberlakukan larangan bepergian dan membekukan aset tujuh pejabat senior Venezuela. Presiden Venezuela, Nicolas Maduro telah menuduh Spanyol mendorong sanksi Uni Eropa dan merencanakan untuk menggulingkannya seperti dikutip dari BBC, Jumat (26/1/2018).
Uni Eropa telah menyatakan keprihatinannya atas pelanggaran hak asasi manusia selama demonstrasi anti-pemerintah di mana lebih dari 120 orang terbunuh tahun lalu.
Pada hari Selasa, Majelis Konstituante Venezuela mengumumkan bahwa mereka mengumumkan pemilihan presiden lebih awal. Menteri Luar Negeri Jorge Arreaza mengatakan langkah tersebut merupakan reaksi terhadap sanksi Uni Eropa.
Pemungutan suara, yang secara tradisional diadakan pada bulan Desember, akan berlangsung pada akhir April.
Maduro, yang akan bertahan selama enam tahun lagi, mengatakan sudah waktunya untuk mengakhiri ancaman imperialis.
Venezuela memiliki tingkat inflasi tertinggi di dunia dan telah bertahun-tahun berjuang terhadap kekurangan kebutuhan dasar, termasuk obat-obatan.
Maduro menyalahkan sabotase ekonomi internasional - yang menurutnya dipimpin oleh Spanyol dan Amerika Serikat (AS) - atas situasi itu.
"Donald Trump tidak akan membuat keputusan di Venezuela, Perdana Menteri SpanyolP Mariano Rajoy tidak akan membuat keputusan di Venezuela. Rakyat Venezuela akan melakukannya," katanya kepada ribuan pendukungnya pada sebuah demonstrasi di Caracas pada hari Selasa.
Bulan lalu Venezuela mengusir duta besar Brasil dan Kanada untuk Caracas, juga dengan tuduhan telah melakukan interferensi. Brasil dan Kanada membalas dengan mengusir duta besar Venezuela masing-masing.
Pengumuman tersebut disampaikan setelah Uni Eropa memberlakukan larangan bepergian dan membekukan aset tujuh pejabat senior Venezuela. Presiden Venezuela, Nicolas Maduro telah menuduh Spanyol mendorong sanksi Uni Eropa dan merencanakan untuk menggulingkannya seperti dikutip dari BBC, Jumat (26/1/2018).
Uni Eropa telah menyatakan keprihatinannya atas pelanggaran hak asasi manusia selama demonstrasi anti-pemerintah di mana lebih dari 120 orang terbunuh tahun lalu.
Pada hari Selasa, Majelis Konstituante Venezuela mengumumkan bahwa mereka mengumumkan pemilihan presiden lebih awal. Menteri Luar Negeri Jorge Arreaza mengatakan langkah tersebut merupakan reaksi terhadap sanksi Uni Eropa.
Pemungutan suara, yang secara tradisional diadakan pada bulan Desember, akan berlangsung pada akhir April.
Maduro, yang akan bertahan selama enam tahun lagi, mengatakan sudah waktunya untuk mengakhiri ancaman imperialis.
Venezuela memiliki tingkat inflasi tertinggi di dunia dan telah bertahun-tahun berjuang terhadap kekurangan kebutuhan dasar, termasuk obat-obatan.
Maduro menyalahkan sabotase ekonomi internasional - yang menurutnya dipimpin oleh Spanyol dan Amerika Serikat (AS) - atas situasi itu.
"Donald Trump tidak akan membuat keputusan di Venezuela, Perdana Menteri SpanyolP Mariano Rajoy tidak akan membuat keputusan di Venezuela. Rakyat Venezuela akan melakukannya," katanya kepada ribuan pendukungnya pada sebuah demonstrasi di Caracas pada hari Selasa.
Bulan lalu Venezuela mengusir duta besar Brasil dan Kanada untuk Caracas, juga dengan tuduhan telah melakukan interferensi. Brasil dan Kanada membalas dengan mengusir duta besar Venezuela masing-masing.
(ian)