Palestina: Perkataan dan Tindakan Israel Tidak Selaras
A
A
A
RAMALLAH - Nasser al-Kidwa, seorang pejabat senior Palestina mengatakan, perkataan dan tindakan para pejabat Israel tidak pernah selaras. Ini merupakan respon atas pernyataan yang dilontarkan oleh Menteri Kerjasama Regional Israel, Tzachi Hanegbi.
Dalam sebuah pernyataan, al-Kidwa menyatakan, ia tidak akan pernah percaya dengan yang disampaikan pleh Hagebi. Alasanya, karena apa yang disampaikan oleh pajabat AS, dengan fakta yang terjadi di lapangan, jelas bertolak belakang.
"Sementara pejabat Israel berbicara tentang perdamaian dan negosiasi, pemerintah mereka menciptakan fakta-fakta yang akan merusak solusi dua negara," kata al-Kidwa seperti dilansir Al Jazeera pada Minggu (7/1).
"Melanjutkan pendudukan militer Israel dan membangun pemukiman ilegal Israel di Yerusalem Timur yang diduduki dan Tepi Barat tidak akan mengakhiri konflik," tukasnya.
Sebelumnya diwartakan, Hanegbi mengatakan bahwa keputusan Trump pada 6 Desember seharusnya tidak menghalangi klaim Palestina untuk menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibukota mereka. Hal ini juga berlaku bagi Israel.
Dia kemudian mengatakan dia percaya bahwa solusi dua negara masih belum mati, karena menurutnya kedua belah pihak sejatinya masih memiliki keinginan untuk menggelar pembicaraan damai. Dalam solusi dua negara, Yerusalem akan menjadi Ibu Kota bersama Israel-Palestina.
"Kami mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukota kami dan tidak boleh dibagi, tapi itu hanya klaim, bukan diktat. Palestina dapat mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibukota mereka dan kita dapat menegosiasikan sebuah permukiman. Meskipun kita mencaplok Yerusalem Timur, tetap saja semuanya bisa dinegosiasikan," ucap Hagebi.
Dalam sebuah pernyataan, al-Kidwa menyatakan, ia tidak akan pernah percaya dengan yang disampaikan pleh Hagebi. Alasanya, karena apa yang disampaikan oleh pajabat AS, dengan fakta yang terjadi di lapangan, jelas bertolak belakang.
"Sementara pejabat Israel berbicara tentang perdamaian dan negosiasi, pemerintah mereka menciptakan fakta-fakta yang akan merusak solusi dua negara," kata al-Kidwa seperti dilansir Al Jazeera pada Minggu (7/1).
"Melanjutkan pendudukan militer Israel dan membangun pemukiman ilegal Israel di Yerusalem Timur yang diduduki dan Tepi Barat tidak akan mengakhiri konflik," tukasnya.
Sebelumnya diwartakan, Hanegbi mengatakan bahwa keputusan Trump pada 6 Desember seharusnya tidak menghalangi klaim Palestina untuk menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibukota mereka. Hal ini juga berlaku bagi Israel.
Dia kemudian mengatakan dia percaya bahwa solusi dua negara masih belum mati, karena menurutnya kedua belah pihak sejatinya masih memiliki keinginan untuk menggelar pembicaraan damai. Dalam solusi dua negara, Yerusalem akan menjadi Ibu Kota bersama Israel-Palestina.
"Kami mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukota kami dan tidak boleh dibagi, tapi itu hanya klaim, bukan diktat. Palestina dapat mengklaim Yerusalem Timur sebagai ibukota mereka dan kita dapat menegosiasikan sebuah permukiman. Meskipun kita mencaplok Yerusalem Timur, tetap saja semuanya bisa dinegosiasikan," ucap Hagebi.
(esn)