Presiden Korsel Temui Eks Wanita Penghibur Tentara Jepang
A
A
A
SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in pada hari Kamis (4/1/2018) dijadwalkan bertemu dengan para wanita yang dipaksa bekerja di rumah bordil untuk melayani nafsu tentara Jepang pada Perang Dunia II. Para mantan budak seks itu dikenal sebagai “wanita penghibur”.
Langkah Presiden Moon ini berpotensi memicu ketegangan dalam hubungan Korsel dan Jepang.
Pada tahun 2015, Jepang telah menyetujui sebuah kesepakatan untuk mengakhiri polemik “wanita penghibur” yang jadi sorotan dunia. Namun, sebuah panel Korsel yang dibentuk untuk menyelidiki kesepakatan itu mengatakan bahwa kesepakatan tersebut gagal memenuhi kebutuhan para mantan wanita penghibur.
Para sejarawan menyatakan, ada ribuan perempuan yang dipaksa sebagai budak seks tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Mereka yang jadi korban adalah wanita Korea, China dan negara Asia lain termasuk Indonesia.
Moon mengatakan, kesepakatan tahun 2015, dimana Jepang meminta maaf kepada korban dan memberikan dana sebesar 1 miliar yen (USD8,8 juta) untuk membantu mereka, benar-benar cacat. Namun, Jepang menegaskan bahwa setiap usaha untuk merevisi kesepakatan itu bisa merusak hubungan kedua negara.
Kantor Presiden Moon—yang dikenal sebagai Blue House—mengatakan bahwa presiden akan bertemu dengan sekelompok wanita tersebut untuk makan siang. Namun, tidak disebutkan jumlah wanita tersebut.
Langkah Presiden Moon ini seperti dikutip Reuters, bisa dijadikan alat ukur reaksi publik Korsel terhadap posisi pemerintahannya terkait kesepakatan dengan Jepang.
Para aktivis Korsel memperkirakan bahwa kemungkinan ada sebanyak 200.000 wanita Korea yang dipaksa bekerja di rumah bordil pada masa Perang Dunia II. Ada 32 dari mereka yang terdaftar dalam kelompok sipil Korsel yang dibentuk untuk menjaga hak-hak mereka.
Pertemuan ini akan menjadi kali kedua setelah pada November lalu para mantan wanita penghibur itu diundang ke Blue House untuk makan malam ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkunjung.
Tindakan Moon telah menimbulkan kekhawatiran di Jepang, di mana media setempat melaporkan bahwa Perdana Menteri Shinzo Abe dilaporkan tidak akan mengunjungi Korsel untuk Olimpiade Musim Dingin pada bulan depan.
Gejala ketegangan Korsel dan Jepang ini terjadi justru di saat kedua sekutu Amerika Serikat tersebut mencoba untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman program senjata nuklir dan rudal Korea Utara.
Langkah Presiden Moon ini berpotensi memicu ketegangan dalam hubungan Korsel dan Jepang.
Pada tahun 2015, Jepang telah menyetujui sebuah kesepakatan untuk mengakhiri polemik “wanita penghibur” yang jadi sorotan dunia. Namun, sebuah panel Korsel yang dibentuk untuk menyelidiki kesepakatan itu mengatakan bahwa kesepakatan tersebut gagal memenuhi kebutuhan para mantan wanita penghibur.
Para sejarawan menyatakan, ada ribuan perempuan yang dipaksa sebagai budak seks tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Mereka yang jadi korban adalah wanita Korea, China dan negara Asia lain termasuk Indonesia.
Moon mengatakan, kesepakatan tahun 2015, dimana Jepang meminta maaf kepada korban dan memberikan dana sebesar 1 miliar yen (USD8,8 juta) untuk membantu mereka, benar-benar cacat. Namun, Jepang menegaskan bahwa setiap usaha untuk merevisi kesepakatan itu bisa merusak hubungan kedua negara.
Kantor Presiden Moon—yang dikenal sebagai Blue House—mengatakan bahwa presiden akan bertemu dengan sekelompok wanita tersebut untuk makan siang. Namun, tidak disebutkan jumlah wanita tersebut.
Langkah Presiden Moon ini seperti dikutip Reuters, bisa dijadikan alat ukur reaksi publik Korsel terhadap posisi pemerintahannya terkait kesepakatan dengan Jepang.
Para aktivis Korsel memperkirakan bahwa kemungkinan ada sebanyak 200.000 wanita Korea yang dipaksa bekerja di rumah bordil pada masa Perang Dunia II. Ada 32 dari mereka yang terdaftar dalam kelompok sipil Korsel yang dibentuk untuk menjaga hak-hak mereka.
Pertemuan ini akan menjadi kali kedua setelah pada November lalu para mantan wanita penghibur itu diundang ke Blue House untuk makan malam ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkunjung.
Tindakan Moon telah menimbulkan kekhawatiran di Jepang, di mana media setempat melaporkan bahwa Perdana Menteri Shinzo Abe dilaporkan tidak akan mengunjungi Korsel untuk Olimpiade Musim Dingin pada bulan depan.
Gejala ketegangan Korsel dan Jepang ini terjadi justru di saat kedua sekutu Amerika Serikat tersebut mencoba untuk bekerja sama dalam menghadapi ancaman program senjata nuklir dan rudal Korea Utara.
(mas)