Sebut Reaksi Palestina Berlebihan, Hamas: Dubes AS Rasis!
Minggu, 31 Desember 2017 - 14:43 WIB

Sebut Reaksi Palestina Berlebihan, Hamas: Dubes AS Rasis!
A
A
A
GAZA CITY - Kelompok pembebasan Hamas mengecam pernyataan Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Israel, David Friedman, terkait reaksi warga Palestina atas pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Menurut juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, ucapan Friedman adalah cerminan rasisme.
Sebelumnya Friedman menyebut reaksi Palestina terkait pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel sangat jelek, tidak perlu provokatif, dan anti-Semit.
Baca Juga: Dubes AS untuk Israel: Reaksi Palestina Berlebihan
"Deskripsi Friedman terhadap reaksi Palestina mencerminkan rasisme duta besar ini, ketidaktahuannya akan sejarah dan juga mengabaikan hak-hak dan hukum internasional Palestina," kata Barhoum dalam sebuah pernyataan.
"Dengan kebijakan ini, mereka (orang Amerika) adalah mitra pendudukan dalam semua kejahatannya terhadap orang dan kesucian kita," imbuhnya seperti dikutip dari Anadolu, Minggu (31/12/2017).
Menurut Barhoum, pernyataan Friedman akan membenarkan langkah Palestina untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah AS dan mengakhiri kesepakatan Oslo.
Pada bulan September 1993, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Israel menandatangani Perjanjian Perdamaian Oslo yang mengakibatkan pembentukan keputusan sendiri untuk orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kesepakatan tersebut menetapkan warga Palestina harus menahan diri dari perlawanan bersenjata dan memiliki kerja sama keamanan dengan Israel.
Ketegangan telah meningkat di wilayah Palestina sejak 6 Desember ketika Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, yang memicu demonstrasi di Tepi Barat dan Gaza.
Sejak saat itu, setidaknya 15 warga Palestina telah menjadi martir - dan ribuan lainnya terluka - dalam bentrokan sengit dengan pasukan keamanan Israel.
Yerusalem tetap menjadi inti konflik Timur Tengah, dengan orang-orang Palestina berharap bahwa Yerusalem Timur - yang diduduki oleh Israel sejak 1967 - pada akhirnya dapat berfungsi sebagai Ibu Kota negara Palestina.
Sebelumnya Friedman menyebut reaksi Palestina terkait pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel sangat jelek, tidak perlu provokatif, dan anti-Semit.
Baca Juga: Dubes AS untuk Israel: Reaksi Palestina Berlebihan
"Deskripsi Friedman terhadap reaksi Palestina mencerminkan rasisme duta besar ini, ketidaktahuannya akan sejarah dan juga mengabaikan hak-hak dan hukum internasional Palestina," kata Barhoum dalam sebuah pernyataan.
"Dengan kebijakan ini, mereka (orang Amerika) adalah mitra pendudukan dalam semua kejahatannya terhadap orang dan kesucian kita," imbuhnya seperti dikutip dari Anadolu, Minggu (31/12/2017).
Menurut Barhoum, pernyataan Friedman akan membenarkan langkah Palestina untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah AS dan mengakhiri kesepakatan Oslo.
Pada bulan September 1993, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Israel menandatangani Perjanjian Perdamaian Oslo yang mengakibatkan pembentukan keputusan sendiri untuk orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kesepakatan tersebut menetapkan warga Palestina harus menahan diri dari perlawanan bersenjata dan memiliki kerja sama keamanan dengan Israel.
Ketegangan telah meningkat di wilayah Palestina sejak 6 Desember ketika Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, yang memicu demonstrasi di Tepi Barat dan Gaza.
Sejak saat itu, setidaknya 15 warga Palestina telah menjadi martir - dan ribuan lainnya terluka - dalam bentrokan sengit dengan pasukan keamanan Israel.
Yerusalem tetap menjadi inti konflik Timur Tengah, dengan orang-orang Palestina berharap bahwa Yerusalem Timur - yang diduduki oleh Israel sejak 1967 - pada akhirnya dapat berfungsi sebagai Ibu Kota negara Palestina.
(ian)