2018, Raul Castro Mengundurkan Diri Sebagai Pemimpin Kuba
A
A
A
HAVANA - Raul Castro dikabarkan akan mengundurkan diri sebagai presiden Kuba pada April 2018. Kabar pengunduran diri adik mendiang pemimpin Kuba, Fidel Castro, itu dikabarkan pejabat pemerintah.
Raul telah memimpin Kuba sejak tahun 2006 setelah sang kakak, Fidel, mengundurkan diri karena masalah kesehatan. Raul yang lebih muda secara resmi menjadi presiden negara tersebut pada tahun 2008. Fidel Castro sendiri meninggal pada 25 November 2016, pada usia 90 tahun.
"Parlemen Kuba pada hari Kamis menyetujui untuk memperpanjang pemilihan kota hingga Maret dan pemilihan presiden sampai April. Badai Irma adalah alasan penundaan," kata pemerintah seperti dikutip dari ABC News.go.com, Jumat (22/12/2017).
Raul Castro pada 2013 mengumumkan bahwa ini akan menjadi masa jabatan lima tahun terakhirnya sebagai presiden. Castro bersaudara bertempur satu sama lain dalam Revolusi Kuba dan telah memerintah pulau tersebut sejak menggulingkan diktator Fulgencio Batista pada Tahun Baru di tahun 1959.
2018 akan menjadi tahun pertama pulau itu tidak memiliki Castro sebagai presiden dalam hampir 60 tahun. Sosok yang akan menggantikan Raul diduga adalah wakil presiden saat ini Miguel Diaz-Canel.
Fakta bahwa Castro tidak akan lagi menjadi presiden negara tersebut dapat mengakibatkan pembukaan hubungan lebih lanjut dengan Amerika Serikat (AS). Pasalnya Undang-undang Libertad tahun 1996, yang memperkuat embargo AS terhadap Kuba, mencantumkan salah satu persyaratan untuk pemerintah transisi tidak termasuk Fidel dan Raul Castro di antara banyak faktor lainnya.
Meski begitu, kendati tidak lagi menjadi presiden, Raul Castro akan tetap menjadi kepala Partai Komunis Kuba selama beberapa tahun ke depan.
Kuba memulai proses transisi politik pada bulan September ketika mereka mencalonkan wakil-wakil kota, yang pertama dari serangkaian suara untuk pejabat lokal, provinsi dan akhirnya, pejabat nasional, Associated Press (AP) melaporkan. Menurut AP rapat nasional Kuba yang diperkirakan akan memilih presiden baru negara itu akan dihelat pada bulan Februari.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump membatalkan kebijakan Kuba Obama tapi banyak menyisakan tempat. Anggota Partai Republik mengirim surat kepada Trump dan pemerintahannya yang mendesak Kuba untuk tetap terbuka.
Selama masa jabatan keduanya, Presiden Obama bekerja sama dengan Raul Castro untuk mencairkan hubungan historis antara kedua negara. AS dan Kuba membangun kembali hubungan diplomatik pada tahun 2014, yang menyebabkan pembukaan kembali kedutaan mereka dan pencabutan beberapa pembatasan perjalanan. AS telah mempertahankan embargo terhadap Kuba dalam satu bentuk atau lainnya sejak pemerintahan Eisenhower.
Sementara Obama tidak mengakhiri embargo - yang hanya dapat dilakukan oleh Kongres - dia menandatangani beberapa kesepakatan bilateral dengan Raul Castro mengenai masalah utama termasuk perdagangan narkoba, keamanan maritim dan migrasi.
Pada bulan Juni, Presiden Trump mengumumkan bahwa dia akan "membatalkan" banyak perubahan tersebut selama sebuah pidato di Miami. Salah satu perubahan tersebut membatasi perjalanan warga Amerika ke negara tersebut.
Raul telah memimpin Kuba sejak tahun 2006 setelah sang kakak, Fidel, mengundurkan diri karena masalah kesehatan. Raul yang lebih muda secara resmi menjadi presiden negara tersebut pada tahun 2008. Fidel Castro sendiri meninggal pada 25 November 2016, pada usia 90 tahun.
"Parlemen Kuba pada hari Kamis menyetujui untuk memperpanjang pemilihan kota hingga Maret dan pemilihan presiden sampai April. Badai Irma adalah alasan penundaan," kata pemerintah seperti dikutip dari ABC News.go.com, Jumat (22/12/2017).
Raul Castro pada 2013 mengumumkan bahwa ini akan menjadi masa jabatan lima tahun terakhirnya sebagai presiden. Castro bersaudara bertempur satu sama lain dalam Revolusi Kuba dan telah memerintah pulau tersebut sejak menggulingkan diktator Fulgencio Batista pada Tahun Baru di tahun 1959.
2018 akan menjadi tahun pertama pulau itu tidak memiliki Castro sebagai presiden dalam hampir 60 tahun. Sosok yang akan menggantikan Raul diduga adalah wakil presiden saat ini Miguel Diaz-Canel.
Fakta bahwa Castro tidak akan lagi menjadi presiden negara tersebut dapat mengakibatkan pembukaan hubungan lebih lanjut dengan Amerika Serikat (AS). Pasalnya Undang-undang Libertad tahun 1996, yang memperkuat embargo AS terhadap Kuba, mencantumkan salah satu persyaratan untuk pemerintah transisi tidak termasuk Fidel dan Raul Castro di antara banyak faktor lainnya.
Meski begitu, kendati tidak lagi menjadi presiden, Raul Castro akan tetap menjadi kepala Partai Komunis Kuba selama beberapa tahun ke depan.
Kuba memulai proses transisi politik pada bulan September ketika mereka mencalonkan wakil-wakil kota, yang pertama dari serangkaian suara untuk pejabat lokal, provinsi dan akhirnya, pejabat nasional, Associated Press (AP) melaporkan. Menurut AP rapat nasional Kuba yang diperkirakan akan memilih presiden baru negara itu akan dihelat pada bulan Februari.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump membatalkan kebijakan Kuba Obama tapi banyak menyisakan tempat. Anggota Partai Republik mengirim surat kepada Trump dan pemerintahannya yang mendesak Kuba untuk tetap terbuka.
Selama masa jabatan keduanya, Presiden Obama bekerja sama dengan Raul Castro untuk mencairkan hubungan historis antara kedua negara. AS dan Kuba membangun kembali hubungan diplomatik pada tahun 2014, yang menyebabkan pembukaan kembali kedutaan mereka dan pencabutan beberapa pembatasan perjalanan. AS telah mempertahankan embargo terhadap Kuba dalam satu bentuk atau lainnya sejak pemerintahan Eisenhower.
Sementara Obama tidak mengakhiri embargo - yang hanya dapat dilakukan oleh Kongres - dia menandatangani beberapa kesepakatan bilateral dengan Raul Castro mengenai masalah utama termasuk perdagangan narkoba, keamanan maritim dan migrasi.
Pada bulan Juni, Presiden Trump mengumumkan bahwa dia akan "membatalkan" banyak perubahan tersebut selama sebuah pidato di Miami. Salah satu perubahan tersebut membatasi perjalanan warga Amerika ke negara tersebut.
(ian)