Murka Arab soal Yerusalem: Bakar Bendera hingga Pekikkan 'AS Ibu Teror'....
A
A
A
YERUSALEM - Warga Arab di berbagai negara di Timur Tengah meluapkan kemarahannya sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara sepihak mengumumkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Rabu lalu. Amarah massa beragam, mulai dari membakar bendera AS hingga meneriakkan slogan “Amerika ibu dari teror”.
Di Bethlehem, wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel, ratusan orang Palestina berbaris dalam sebuah demonstrasi ”hari kemarahan” sejak kemarin petang. Pasukan militer Israel menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah pemrotes Palestina di Betlehem. Setidaknya tujuh pemuda terluka dalam bentrokan tersebut, termasuk seorang anak kecil.
Pria, wanita dan anak-anak berpartisipasi dalam demonstrasi “hari kemarahan” tersebut. Pemandangan serupa juga terjadi di Jalur Gaza dan Yerusalem Timur.
”Saya melihat orang-orang dalam demonstrasi yang tidak pernah melakukan demonstrasi semacam ini,” kata Rabee Alsos, 32, warga di Betlehem kepada Al Jazeera.
”Yerusalem dan (Masjid) al-Aqsa sangat berarti bagi semua orang di sini, bahkan anak-anak. Keputusan (AS) ini adalah sebuah kesalahan besar,” ujarnya, yang dikutip Jumat (8/12/2017).
”Keputusan (Trump) ini bertentangan dengan hukum internasional dan melawan hak-hak kita sebagai warga Palestina,” teriak Amira, demonstran di Betlehem yang matanya merah terkena gas air mata pasukan Israel.
”Bertahun-tahun negosiasi dalam proses perdamaian ini didasarkan pada solusi dua negara, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota kami,” ujar Amira. ”Trump tidak hanya mengumumkan bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel. Dia telah menunjukkan kepada kita dengan jelas bahwa AS dan Israel adalah sama.”
Seorang pemrotes Palestina lainnya, Ramzi, yang tidak memberi nama terakhir kepada Al Jazeera karena takut akan pembalasan, mengatakan bahwa orang-orang Palestina “haus” terhadap Yerusalem dan meminta Trump untuk secara resmi meminta maaf kepada orang-orang Palestina.
”Amerika bias mendukung pendudukan (Israel),” kata pria berusia 15 tahun itu. ”Tapi kita siap mengorbankan diri kita untuk Yerusalem, saya siap untuk tidur di gang-gang Yerusalem sampai (kota ini) dibebaskan.”
Di luar Konsulat AS di Istanbul, Turki, bendera Amerika dibakar demonstran. Di Kairo dan Gaza juga terjadi pemandangan serupa. Sedangkan di Irak, pemerintah Baghdad memanggil duta besar AS yang bertugas di sana.
Kedutaan Besar AS di Yordania mengatakan bahwa pihaknya telah menangguhkan sementara layanan umum rutin. ”Semua kunjungan kedutaan di luar Amman, baik pejabat maupun pribadi, telah dilarang sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata pihak keduataan menyusul travel warning yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS ke seluruh dunia.
Di kamp pengungsi Baqaa di pinggiran Amman, ratusan orang Palestina berkeliaran di jalan-jalan semalam. Mereka mencela Trump dan mendesak Yordania untuk membatalkan perjanjian damai tahun 1994 dengan Israel. ”Lumpuhkan (hubungan) dengan Amerika, Amerika adalah ibu teror,” teriak massa.
Di Ankara, Perdana Menteri Turki Binali Yildrim mengibaratkan tindakan Trump seperti menjatuhkan sebuah granat di Timur Tengah. ”Amerika Serikat telah menarik pin pada sebuah bom yang siap meledak di wilayah tersebut,” kata PM Yildirim.
Selain di Arab, demo kemarahan juga terjadi di negara-negara mayoritas Muslim di Asia. Salah satunya di Pakistan. Di Kota Peshawar, bendera AS dan Israel dibakar massa di jalan-jalan.
Di Bethlehem, wilayah Tepi Barat yang diduduki Israel, ratusan orang Palestina berbaris dalam sebuah demonstrasi ”hari kemarahan” sejak kemarin petang. Pasukan militer Israel menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah pemrotes Palestina di Betlehem. Setidaknya tujuh pemuda terluka dalam bentrokan tersebut, termasuk seorang anak kecil.
Pria, wanita dan anak-anak berpartisipasi dalam demonstrasi “hari kemarahan” tersebut. Pemandangan serupa juga terjadi di Jalur Gaza dan Yerusalem Timur.
”Saya melihat orang-orang dalam demonstrasi yang tidak pernah melakukan demonstrasi semacam ini,” kata Rabee Alsos, 32, warga di Betlehem kepada Al Jazeera.
”Yerusalem dan (Masjid) al-Aqsa sangat berarti bagi semua orang di sini, bahkan anak-anak. Keputusan (AS) ini adalah sebuah kesalahan besar,” ujarnya, yang dikutip Jumat (8/12/2017).
”Keputusan (Trump) ini bertentangan dengan hukum internasional dan melawan hak-hak kita sebagai warga Palestina,” teriak Amira, demonstran di Betlehem yang matanya merah terkena gas air mata pasukan Israel.
”Bertahun-tahun negosiasi dalam proses perdamaian ini didasarkan pada solusi dua negara, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota kami,” ujar Amira. ”Trump tidak hanya mengumumkan bahwa Yerusalem adalah Ibu Kota Israel. Dia telah menunjukkan kepada kita dengan jelas bahwa AS dan Israel adalah sama.”
Seorang pemrotes Palestina lainnya, Ramzi, yang tidak memberi nama terakhir kepada Al Jazeera karena takut akan pembalasan, mengatakan bahwa orang-orang Palestina “haus” terhadap Yerusalem dan meminta Trump untuk secara resmi meminta maaf kepada orang-orang Palestina.
”Amerika bias mendukung pendudukan (Israel),” kata pria berusia 15 tahun itu. ”Tapi kita siap mengorbankan diri kita untuk Yerusalem, saya siap untuk tidur di gang-gang Yerusalem sampai (kota ini) dibebaskan.”
Di luar Konsulat AS di Istanbul, Turki, bendera Amerika dibakar demonstran. Di Kairo dan Gaza juga terjadi pemandangan serupa. Sedangkan di Irak, pemerintah Baghdad memanggil duta besar AS yang bertugas di sana.
Kedutaan Besar AS di Yordania mengatakan bahwa pihaknya telah menangguhkan sementara layanan umum rutin. ”Semua kunjungan kedutaan di luar Amman, baik pejabat maupun pribadi, telah dilarang sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata pihak keduataan menyusul travel warning yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS ke seluruh dunia.
Di kamp pengungsi Baqaa di pinggiran Amman, ratusan orang Palestina berkeliaran di jalan-jalan semalam. Mereka mencela Trump dan mendesak Yordania untuk membatalkan perjanjian damai tahun 1994 dengan Israel. ”Lumpuhkan (hubungan) dengan Amerika, Amerika adalah ibu teror,” teriak massa.
Di Ankara, Perdana Menteri Turki Binali Yildrim mengibaratkan tindakan Trump seperti menjatuhkan sebuah granat di Timur Tengah. ”Amerika Serikat telah menarik pin pada sebuah bom yang siap meledak di wilayah tersebut,” kata PM Yildirim.
Selain di Arab, demo kemarahan juga terjadi di negara-negara mayoritas Muslim di Asia. Salah satunya di Pakistan. Di Kota Peshawar, bendera AS dan Israel dibakar massa di jalan-jalan.
(mas)