Gereja Rusia: Zelensky Tak Bisa Memobilisasi Tuhan Jadi Tentara Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Gereja Ortodoks Rusia mengatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak memiliki cara untuk melibatkan Tuhan dalam perang.
Komentar itu sebagai teguran atas pidato Zelensky pada Minggu Paskah, di mana dia mengeklaim Tuhan sebagai sekutu Kyiv dalam perang melawan Moskow.
Dalam pidato tersebut, Zelensky menggambarkan Tuhan sebagai sekutu Ukraina yang memiliki tanda pangkat dengan bendera Ukraina di bahunya.
“Tuhan bukanlah penduduk wilayah Kiev agar Zelensky memobilisasi Dia dan menempatkan-Nya di pasukan Ukraina. Pernyataannya tidak perlu diperhatikan,” kata Vakhtang Kipshidze, kepala departemen hubungan masyarakat gereja Rusia, kepada news.ru, Senin (6/5/2024).
Kipshidze lebih lanjut mengecam pemimpin Ukraina itu sebagai “seorang yang tidak beriman” yang “mengeklaim bahwa dia dapat memutuskan Tuhan yang menjadi sekutunya.”
Kyiv diketahui telah meningkatkan tindakan keras terhadap gereja Kristen terbesarnya, Gereja Ortodoks Ukraina (UOC), dan menuduh pendetanya sebagai “agen Moskow".
UOC melepaskan hubungan historisnya dengan Moskow setelah Rusia melancarkan operasi militernya ke Ukraina pada bulan Februari 2022.
Namun demikian, pihak berwenang Ukraina sejak itu telah melancarkan kasus pidana terhadap lebih dari 60 pendeta dan menyita sejumlah biara dan aset lainnya demi kepentingan Orthodox Church of Ukraine (OCU) yang didukung pemerintah Zelensky—otoritas pengganti UOC.
Tahun lalu, pemerintah Ukraina memperkenalkan rancangan undang-undang yang akan membuka jalan bagi pelarangan UOC. Namun undang-undang tersebut terhenti.
Pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill, telah berulang kali mengutuk kampanye melawan UOC, dan mengecamnya sebagai pelanggaran hak beragama.
Komentar itu sebagai teguran atas pidato Zelensky pada Minggu Paskah, di mana dia mengeklaim Tuhan sebagai sekutu Kyiv dalam perang melawan Moskow.
Dalam pidato tersebut, Zelensky menggambarkan Tuhan sebagai sekutu Ukraina yang memiliki tanda pangkat dengan bendera Ukraina di bahunya.
“Tuhan bukanlah penduduk wilayah Kiev agar Zelensky memobilisasi Dia dan menempatkan-Nya di pasukan Ukraina. Pernyataannya tidak perlu diperhatikan,” kata Vakhtang Kipshidze, kepala departemen hubungan masyarakat gereja Rusia, kepada news.ru, Senin (6/5/2024).
Kipshidze lebih lanjut mengecam pemimpin Ukraina itu sebagai “seorang yang tidak beriman” yang “mengeklaim bahwa dia dapat memutuskan Tuhan yang menjadi sekutunya.”
Kyiv diketahui telah meningkatkan tindakan keras terhadap gereja Kristen terbesarnya, Gereja Ortodoks Ukraina (UOC), dan menuduh pendetanya sebagai “agen Moskow".
UOC melepaskan hubungan historisnya dengan Moskow setelah Rusia melancarkan operasi militernya ke Ukraina pada bulan Februari 2022.
Namun demikian, pihak berwenang Ukraina sejak itu telah melancarkan kasus pidana terhadap lebih dari 60 pendeta dan menyita sejumlah biara dan aset lainnya demi kepentingan Orthodox Church of Ukraine (OCU) yang didukung pemerintah Zelensky—otoritas pengganti UOC.
Tahun lalu, pemerintah Ukraina memperkenalkan rancangan undang-undang yang akan membuka jalan bagi pelarangan UOC. Namun undang-undang tersebut terhenti.
Pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill, telah berulang kali mengutuk kampanye melawan UOC, dan mengecamnya sebagai pelanggaran hak beragama.
(mas)