Presiden Nauru 'No comment' soal Yerusalem Ibu Kota Israel
A
A
A
JAKARTA - Presiden Nauru Baron Waqa menolak berkomentar soal keputusan Presiden Amerika Serikat (Donald Trump) yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Presiden Waqa ikut menghadiri perhelatan Bali Democracy Forum (BDF) ke-10 di Serpong, Banten, Kamis (7/12/2017).
"Itu adalah keputusan AS, kami tidak ingin berkomentar," katanya.
Presiden Nauru ini lebih tertarik membahas demokrasi yang menjadi fokus acara tahunan yang digelar Indonesia. Menurutnya, semua pihak tanpa terkecuali harus menghormati demokrasi di negara lain.
Semua negara, sambung dia, berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. "Satu hal yang terpenting adalah menghormati demokrasi, apakah itu hak, atau menentukan jalan mereka sendiri. Kualitas hidup benar-benar penting," kata Waqa.
"Kita harus tanamkan dalam diri, bahwa damai harus menjadi dasar dari semuanya, dan hal terbaik dalam membangun harmoni saat hidup bersama," ujarnya.
BDF kali ini mengangkat tema "Does Democracy Deliver?". Menurut Menteri Luar Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, tema tersebut sangat terkait dengan situasi dunia saat ini.
"Tema ini pas saat demokrasi dewasa ini menghadapi tantangan dan pertanyaan yang lebih besar terhadap keefektifannya," ucap Retno saat memberikan sambutan dalam forum yang pertama kali digelar tahun 2008 tersebut.
"Itu adalah keputusan AS, kami tidak ingin berkomentar," katanya.
Presiden Nauru ini lebih tertarik membahas demokrasi yang menjadi fokus acara tahunan yang digelar Indonesia. Menurutnya, semua pihak tanpa terkecuali harus menghormati demokrasi di negara lain.
Semua negara, sambung dia, berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. "Satu hal yang terpenting adalah menghormati demokrasi, apakah itu hak, atau menentukan jalan mereka sendiri. Kualitas hidup benar-benar penting," kata Waqa.
"Kita harus tanamkan dalam diri, bahwa damai harus menjadi dasar dari semuanya, dan hal terbaik dalam membangun harmoni saat hidup bersama," ujarnya.
BDF kali ini mengangkat tema "Does Democracy Deliver?". Menurut Menteri Luar Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, tema tersebut sangat terkait dengan situasi dunia saat ini.
"Tema ini pas saat demokrasi dewasa ini menghadapi tantangan dan pertanyaan yang lebih besar terhadap keefektifannya," ucap Retno saat memberikan sambutan dalam forum yang pertama kali digelar tahun 2008 tersebut.
(mas)