Diperkosa Tentara Myanmar, Muslimah Rohingya Minta Paus Tegakkan Keadilan

Sabtu, 02 Desember 2017 - 00:43 WIB
Diperkosa Tentara Myanmar,...
Diperkosa Tentara Myanmar, Muslimah Rohingya Minta Paus Tegakkan Keadilan
A A A
DHAKA - Seorang muslimah Rohingya berusia 27 tahun dijadwalkan bertemu dengan pemimpin Vatikan Paus Fransiskus (Francis) pada hari Jumat kemarin. Dia akan meminta bantuan Paus untuk menegakkan keadilan atas deritanya yang dianiaya tentara Myanmar, termasuk diperkosa.

Paus Francis, yang berkunjung ke Myanmar dan Bangladesh minggu ini, telah meminta langkah-langkah yang menentukan untuk menyelesaikan persoalan politik yang menyebabkan para warga Rohingya melarikan diri dari Myanmar. Paus juga telah mendesak pengiriman bantuan untuk mengatasi sekitar 625.000 pengungsi yang bertahan sejak akhir Agustus lalu.

Paus akan mendengar secara langsung, dari para wanita dan pengungsi Rohingya lainnya tentang laporan pembunuhan, pemerkosaan dan upaya pembersihan etnis oleh militer Myanmar seperti yang dituduhkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

”Mereka menangkap saya dan beberapa wanita lainnya, menyiksa kami,” kata wanita tersebut kepada Reuters di kantor kelompok bantuan di Ibu Kota Bangladesh, Dhaka.

”Saya masih berdarah, ada rasa sakit di perut, sakit punggung, saya sakit kepala. Obat-obatan tidak banyak membantu,” lanjut dia bersama sang putri yang mencengkeram burqa hitamnya, yang dilansir Sabtu (2/12/2017).

Militer Myanmar membantah semua tuduhan pemerkosaan dan pembunuhan oleh pasukan keamanannya. Militer mengklaim penyelidikan internal tidak menemukan bukti adanya pemerkosaan atau pembunuhan oleh aparat keamanan.

Wanita tersebut telah mengidentifikasi dirinya, tapi Reuters tidak mempublikasikan namanya maupun suaminya yang saat wawancara berada bersamanya.

Pasangan tersebut mengatakan bahwa mereka melarikan diri dari desa mereka di negara bagian Rakhine, Myanmar pada akhir Agustus, setelah tentara meluncurkan tindakan keras menyusul serangan terhadap pos keamanan oleh militan Rohingya.

Wanita tersebut mengatakan bahwa pada hari keempat perjalanannya selama 17 hari menuju tempat aman di sebuah kamp pengungsi di Bangladesh, dia diperkosa oleh tentara Myanmar setelah dia berpisah sejenak dari suaminya.

”Saya akan berbagi rasa sakit dengan dia,” kata wanita tersebut yang akan menceritakannya kepada Paus Francis.

”Saya akan menceritakan kepadanya tentang tubuh busuk yang kami dalam perjalanan ke Bangladesh, saya ingin dia (Paus) mengenal kami sebagai Rohingya, saya ingin penyiksa saya dihukum,” katanya.

Kelompok hak asasi manusia yang berbasis di New York, Human Rights Watch, bulan ini menuduh pasukan keamanan Myanmar melakukan pemerkosaan secara masif sebagai bagian dari kampanye pembersihan etnis.

Sedangkan pemerintah Amerika Serikat mengatakan bahwa tindakan militer Myanmar mencakup kekejaman yang menghebohkan dengan tujuan untuk pembersihan etnis.

Paus dijadwalkan merayakan Misa besar pada hari Jumat untuk menahbiskan imam baru dari Bangladesh pada kunjungan hari pertamanya setelah bertolak dari Myanmar.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5813 seconds (0.1#10.140)