Dua Musuh AS Perkuat Kerjasama Hadapi Tekanan Washington
A
A
A
HAVANA - Dua negara yang menjadi rival Amerika Serikat (AS), yakni Korea Utara (Korut) dan Kuba sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang. Kesepakatan ini juga dimaksudkan untuk menahan tekanan yang diberikan oleh AS.
Kesepakatan ini dicapai saat terjadi pertemuan antara Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez dengan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho, di Havana. Dalam pertemuan itu, keduanya dengan tegas menolak pendekatan Washington untuk menyelesaikan ketegangan politik di seluruh dunia berdasarkan "tindakan pemaksaan".
"Keduanya menolak keras daftar dan sebutan unilateral dan sewenang-wenang yang dibuat oleh pemerintah AS yang menjadi dasar pelaksanaan tindakan pemaksaan yang bertentangan dengan hukum internasional," kata Kementerian Luar Negeri Kuba dalam sebuah pernyataan.
"Ri dan Rodriguez juga menyerukan rasa hormat atas kedaulatan negara mereka, tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri, dan penyelesaian sengketa damai. Mereka menyatakan keprihatinan khusus atas meningkatnya ketegangan dan meningkatnya aktivitas militer di semenanjung Korea," sambungnya, seperti dilansir Russia Today pada Kamis (23/11).
Seperti diketahui, AS baru-baru ini memutuskan untuk memasukan Korut dalam daftar negara pendukung terorisme. Keputusan ini dilanjutkan dengan penerapan sanksi baru terhadap 13 entitas Korut dan juga China yang diduga memiliki hubungan dekat dengan Pyongyang.
Berkenaan dengan Kuba, administrasi Donald Trump baru-baru ini mengumumkan perubahan kebijakan untuk membalikan pendekatan yang diambil Barack Obama terhadap Kuba, ini termasuk penjatuhan sanksi baru terhadap Kuba.
Kesepakatan ini dicapai saat terjadi pertemuan antara Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez dengan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho, di Havana. Dalam pertemuan itu, keduanya dengan tegas menolak pendekatan Washington untuk menyelesaikan ketegangan politik di seluruh dunia berdasarkan "tindakan pemaksaan".
"Keduanya menolak keras daftar dan sebutan unilateral dan sewenang-wenang yang dibuat oleh pemerintah AS yang menjadi dasar pelaksanaan tindakan pemaksaan yang bertentangan dengan hukum internasional," kata Kementerian Luar Negeri Kuba dalam sebuah pernyataan.
"Ri dan Rodriguez juga menyerukan rasa hormat atas kedaulatan negara mereka, tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri, dan penyelesaian sengketa damai. Mereka menyatakan keprihatinan khusus atas meningkatnya ketegangan dan meningkatnya aktivitas militer di semenanjung Korea," sambungnya, seperti dilansir Russia Today pada Kamis (23/11).
Seperti diketahui, AS baru-baru ini memutuskan untuk memasukan Korut dalam daftar negara pendukung terorisme. Keputusan ini dilanjutkan dengan penerapan sanksi baru terhadap 13 entitas Korut dan juga China yang diduga memiliki hubungan dekat dengan Pyongyang.
Berkenaan dengan Kuba, administrasi Donald Trump baru-baru ini mengumumkan perubahan kebijakan untuk membalikan pendekatan yang diambil Barack Obama terhadap Kuba, ini termasuk penjatuhan sanksi baru terhadap Kuba.
(esn)