Oxford Singkirkan Foto Aung San Suu Kyi

Selasa, 03 Oktober 2017 - 16:03 WIB
Oxford Singkirkan Foto...
Oxford Singkirkan Foto Aung San Suu Kyi
A A A
LONDON - Universitas Oxford, Inggris, mencopot foto Aung San Suu Kyi dari pintu masuk St Hugh's College yang merupakan almamaternya di universitas bergengsi itu. Pencopotan foto tersebut dilakukan di tengah krisis kemanusiaan dahsyat di negara bagian Rakhine, negara Asia Tenggara itu.

Surat kabar mahasiswa perguruan tinggi The Swan melaporkan pekan lalu bahwa potret itu diganti dan dipindahkan ke "lokasi aman" di depan siswa yang tiba di St Hugh's pada awal semester. Sebagai gantinya, pihak universitas memasang sebuah lukisan seniman Jepang Yoshihiro Takada seperti dikutip dari Asean Correspondent, Selasa (3/10/2017).

Suu Kyi belajar di Universitas Oxford pada tahun 1960an. "Waktu saya di Oxford membantu saya untuk memahami orang-orang Myanmar, yang ingin menjalani hidup bahagia dan tidak pernah diberi kesempatan untuk hidup bersama," ujar Suu Kyi.

Sementara itu, Dewan Kota Oxford akan memberikan suara apakah akan membatalkan Freedom of the City - kehormatan tertinggi dari Oxford- yang diberikan kepada Suu Kyi.

"Orang-orang benar-benar terkejut dengan situasi di Myanmar dan cara Muslim Rohingya diperlakukan," kata konselor Oxford Tom Hayes.

Dalam sebuah pidato diplomatik yang sangat ditunggu-tunggu pada bulan lalu, Suu Kyi tidak mengkritik pasukan keamanan Myanmar. Sebaliknya ia mengkritik "dugaan dan tuduhan balasan" atas pelanggaran di Rakhine.

Penasihat Negara menjelaskan kebungkamannya mengenai masalah ini dengan menyatakan bahwa bukan misinya untuk mempromosikan konflik melainkan harmoni dan pengertian.

"Seperti yang dia katakan dalam pidatonya bahwa dia ingin orang-orang di Myanmar menjalani kehidupan yang bahagia, tentu saja Muslim Rohingya tidak menjalani kehidupan yang bahagia dan dia tidak mengatakan apapun mengenai hal itu. Itu tidak sesuai dengan alasan memberi dia Kebebasan Kota," kata Tom Hayes.

Setelah menjadi pahlawan hak asasi manusia dan demokrasi di negara asalnya, Suu Kyi menuai banyak dikritik oleh masyarakat internasional karena gagal mencegah kekerasan yang terus berlanjut terhadap populasi Muslim Rohingya yang tidak diakui Myanmar.

PBB telah mengatakan bahwa lebih dari setengah juta pengungsi Rohingya kini telah melarikan diri ke Bangladesh sejak kekerasan terjadi pada 25 Agustus. Militer dan kelompok Budha radikal dituding telah melakukan pembakaran, pembunuhan di luar proses hukum dan pemerkosaan.

Kepala hak asasi manusia PBB telah memberi label situasi ini sebagai "contoh teks book tentang pembersihan etnis", sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa genosida dilakukan terhadap Muslim Rohingya di Rakhine.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7499 seconds (0.1#10.140)