Hadapi Ancaman Korut, Australia Persenjatai Kapal Perangnya dengan Sistem Anti Rudal

Selasa, 03 Oktober 2017 - 14:51 WIB
Hadapi Ancaman Korut,...
Hadapi Ancaman Korut, Australia Persenjatai Kapal Perangnya dengan Sistem Anti Rudal
A A A
SYDNEY - Australia akan mempersenjatai sembilan kapal perang barunya yang akan dibuat pada tahun 2020 dengan sistem pertahanan anti rudal jarak jauh. Hal itu dilakukan untuk menghadapi ancaman negara-negara "nakal."

Diungkapkan oleh Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, kapal frigat yang diusulkan akan menggunakan sistem tempur Aegis bersamaan dengan teknologi SAAB.

Ketegangan di kawasan Asia Pasifik telah meningkat pesat dalam beberapa bulan terakhir. Korea Utara (Korut) telah melakukan serangkaian uji coba rudal balistik menengah dan jarak jauh. Beberapa di antaranya melayang di atas Jepang, dan juga uji coba nuklir keenam pada 3 September lalu.

Pyongyang, yang pada akhirnya ingin menargetkan daratan utama Amerika Serikat (AS) dengan rudal balistik bersenjata nuklir, mengatakan rudalnya bisa menyerang Australia.

"Peristiwa terkini di wilayah kami telah membuktikan bahwa frigat Australia di masa depan harus dilengkapi senjata untuk melindungi Australia dari ancaman serangan rudal jarak menengah dan jauh," kata Turnbull dalam sebuah pidato di Sydney seperti dikutip dari Reuters, Selasa (3/10/2017).

Pengerjaan kapal frigat ini dimulai pada tahun 2020, dengan BAE Systems, Navantia dan Fincantieri semua bersaing untuk kontrak senilai USD 27,39 miliar.

Turnbull mengatakan keputusan untuk memberikan penghargaan atas kontrak sistem rudal memungkinkan tiga penawar cukup memasukkan teknologi Aegis ke dalam penawaran mereka.

Australia diperkirakan akan mengumumkan pemenang kontrak fregat di awal 2018.

Keputusan untuk menyesuaikan diri dengan frigat - juga merupakan landasan rencana Australia untuk melawan perkiraan aktivitas kapal selam di wilayah ini - menunjukkan bahwa Canberra akan menggunakan kapal tersebut dalam kapasitas ganda.

"Pertahanan rudal tersebut akan melindungi kekuatan berbasis di Australia dan dalam skenario koalisi," kata Euan Graham, direktur program keamanan nasional di Lowy Institute, sebuah kelompok pemikir Australia.

Melawan kapal selam membutuhkan kapal yang bergerak bebas di wilayah ini, berbeda dengan kapal statis yang digunakan untuk mendeteksi rudal.

Kepala angkatan laut Australia, Wakil Laksamana Tim Barrett mengatakan keputusan untuk menggunakan sistem pertahanan rudal balistik Aegis membawa Australia bisa berhubungan dengan kapal perang AS, Jepang dan Korea, yang memungkinkan kerja sama internasional.

"Pilihan sistem Aegis memungkinkan Australia untuk terhubung ke aliansi AS. Mereka akan bisa berbagi data dari kapal dan berpotensi pesawat terbang," kata Graham mengamini pernyataan Barrett.

Frigat tersebut akan menjadi komponen utama berikutnya dari rencana Australia untuk meningkatkan belanja pertahanan sebesar AUD 30 miliar menjadi senilai AUD 195 miliar, atau 2 persen dari PDB, pada 2021-2022 karena Canberra berusaha untuk melindungi kepentingan strategis dan perdagangannya di kawasan Asia- Pasifik.

Australia memilih kontraktor angkatan laut Prancis DCNS tahun lalu untuk membangun armada kapal selam 12 kapal selam, di depan tawaran lain dari Jepang dan Jerman, satu kontrak pertahanan paling menguntungkan di dunia.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1152 seconds (0.1#10.140)