Perjuangan Keras Relawan Indonesia Bantu Pengungsi Rohingya

Selasa, 05 September 2017 - 14:12 WIB
Perjuangan Keras Relawan...
Perjuangan Keras Relawan Indonesia Bantu Pengungsi Rohingya
A A A
DOHAZARI - Dengan hati yang trenyuh mendengar warga etnis Rohingya kembali ditindas di Myanmar, bersama rekan-rekan lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Anca Rahadiansyah, supervisor Disaster Recovery Program ACT, terbang menuju Bangladesh.

Mereka berangkat dari Jakarta, Kamis 31 Agustus 2017. Kepergian ini merupakan misi kemanusiaan keempat bagi Anca untuk membantu pengungsi Rohingya. Nasib etnis Rohingya tidak membaik sejak kerusuhan 2012 lalu. Mereka tetap hidup di Myanmar dalam ketakutan, kemiskinan, diskriminasi, dan tanpa masa depan yang cerah karena akses dasar mereka diputus.

Sesampainya di tempat pengungsian di zero-border Bangladesh, tim ACT disambut dengan ratapan dan tatapan duka yang mendalam dari warga Rohingya. Teror pembakaran, pembunuhan, dan pemerkosaan begitu membekas. Air mata pun mengalir ketika bercerita hal itu. Anca mengaku benar-benar sedih, dan larut dalam duka etnis Rohingya.

Kondisi pengungsi Rohingya tampak lebih buruk dari eksodus pada 2016. Mereka kini terjebak di zero-border antara Myanmar dan Bangladesh. Pemerintah Bangladesh yang sudah menampung 500.000 pengungsi, juga tidak bisa berbuat banyak. Sebagian dari 90.000 pengungsi Rohingya yang tercatat di Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) hanya tidur beralas tanah dan atap langit.

Suhu menjadi dingin dan tanah menjadi becek saat hujan turun. Air sungai juga terkadang meluap dan menyebabkan banjir sehingga memperburuk tempat pengungsian itu.

”Keprihatinan memuncak ketika saya melihat banyak balita tak berdosa yang harus berjuang keras di bawah kondisi ekstrem seperti itu. Mereka memerlukan perhatian dan perawatan khusus. Para balita terancam mengalami malanutrisi dalam sepekan ke depan karena ibu-ibu mereka juga tampak stres dan depresi,” kata Anca saat dihubungi KORAN SINDO, Senin 4 Agustus 2017.

Pemerintah dan masyarakat Bangladesh pun mengalami dilema. Pasalnya, dengan kondisi ekonomi yang belum bangkit, mereka tetap membantu pengungsi Rohingya yang tertindas. Dengan rasa persaudaraan dan iman yang kuat, warga Bangladesh berupaya menolong semampu mereka.

Anca dan tim ACT juga menyalurkan daging kurban kepada pengungsi Rohingya dan kaum duafa warga lokal. ”Pembagian itu dilakukan di Dohazari Timur dan Selatan, Satkania, Lada, Ramu, Chitagong, Padua, Patia, Teknaf, Kuta Palung, Coxs Bazar, dan Dhaka. Kami memotong 70 ekor sapi,” imbuh Anca.

Hingga kemarin, berkat dukungan para donatur di Indonesia dan luar negeri, tim ACT berhasil mendistribusikan 1.000 paket makanan briyani kepada pengungsi baru Rohingya di Kanzapara, Bhalukali, dan Nakungsari. ”Kami akan kembali mendistribusikan paket makanan briyani dalam jumlah yang sama besok (hari ini),” papar Anca.

Program ke depan di antaranya peningkatan sanitasi dan kesehatan untuk balita karena lingkungan tempat mereka tinggal tidak layak. Tim ACT juga menyalurkan bantuan terpal dan tenda.

Para pengungsi Rohingya yang tinggal di zero-border, 3 kilometer dari Bangladesh, memerlukan lebih banyak selter dan selimut. ”Saya juga mengawal 75 guru asli Arakan yang sudah menjadi diaspora di Bangladesh untuk berbagi ilmu kepada pengungsi. Para guru lulusan S-1 dan S-2 itu mengabdi dengan sukarela. Mereka mengajar tahfiz dan ilmu pengetahuan umum. Kami mendukung mereka dengan menyediakan biaya hidup dan transportasi,” papar Anca.

Para pengungsi Rohingya yang tinggal di zero-border terbagi menjadi dua, terdaftar dan tidak terdaftar. Lembaga pengurus pengungsi sudah kewalahan karena jumlah pengungsi Rohingya yang membeludak.

Bantuan mufakat dan dunia internasional sangat diperlukan untuk mengurus dan mengatasi para pengungsi Rohingya. Kehadiran Indonesia yang menjadi salah satu negara terdekat Bangladesh dan Myanmar juga sangat penting. Sebagai negara yang besar, mereka berharap Indonesia menekan Myanmar mengakui Rohingya sebagai warga negaranya dan menghentikan penganiayaan sehingga mereka bisa menjalani hidup seperti sediakala.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0873 seconds (0.1#10.140)