Inggris Berharap Suu Kyi Dapat Akhiri Kekerasan Terhadap Rohingya
A
A
A
LONDON - Inggris mengatakan pemimpin Myanmar, Aung San Suu Kyi, akan menggunakan "kualitas yang luar biasa" untuk mengakhiri kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya. Aksi kekerasan telah mendorong puluhan ribu orang untuk melarikan diri dari negara tersebut.
"Aung San Suu Kyi dianggap sebagai salah satu tokoh paling menginspirasi di zaman kita, namun perlakuan terhadap Rohingya, sayangnya, menodai reputasi Myanmar," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, dalam sebuah pernyataan.
"Saya berharap sekarang dia dapat menggunakan semua kualitas luar biasa untuk menyatukan negaranya, untuk menghentikan kekerasan dan untuk mengakhiri prasangka yang menimpa baik umat Islam maupun komunitas lainnya," tukasnya seperti dilansir dari Reuters, Minggu (3/9/2017).
Sebagai peraih Nobel Perdamaian, sikap Aung San Suu Kyi terhadap nasib sekitar 1,1 juta etnis Rohingya mendapat sorotan. Kritikus Barat menyebut Suu Kyi telah gagal mendukung minoritas Muslim yang telah lama mendapatkan penganiayaan.
Media Australia, The Sydney Morning Herald, pada Sabtu (2/9/2017), mengusik kelayakan Hadiah Nobel Perdamaian untuk Suu Kyi. Hadiah itu patut dikembalikan karena peraihnya dianggap melakukan pengkhianatan dari esensi Nobel Perdamaian dengan membiarkan tragedi Rohingya terjadi "di depan matanya"
Baca Juga: Tragedi Rohingya, Pengkhianatan Nobel Perdamaian Suu Kyi
Sementara itu komisinoner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Indonesia, Maneger Nasution, meminta pemerintah Indonesia untuk mengadukan Myanmar ke Dewan HAM PBB.
Selain itu, Indonesia juga bisa memimpin komunitas regional dan internasional untuk mendesak agar Hadiah Nobel Perdamaian yang diperoleh pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, dicabut.
Baca Juga:
Etnis Muslim Rohingya Ditindas, Nobel Perdamaian Suu Kyi Bisa Dicabut
"Aung San Suu Kyi dianggap sebagai salah satu tokoh paling menginspirasi di zaman kita, namun perlakuan terhadap Rohingya, sayangnya, menodai reputasi Myanmar," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, dalam sebuah pernyataan.
"Saya berharap sekarang dia dapat menggunakan semua kualitas luar biasa untuk menyatukan negaranya, untuk menghentikan kekerasan dan untuk mengakhiri prasangka yang menimpa baik umat Islam maupun komunitas lainnya," tukasnya seperti dilansir dari Reuters, Minggu (3/9/2017).
Sebagai peraih Nobel Perdamaian, sikap Aung San Suu Kyi terhadap nasib sekitar 1,1 juta etnis Rohingya mendapat sorotan. Kritikus Barat menyebut Suu Kyi telah gagal mendukung minoritas Muslim yang telah lama mendapatkan penganiayaan.
Media Australia, The Sydney Morning Herald, pada Sabtu (2/9/2017), mengusik kelayakan Hadiah Nobel Perdamaian untuk Suu Kyi. Hadiah itu patut dikembalikan karena peraihnya dianggap melakukan pengkhianatan dari esensi Nobel Perdamaian dengan membiarkan tragedi Rohingya terjadi "di depan matanya"
Baca Juga: Tragedi Rohingya, Pengkhianatan Nobel Perdamaian Suu Kyi
Sementara itu komisinoner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Indonesia, Maneger Nasution, meminta pemerintah Indonesia untuk mengadukan Myanmar ke Dewan HAM PBB.
Selain itu, Indonesia juga bisa memimpin komunitas regional dan internasional untuk mendesak agar Hadiah Nobel Perdamaian yang diperoleh pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, dicabut.
Baca Juga:
Etnis Muslim Rohingya Ditindas, Nobel Perdamaian Suu Kyi Bisa Dicabut
(ian)