Raja Abdullah dan Abbas Desak Trump Dukung Solusi Dua Negara
A
A
A
RAMALLAH - Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas dan Raja Yordania Abdullah meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyetujui solusi dua negara. Hal itu diungkapkan setelah keduanya melakukan pertemuan di Ramallah.
Kunjungan Raja Abdullah ke Ramallah adalah yang pertama sejak tahun 2012. Kunjungan ini merupakan reaksi atas meningkatnya ketegangan di situs suci utama Yerusalem Kuno yang oleh umat Islam dikenal sebagai Haram al-Sharif dan Yahudi sebagai Temple Mount.
Raja Jordania mengatakan kepada Abbas bahwa Trump berkomitmen untuk mencapai perdamaian antara Palestina dan Israel seperti dikutip dari UPI, Selasa (8/8/2017).
Sebuah pernyataan dari juru runding Palestina Saeb Erakat mengatakan, Washington harus mengklarifikasi posisinya mengenai pembentukan sebuah negara Palestina yang didasarkan pada perbatasan 1967. Dia juga mengatakan bahwa Washington harus mendukung pembekuan pembangunan permukiman agar perundingan dimulai.
Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Malki mengatakan bahwa kunjungan Abbas dan Abdullah menghasilkan pembentukan tim gabungan untuk mengatasi krisis di masa depan dan meningkatkan koordinasi mengenai ketegangan di tempat suci tersebut.
Pada bulan Juli, umat Islam menggelar aksi protes di Yerusalem dan Tepi Barat setelah Israel menambahkan kamera dan detektor logam di pintu masuk kompleks Masjid al-Aqsa. Pemasangan alat pengaman itu dilakukan setelah serangan 14 Juli di mana dua petugas Israel dan tiga penyerang terbunuh. Abbas juga menghentikan semua kontak antara Otoritas Palestina dan pemerintah Israel sampai Israel memindahkan kamera pada akhir bulan ini.
Pejabat Palestina telah mengkritik Washington dalam menangani konflik situs suci tersebut dan sikap diam AS terhadap konstruksi permukiman baru-baru ini.
Setelah pertemuan Februari dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump mengatakan bahwa dia dapat hidup dengan solusi satu negara atau dua negara selama kedua belah pihak merasa bahagia. Presiden AS juga meminta Israel untuk menunda pembangunan permukiman sampai kesepakatan damai dengan Palestina dapat disetujui.
Kunjungan Raja Abdullah ke Ramallah adalah yang pertama sejak tahun 2012. Kunjungan ini merupakan reaksi atas meningkatnya ketegangan di situs suci utama Yerusalem Kuno yang oleh umat Islam dikenal sebagai Haram al-Sharif dan Yahudi sebagai Temple Mount.
Raja Jordania mengatakan kepada Abbas bahwa Trump berkomitmen untuk mencapai perdamaian antara Palestina dan Israel seperti dikutip dari UPI, Selasa (8/8/2017).
Sebuah pernyataan dari juru runding Palestina Saeb Erakat mengatakan, Washington harus mengklarifikasi posisinya mengenai pembentukan sebuah negara Palestina yang didasarkan pada perbatasan 1967. Dia juga mengatakan bahwa Washington harus mendukung pembekuan pembangunan permukiman agar perundingan dimulai.
Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Malki mengatakan bahwa kunjungan Abbas dan Abdullah menghasilkan pembentukan tim gabungan untuk mengatasi krisis di masa depan dan meningkatkan koordinasi mengenai ketegangan di tempat suci tersebut.
Pada bulan Juli, umat Islam menggelar aksi protes di Yerusalem dan Tepi Barat setelah Israel menambahkan kamera dan detektor logam di pintu masuk kompleks Masjid al-Aqsa. Pemasangan alat pengaman itu dilakukan setelah serangan 14 Juli di mana dua petugas Israel dan tiga penyerang terbunuh. Abbas juga menghentikan semua kontak antara Otoritas Palestina dan pemerintah Israel sampai Israel memindahkan kamera pada akhir bulan ini.
Pejabat Palestina telah mengkritik Washington dalam menangani konflik situs suci tersebut dan sikap diam AS terhadap konstruksi permukiman baru-baru ini.
Setelah pertemuan Februari dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump mengatakan bahwa dia dapat hidup dengan solusi satu negara atau dua negara selama kedua belah pihak merasa bahagia. Presiden AS juga meminta Israel untuk menunda pembangunan permukiman sampai kesepakatan damai dengan Palestina dapat disetujui.
(ian)