Bertemu Tillerson, Duterte Menyebut Dirinya Sebagai Sahabat AS
A
A
A
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte selama ini dikenal dengan pandangannya yang anti Amerika serta kebijakan luar negeri yang menjauhi Amerika Serikat (AS) dan merapat ke China. Namun, sikap berbeda di tunjukkan Duterte saat bertemu dengan Sekretaris Negara AS Rex Tillerson.
Dalam sebuah pertemuan persahabatan, Duterte mengaku kepada Tillerson sebagai sahabat AS dan merasa senang dapat bertemu dengannya.
"Saya adalah sahabat Anda yang rendah hati di Asia Tenggara," kata Duterte seperti dikutip dari Asian Correspondent, Selasa (8/8/2017).
Pemimpin Filipina itu tidak berusaha menyembunyikan dendamnya terhadap AS, yang telah berulang kali dicela atas apa yang dikatakannya sebagai sejarah kebijakan luar negeri yang munafik, dan untuk memperlakukan Filipina seperti seekor anjing.
"Saya senang bertemu dengan Anda dan Anda datang pada saat dunia ini tidak begitu baik, terutama di semenanjung Korea, dan tentu saja, masalah Laut Cina Selatan yang selalu menggerogoti," kata Duterte kepada Tillerson.
"Saya tahu Anda khawatir di sana, karena Anda juga memiliki masalah dalam rumah tangga. Kita berteman. Kita sekutu," katanya lagi.
Tahun lalu, dia mengumumkan kepada China pemisahan diri dari Washington, mengeluh karena diberi perangkat militer bekas oleh AS. Ia pun pernah membuat investor asal AS gelisah terkait ucapannya yang meminta mereka untuk berkemas dan pergi dari Filipina.
Tapi kemarahan terbesar Duterte ditujukan pada mantan Presiden Barack Obama. Pemerintahan AS kala itu mengkritik kebijakan perang narkoba Duterte yang dianggap telah membunuh ribuan warga Filipina.
Meskipun mengalami perselisihan mengenai Laut Cina Selatan, Duterte telah meminta Beijing untuk mendorong investasi China di Filipina. China baru-baru ini menyumbangkan senjata senilai jutaan dolar untuk membantu peperangan militer Filipina melawan militan Islam di Mindanao yang membuat resah.
Duterte juga mengundang Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop ke istana kepresidenan pada hari Senin, karena pertemuan difokuskan terutama untuk memerangi terorisme.
"Sebagian besar mereka telah melunak terkait hak asasi manusia," katanya kepada Tillerson dan Bishop dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuan tersebut.
Dalam sebuah pertemuan persahabatan, Duterte mengaku kepada Tillerson sebagai sahabat AS dan merasa senang dapat bertemu dengannya.
"Saya adalah sahabat Anda yang rendah hati di Asia Tenggara," kata Duterte seperti dikutip dari Asian Correspondent, Selasa (8/8/2017).
Pemimpin Filipina itu tidak berusaha menyembunyikan dendamnya terhadap AS, yang telah berulang kali dicela atas apa yang dikatakannya sebagai sejarah kebijakan luar negeri yang munafik, dan untuk memperlakukan Filipina seperti seekor anjing.
"Saya senang bertemu dengan Anda dan Anda datang pada saat dunia ini tidak begitu baik, terutama di semenanjung Korea, dan tentu saja, masalah Laut Cina Selatan yang selalu menggerogoti," kata Duterte kepada Tillerson.
"Saya tahu Anda khawatir di sana, karena Anda juga memiliki masalah dalam rumah tangga. Kita berteman. Kita sekutu," katanya lagi.
Tahun lalu, dia mengumumkan kepada China pemisahan diri dari Washington, mengeluh karena diberi perangkat militer bekas oleh AS. Ia pun pernah membuat investor asal AS gelisah terkait ucapannya yang meminta mereka untuk berkemas dan pergi dari Filipina.
Tapi kemarahan terbesar Duterte ditujukan pada mantan Presiden Barack Obama. Pemerintahan AS kala itu mengkritik kebijakan perang narkoba Duterte yang dianggap telah membunuh ribuan warga Filipina.
Meskipun mengalami perselisihan mengenai Laut Cina Selatan, Duterte telah meminta Beijing untuk mendorong investasi China di Filipina. China baru-baru ini menyumbangkan senjata senilai jutaan dolar untuk membantu peperangan militer Filipina melawan militan Islam di Mindanao yang membuat resah.
Duterte juga mengundang Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop ke istana kepresidenan pada hari Senin, karena pertemuan difokuskan terutama untuk memerangi terorisme.
"Sebagian besar mereka telah melunak terkait hak asasi manusia," katanya kepada Tillerson dan Bishop dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuan tersebut.
(ian)