Markas Militer Venezuela Diserang Paramiliter, 2 Tewas
A
A
A
CARACAS - Pihak militer Venezuela mengatakan berhasil mementahkan serangan paramiliter anti pemerintah di sebuah pangkalan. Serangan itu berujung pada tewasnya dua orang dari pelaku penyerangan.
Pihak berwenang mengatakan pemberontakan itu berlangsung di sebuah pangkalan militer di Valencia, sekitar 150 kilometer di sebelah barat Caracas. Pemberontak yang terjadi pada dini hari itu dengan cepat diberangus.
Presiden Maduro merujuk pada kejadian tersebut mengatakan pihaknya telah berhasil menumpas sekelompok teroris. Hal itu diungkapkannya dalam acara TV mingguannya Minggu dengan Maduro.
"Seminggu yang lalu, kami menang dengan suara dan hari ini kami harus mengalahkan terorisme dengan peluru," ujar Maduro.
"Mereka menyerang dengan terorisme dan kebencian. Kami menyerang dengan pekerjaan kami, cinta kami, mereka merusak, kami membangun," imbuhnya seperti dikutip dari CNN, Senin (7/8/2017).
Maduro mengatakan ada 10 penyerang. "Dua terbunuh oleh tembakan yang ditembakkan oleh orang-orang yang setia kepada bangsa kita. Seseorang terluka. Dari 10 penyerang ini, sembilan adalah warga sipil dan hanya satu letnan yang telah dicopot dari jabatannya beberapa bulan yang lalu," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh warga sipil yang nakal mengenakan seragam militer pada Minggu pagi. Tindakan tersebut diberi label sebagai serangan teroris dengan sifat paramiliter.
Sedangkan Menteri Komunikasi Venezuela Ernesto Villegas mengatakan tujuh orang telah ditahan dalam "serangan tentara bayaran".
Sebelumnya, seorang pria yang mengidentifikasikan dirinya sebagai perwira militer mengumumkan pemberontakan melalui sebuah video di media sosial. Ia menyebutnya sebagai pemberontakan yang sah, ditujukan kepada pemerintahan sayap kiri Presiden Nicolas Maduro.
"Kami bersatu sekarang, lebih dari sebelumnya, dengan orang-orang Venezuela yang pemberani yang tidak mengakui keabsahan tirani pembunuh Nicolas Maduro," menurut seorang pria mengaku sebagai Kapten Juan Caguaripano.
Insiden hari Minggu terjadi di tengah kegelisahan setiap hari di negara Amerika Selatan itu, di mana kesulitan ekonomi dan kekacauan politik berdarah yang telah menggoncang negara tersebut selama berbulan-bulan. Puncaknya terjadi pada pekan lalu ketika Majelis Konstituante terpilih menggantikan posisi pimpinan oposisi di Majelis Nasional atau parlemen Venezuela.
Pihak berwenang mengatakan pemberontakan itu berlangsung di sebuah pangkalan militer di Valencia, sekitar 150 kilometer di sebelah barat Caracas. Pemberontak yang terjadi pada dini hari itu dengan cepat diberangus.
Presiden Maduro merujuk pada kejadian tersebut mengatakan pihaknya telah berhasil menumpas sekelompok teroris. Hal itu diungkapkannya dalam acara TV mingguannya Minggu dengan Maduro.
"Seminggu yang lalu, kami menang dengan suara dan hari ini kami harus mengalahkan terorisme dengan peluru," ujar Maduro.
"Mereka menyerang dengan terorisme dan kebencian. Kami menyerang dengan pekerjaan kami, cinta kami, mereka merusak, kami membangun," imbuhnya seperti dikutip dari CNN, Senin (7/8/2017).
Maduro mengatakan ada 10 penyerang. "Dua terbunuh oleh tembakan yang ditembakkan oleh orang-orang yang setia kepada bangsa kita. Seseorang terluka. Dari 10 penyerang ini, sembilan adalah warga sipil dan hanya satu letnan yang telah dicopot dari jabatannya beberapa bulan yang lalu," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh warga sipil yang nakal mengenakan seragam militer pada Minggu pagi. Tindakan tersebut diberi label sebagai serangan teroris dengan sifat paramiliter.
Sedangkan Menteri Komunikasi Venezuela Ernesto Villegas mengatakan tujuh orang telah ditahan dalam "serangan tentara bayaran".
Sebelumnya, seorang pria yang mengidentifikasikan dirinya sebagai perwira militer mengumumkan pemberontakan melalui sebuah video di media sosial. Ia menyebutnya sebagai pemberontakan yang sah, ditujukan kepada pemerintahan sayap kiri Presiden Nicolas Maduro.
"Kami bersatu sekarang, lebih dari sebelumnya, dengan orang-orang Venezuela yang pemberani yang tidak mengakui keabsahan tirani pembunuh Nicolas Maduro," menurut seorang pria mengaku sebagai Kapten Juan Caguaripano.
Insiden hari Minggu terjadi di tengah kegelisahan setiap hari di negara Amerika Selatan itu, di mana kesulitan ekonomi dan kekacauan politik berdarah yang telah menggoncang negara tersebut selama berbulan-bulan. Puncaknya terjadi pada pekan lalu ketika Majelis Konstituante terpilih menggantikan posisi pimpinan oposisi di Majelis Nasional atau parlemen Venezuela.
(ian)