Menlu Rusia Bertemu Menlu AS di Tengah Ketegangan Bilateral
A
A
A
MOSKOW - Rusia yakin Amerika Serikat (AS) siap untuk melanjutkan dialog mengenai masalah-masalah yag kompleks meski ada ketegangan bilateral. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, setelah bertemu dengan koleganya asal AS Rex Tillerson di sela-sela pertemuan internasional di Manila, Filipina.
Lavrov mengatakan hal pertama yang diminta Tillerson adalah aksi balasan Rusia terhadap sanksi AS yang baru kepada Moskow.
"Dia terutama tertarik dalam rincian keputusan yang kami anggap dibuat sebagai tanggapan terhadap undang-undang tentang sanksi anti-Rusia," kata Lavrov seperti dikutip dari Reuters, Minggu (6/8/2017).
Pertemuan tersebut merupakan yang pertama sejak Presiden Donald Trump dengan enggan menandatangani undang-undang sanksi yang menurut Rusia merupakan perang dagang skala penuh dan mengakhiri harapan untuk hubungan yang lebih baik.
"Kami memberikan penjelasan," Lavrov mengatakan, mengacu pada keputusan Rusia untuk mengambil alih sebuah kompleks rumah musim panas di Moskow yang disewa oleh kedutaan AS dan sebuah perintah untuk memangkas kehadiran diplomat AS di Rusia.
Lavrov mengatakan bahwa dia juga mengutip pernyataan Presiden Vladimir Putin yang, dalam sebuah wawancara dengan TV Rusia pekan lalu, menjelaskan bahwa Moskow perlu membalas sanksi AS atas perannya dalam krisis Ukraina dan baru-baru ini diperluas untuk menghukum Rusia karena ikut campur dalam pemilihan presiden AS.
Lavrov menggambarkan pembicaraannya dengan Tillerson sebagai pembicaraan yang panjang dan meliputi berbagai topik, mulai dari isu nuklir di semenanjung Korea hingga rencana koordinasi antara Rusia dan AS untuk menangkal serangan.
"Kami merasa kesiapan kolega AS untuk terus berdialog, saya rasa tidak ada alternatif lain," kata Lavrov.
Kedua belah pihak sepakat bahwa Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov dan Wakil Sekretaris Thomas A. Shannon akan terus membahas masalah kompleks dalam agenda bilateral tersebut.
Lavrov juga mengatakan bahwa Tillerson mengatakan kepadanya bahwa ada perwakilan khusus AS di Ukraina, Kurt Volker, mantan utusan AS untuk NATO, akan bertemu dengan seorang pembantu senior untuk Putin, Vladimir Surkov, dalam waktu terdekat.
"Kami akan tertarik untuk melihat kesan apa yang dimiliki utusan khusus AS mengenai keadaan saat ini," kata Lavrov.
Washington mengirim Volker ke Ukraina bulan lalu untuk menilai situasi di bekas republik Soviet tersebut, di mana gencatan senjata 2015 antara pasukan Kiev dan separatis yang didukung Rusia di bagian timur negara tersebut secara reguler dilanggar.
Washington mengutip konflik tersebut sebagai hambatan utama untuk memperbaiki hubungan antara Rusia dan AS.
Lavrov mengatakan hal pertama yang diminta Tillerson adalah aksi balasan Rusia terhadap sanksi AS yang baru kepada Moskow.
"Dia terutama tertarik dalam rincian keputusan yang kami anggap dibuat sebagai tanggapan terhadap undang-undang tentang sanksi anti-Rusia," kata Lavrov seperti dikutip dari Reuters, Minggu (6/8/2017).
Pertemuan tersebut merupakan yang pertama sejak Presiden Donald Trump dengan enggan menandatangani undang-undang sanksi yang menurut Rusia merupakan perang dagang skala penuh dan mengakhiri harapan untuk hubungan yang lebih baik.
"Kami memberikan penjelasan," Lavrov mengatakan, mengacu pada keputusan Rusia untuk mengambil alih sebuah kompleks rumah musim panas di Moskow yang disewa oleh kedutaan AS dan sebuah perintah untuk memangkas kehadiran diplomat AS di Rusia.
Lavrov mengatakan bahwa dia juga mengutip pernyataan Presiden Vladimir Putin yang, dalam sebuah wawancara dengan TV Rusia pekan lalu, menjelaskan bahwa Moskow perlu membalas sanksi AS atas perannya dalam krisis Ukraina dan baru-baru ini diperluas untuk menghukum Rusia karena ikut campur dalam pemilihan presiden AS.
Lavrov menggambarkan pembicaraannya dengan Tillerson sebagai pembicaraan yang panjang dan meliputi berbagai topik, mulai dari isu nuklir di semenanjung Korea hingga rencana koordinasi antara Rusia dan AS untuk menangkal serangan.
"Kami merasa kesiapan kolega AS untuk terus berdialog, saya rasa tidak ada alternatif lain," kata Lavrov.
Kedua belah pihak sepakat bahwa Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov dan Wakil Sekretaris Thomas A. Shannon akan terus membahas masalah kompleks dalam agenda bilateral tersebut.
Lavrov juga mengatakan bahwa Tillerson mengatakan kepadanya bahwa ada perwakilan khusus AS di Ukraina, Kurt Volker, mantan utusan AS untuk NATO, akan bertemu dengan seorang pembantu senior untuk Putin, Vladimir Surkov, dalam waktu terdekat.
"Kami akan tertarik untuk melihat kesan apa yang dimiliki utusan khusus AS mengenai keadaan saat ini," kata Lavrov.
Washington mengirim Volker ke Ukraina bulan lalu untuk menilai situasi di bekas republik Soviet tersebut, di mana gencatan senjata 2015 antara pasukan Kiev dan separatis yang didukung Rusia di bagian timur negara tersebut secara reguler dilanggar.
Washington mengutip konflik tersebut sebagai hambatan utama untuk memperbaiki hubungan antara Rusia dan AS.
(ian)