Hamas-Israel Bahas Pertukaran Tawanan

Kamis, 20 Juli 2017 - 00:09 WIB
Hamas-Israel Bahas Pertukaran Tawanan
Hamas-Israel Bahas Pertukaran Tawanan
A A A
JERUSALEM - Israel dilaporkan bersedia melepaskan sejumlah tahanan Palestina yang tidak ditentukan, kebanyakan wanita, anak-anak dan anggota parlemen yang ditahan tanpa persidangan. Sebagai imbalannya, mereka meminta tiga warga Israel yang ditahan oleh Hamas di Gaza yang masih diketahui masih hidup dalam sebuah rekaman video.

Namun, Hamas telah menolak usulan tersebut dan meminta untuk kebebasan lebih dari 55 warga Palestina yang ditangkap kembali setelah pertukaran tahanan dengan Gilad Shalit. Hamas juga meminta informasi tentang tahanan lain dipegang oleh pasukan pendudukan.

Tiga tentara Israel ditahan saat operasi di Jalur Gaza yang terkepung. Israel juga mengupayakan pembebasan jenazah dua tentara yang terbunuh saat melakukan penyerangan pada 2014.

Meskipun Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman pekan lalu menolak bahwa pemerintah melakukan kontak dengan Hamas, harian Lebanon Al Akhbar hari ini melaporkan bahwa perundingan terus berlanjut. Negosiasi ini dimediasi oleh Mesir yang juga telah mengajukan "proposal baru" untuk dipertimbangkan.

Stanley Cohen, seorang pengacara Amerika Serikat (AS) yang mewakili kepemimpinan politik Hamas, mengatakan bahwa Israel sering menggunakan negosiasi untuk keuntungan politik dalam negeri.

"Dia (Netanyahu) mendapat tekanan dari anggota keluarga kedua tentara yang berada di Gaza, dan ini adalah usaha untuk menunjukkan bahwa dia sedang melakukan sesuatu," kata Cohen seperti dikutip dari Middle East Monitor, Kamis (20/7/2017).

Cohen lebih jauh menekankan bahwa Israel tidak melakukan negosiasi dengan itikad baik, seperti yang ditunjukkan dengan penangkapan kembali tahanan mereka yang telah dibebaskan dalam pertukaran Gilad Shalit pada tahun 2011 lalu.

"Sekali lagi Israel melanggar hukum internasional dan kemudian memegangnya sebagai daun ara untuk memperoleh keuntungan politik yang cepat. Ini adalah permainan Israel, merebut dan menahan orang-orang serta mencoba melakukan pertukaran," tutur Cohen.

Cohen skeptis terhadap peran Mesir sebagai mediator, mengingat hubungannya yang dekat dengan Israel. "Mesir tidak dapat memberikan pengaruh apapun kepada Israel. Mesir akan melakukan apa yang terbaik untuk posisi dan kekuasaannya, dan Israel akan mencoba dan memaksimalkan hubungannya dengan Mesir demi keuntungan pribadinya," kata Cohen.

"Setiap Mesir melakukan intervensi telah bermanfaat bagi wilayah ini. Tapi dalam jangka panjang, masalahnya adalah kurangnya itikad baik oleh Israel. Tidak ada keraguan dalam pikiran saya bahwa Netanyahu mengeksploitasi ini untuk dinamika politik pribadi di Israel sekarang," cetus Cohen.

Ia juga mempertimbangkan bagaimana bentrokan saat ini atas akses ke Masjid Al-Aqsa dapat menjamin sikap yang lebih kuat dari Hamas.

"Tidak seperti Fatah, yang dengan mudah memisahkan orang Palestina di Tepi Barat dan Palestina di Gaza, Hamas tidak melakukannya. Jadi sangat jelas, dan Israel sangat sadar, bahwa jika terus mengepung Al-Aqsa dan melanjutkan kekerasan yang meletus lagi tadi malam, maka posisi Hamas akan lebih keras," ucap Cohen.

Ia menyimpulkan bahwa tindakan Israel di Al-Aqsha mengungkapkan pendekatan mereka terhadap perundingan. "Jika Israel serius dengan perundingan yang akan mereka lakukan untuk mencapai tingkat tertentu apa yang mereka lakukan di Al-Aqsa," tukasnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3715 seconds (0.1#10.140)