Anggaran Disunat, Panglima Militer Prancis Mengundurkan Diri
A
A
A
PARIS - Panglima angkatan bersenjata Prancis mengundurkan diri setelah terlibat konflik terbuka dengan Presiden Emmanuel Macron mengenai pengeluaran. Pierre de Villiers secara terbuka mengeluhkan pemotongan Macron terhadap anggaran militer.
"Dalam keadaan saat ini saya melihat diri saya tidak lagi mampu menjamin kekuatan pertahanan kuat yang saya yakini diperlukan untuk menjamin perlindungan warga Prancis dan Prancis, sekarang dan besok, dan untuk mempertahankan tujuan negara kita," kata De Villiers seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (19/7/2017).
Dia menambahkan bahwa Macron telah menerima pengunduran dirinya.
Konflik terbuka antara kepala negara dan panglima angkatan bersenjata dimulai awal Juli lalu ketika Menteri Anggaran Prancis Gerald Darmanin mengumumkan pemotongan anggaran militer.
Menurut usulan pemotongan anggaran tersebut, Kementerian Pertahanan harus melakukan penghematan sebesar USD980 juta. Kementerian Dalam Negeri dan Luar Negeri juga harus menghadapi pemotongan anggaran.
De Villiers memprotes pemotongan tersebut di hadapan komite parlemen.
"Saya tidak akan membiarkan diri saya menjadi seperti itu. Saya mungkin bodoh, tapi saya tahu apa yang harus saya miliki," katanya.
Macron menampar De Villiers, mengatakan bahwa dia telah membuat komitmen dan dia adalah bos De Villiers selama pidato tahunan tradisionalnya kepada tentara di mana perwira tinggi dan keluarga mereka hadir.
"Saya telah membuat komitmen, saya adalah atasan Anda. Jika kepala staf Angkatan Bersenjata memiliki masalah dengan Presiden Republik, kepala staf akan diganti," kata Macron .
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian memuji De Villiers dengan mengatakan bahwa ia adalah seorang tentara yang hebat, yang memiliki integritas dan kecerdasan yang hebat.
"Dalam keadaan saat ini saya melihat diri saya tidak lagi mampu menjamin kekuatan pertahanan kuat yang saya yakini diperlukan untuk menjamin perlindungan warga Prancis dan Prancis, sekarang dan besok, dan untuk mempertahankan tujuan negara kita," kata De Villiers seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (19/7/2017).
Dia menambahkan bahwa Macron telah menerima pengunduran dirinya.
Konflik terbuka antara kepala negara dan panglima angkatan bersenjata dimulai awal Juli lalu ketika Menteri Anggaran Prancis Gerald Darmanin mengumumkan pemotongan anggaran militer.
Menurut usulan pemotongan anggaran tersebut, Kementerian Pertahanan harus melakukan penghematan sebesar USD980 juta. Kementerian Dalam Negeri dan Luar Negeri juga harus menghadapi pemotongan anggaran.
De Villiers memprotes pemotongan tersebut di hadapan komite parlemen.
"Saya tidak akan membiarkan diri saya menjadi seperti itu. Saya mungkin bodoh, tapi saya tahu apa yang harus saya miliki," katanya.
Macron menampar De Villiers, mengatakan bahwa dia telah membuat komitmen dan dia adalah bos De Villiers selama pidato tahunan tradisionalnya kepada tentara di mana perwira tinggi dan keluarga mereka hadir.
"Saya telah membuat komitmen, saya adalah atasan Anda. Jika kepala staf Angkatan Bersenjata memiliki masalah dengan Presiden Republik, kepala staf akan diganti," kata Macron .
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian memuji De Villiers dengan mengatakan bahwa ia adalah seorang tentara yang hebat, yang memiliki integritas dan kecerdasan yang hebat.
(ian)