Presiden Assad Sambangi Pangkalan Rusia usai Diancam AS
A
A
A
DAMASKUS - Presiden Suriah Bashar al-Assad mengunjungi pangkalan udara Rusia di Khmeimim di Suriah barat. Kunjungan Assad ini terjadi setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan ancaman atas tuduhan rezim Suriah mempersiapkan rencana serangan senjata kimia lagi.
Gedung Putih melalui juru bicaranya, Sean Spicer, mengancam Assad dengan komentar rezim Suriah akan “membayar mahal” jika nekat meluncurkan serangan senjata kimia. Spicer tak menjelaskan sumber tuduhan terhadap Suriah tersebut.
”AS telah mengidentifikasi persiapan potensial untuk serangan senjata kimia lain oleh rezim Assad yang kemungkinan akan mengakibatkan pembunuhan massal warga sipil, termasuk anak-anak yang tidak bersalah,” kata Spicer, kemarin.
“Jika Assad melakukan serangan pembunuhan massal dengan menggunakan senjata kimia, dia dan tentaranya akan membayar mahal,” ancam Spicer.
Kunjungan Assad usai diancam AS itu merupakan kunjungan pertamanya ke pangkalan udara di mana jet-jet tempur Rusia memainkan peran penting dalam mendukung usaha perangnya.
Foto-foto yang beredar menunjukkan pemimpin Suriah itu naik ke kokpit pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 Rusia. Dia juga memeriksa senjata, personel dan kendaraan lapis baja di markas militer dekat Latakia.
Assad, seperti dikutip dari kantor berita SANA, Rabu (28/6/2017), didampingi Kepala Staf Militer Rusia Jenderal Valery Gerasimov selama kunjungannya.
”Orang-orang Suriah tidak akan lupa bahwa saudara-saudara Rusia-nya berdiri di samping mereka dalam perang nasional ini," tulis Assad dalam sebuah buku pengunjung di markas militer tersebut.
Pangkalan tersebut telah menjadi jantung usaha militer Moskow untuk mendukung Assad sejak 2015, ketika angkatan udara Rusia mulai mengebom gerilyawan yang mengancam kekuasaan Assad. Pemimpin Suriah ini juga mendapatkan dukungan dari Iran.
Terkait tuduhan dan ancaman AS, Kremlin menantang Washington membeberkan bukti. ”Saya tidak mengetahui adanya informasi tentang ancaman bahwa senjata kimia akan digunakan,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam sebuah konferensi dengan wartawan pada hari Selasa.
”Tentu, kami menganggap ancaman seperti itu terhadap kepemimpinan sah Republik Arab Suriah sebagai hal yang tidak dapat diterima,” ujar Peskov.
Gedung Putih melalui juru bicaranya, Sean Spicer, mengancam Assad dengan komentar rezim Suriah akan “membayar mahal” jika nekat meluncurkan serangan senjata kimia. Spicer tak menjelaskan sumber tuduhan terhadap Suriah tersebut.
”AS telah mengidentifikasi persiapan potensial untuk serangan senjata kimia lain oleh rezim Assad yang kemungkinan akan mengakibatkan pembunuhan massal warga sipil, termasuk anak-anak yang tidak bersalah,” kata Spicer, kemarin.
“Jika Assad melakukan serangan pembunuhan massal dengan menggunakan senjata kimia, dia dan tentaranya akan membayar mahal,” ancam Spicer.
Kunjungan Assad usai diancam AS itu merupakan kunjungan pertamanya ke pangkalan udara di mana jet-jet tempur Rusia memainkan peran penting dalam mendukung usaha perangnya.
Foto-foto yang beredar menunjukkan pemimpin Suriah itu naik ke kokpit pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 Rusia. Dia juga memeriksa senjata, personel dan kendaraan lapis baja di markas militer dekat Latakia.
Assad, seperti dikutip dari kantor berita SANA, Rabu (28/6/2017), didampingi Kepala Staf Militer Rusia Jenderal Valery Gerasimov selama kunjungannya.
”Orang-orang Suriah tidak akan lupa bahwa saudara-saudara Rusia-nya berdiri di samping mereka dalam perang nasional ini," tulis Assad dalam sebuah buku pengunjung di markas militer tersebut.
Pangkalan tersebut telah menjadi jantung usaha militer Moskow untuk mendukung Assad sejak 2015, ketika angkatan udara Rusia mulai mengebom gerilyawan yang mengancam kekuasaan Assad. Pemimpin Suriah ini juga mendapatkan dukungan dari Iran.
Terkait tuduhan dan ancaman AS, Kremlin menantang Washington membeberkan bukti. ”Saya tidak mengetahui adanya informasi tentang ancaman bahwa senjata kimia akan digunakan,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam sebuah konferensi dengan wartawan pada hari Selasa.
”Tentu, kami menganggap ancaman seperti itu terhadap kepemimpinan sah Republik Arab Suriah sebagai hal yang tidak dapat diterima,” ujar Peskov.
(mas)