Rakhine Myanmar Bergolak Lagi, Ratusan Warga Buddha Melarikan Diri
A
A
A
NAYPYIDAW - Pasukan militer Myanmar di negara bagian Rakhine siaga tinggi setelah hampir 200 warga Buddha melarikan diri dari desa mereka di Rakhine. Mereka ketakutan setelah terjadi serangkaian pembunuhan yang dilaporkan dilakukan oleh gerilyawan Rohingya.
Kepala Menteri Rakhine Nyi Pu dan para pejabat pemerintah senior Myanmar mengaku telah menerima laporan tentang ratusan para warga desa komunitas Buddha yang melarikan diri dari desa mereka.
Pada Oktober lalu, wilayah Rakhine bergejolak setelah gerilyawan Rohingya menyerang pos penjaga perbatasan Myanmar. Serangan yang menewaskan beberapa polisi itu memicu reaksi keras dari militer Myanmar, di mana ratusan warga Rohingya dilaporkan terbunuh, lebih dari 1.000 rumah dibakar dan sekitar 75.000 Muslim Rohingya terpaksa melarikan diri ke Bangladesh.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membentuk sebuah misi pencarian fakta untuk menyelidiki kejahatan terhadap kemanusiaan yang diduga dilakukan oleh militer selama serangan balik tersebut. Namun, pemimpin de facto Aung San Suu Kyi—tokoh penerima Hadiah Nobel Perdamaian—menolak tuduhan tersebut dan menentang misi PBB.
Dalam beberapa minggu ini, ketegangan di Rakhine meningkat ketika pejabat desa dibunuh. Sebagai balasan, tentara Myanmar membunuh tiga orang dalam operasi pembersihan terhadap sebuah kamp militan Rohingya pada pekan lalu.
Surat kabar lokal, Global New Light of Myanmar, pada hari Selasa (27/6/2017) melaporkan bahwa seorang warga desa di Rakhine utara ditusuk saat berdoa pada akhir pekan lalu. Serangan ini terjadi setelah kepala desa setempat diserang sekitar sepuluh penyerang bertopeng pada 17 Juni 2017. Kepala desa itu tewas terkena tikaman.
”Pembunuhan tersebut terjadi akhir pekan lalu dan situasinya semakin parah, sekelompok orang yang memakai masker hitam telah membunuh pejabat (desa) lokal yang dekat dengan pemerintah, sehingga warga panik, karena itulah kami sangat waspada," kata Kepala Polisi Negara Bagian Rakhine, Sein Lwin, kepada Reuters.
Sein Lwin dan seorang sumber militer yang beroperasi di wilayah tersebut mengatakan, pasukan keamanan memprediksi akan terjadi serangan oleh militan Rohingya yang baru terhadap tentara setelah bulan Ramadan berakhir.
Belum jelas berapa banyak orang yang terbunuh dalam kekerasan baru-baru ini di Rakhine. Kelompok siapa di balik serangan juga belum diketahui, sebab militer Myanmar menutup akses di Rakhine sejak Oktober lalu.
Kyaw Win, seorang warga desa di Rakhine, mengatakan hampir 200 penduduk dari 11 desa etnis Buddha Rakhine telah melarikan diri ke kota Maungdaw, Buthidaung dan Sittwe.
”Kami tidak berani tinggal di sini, ada banyak rumor yang beredar di kalangan masyarakat bahwa kita akan diserang,” kata Kyaw Win kepada Reuters melalui telepon.
Para pengungsi Rohingya di permukiman darurat di Boor Cox, Bangladesh, juga telah mengorganisir patroli pertahanan untuk menjaga diri dari orang-orang bertopeng yang berkeliaran di kamp-kamp mereka pada malam hari. Patroli itu telah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir.
Kepala Menteri Rakhine Nyi Pu dan para pejabat pemerintah senior Myanmar mengaku telah menerima laporan tentang ratusan para warga desa komunitas Buddha yang melarikan diri dari desa mereka.
Pada Oktober lalu, wilayah Rakhine bergejolak setelah gerilyawan Rohingya menyerang pos penjaga perbatasan Myanmar. Serangan yang menewaskan beberapa polisi itu memicu reaksi keras dari militer Myanmar, di mana ratusan warga Rohingya dilaporkan terbunuh, lebih dari 1.000 rumah dibakar dan sekitar 75.000 Muslim Rohingya terpaksa melarikan diri ke Bangladesh.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membentuk sebuah misi pencarian fakta untuk menyelidiki kejahatan terhadap kemanusiaan yang diduga dilakukan oleh militer selama serangan balik tersebut. Namun, pemimpin de facto Aung San Suu Kyi—tokoh penerima Hadiah Nobel Perdamaian—menolak tuduhan tersebut dan menentang misi PBB.
Dalam beberapa minggu ini, ketegangan di Rakhine meningkat ketika pejabat desa dibunuh. Sebagai balasan, tentara Myanmar membunuh tiga orang dalam operasi pembersihan terhadap sebuah kamp militan Rohingya pada pekan lalu.
Surat kabar lokal, Global New Light of Myanmar, pada hari Selasa (27/6/2017) melaporkan bahwa seorang warga desa di Rakhine utara ditusuk saat berdoa pada akhir pekan lalu. Serangan ini terjadi setelah kepala desa setempat diserang sekitar sepuluh penyerang bertopeng pada 17 Juni 2017. Kepala desa itu tewas terkena tikaman.
”Pembunuhan tersebut terjadi akhir pekan lalu dan situasinya semakin parah, sekelompok orang yang memakai masker hitam telah membunuh pejabat (desa) lokal yang dekat dengan pemerintah, sehingga warga panik, karena itulah kami sangat waspada," kata Kepala Polisi Negara Bagian Rakhine, Sein Lwin, kepada Reuters.
Sein Lwin dan seorang sumber militer yang beroperasi di wilayah tersebut mengatakan, pasukan keamanan memprediksi akan terjadi serangan oleh militan Rohingya yang baru terhadap tentara setelah bulan Ramadan berakhir.
Belum jelas berapa banyak orang yang terbunuh dalam kekerasan baru-baru ini di Rakhine. Kelompok siapa di balik serangan juga belum diketahui, sebab militer Myanmar menutup akses di Rakhine sejak Oktober lalu.
Kyaw Win, seorang warga desa di Rakhine, mengatakan hampir 200 penduduk dari 11 desa etnis Buddha Rakhine telah melarikan diri ke kota Maungdaw, Buthidaung dan Sittwe.
”Kami tidak berani tinggal di sini, ada banyak rumor yang beredar di kalangan masyarakat bahwa kita akan diserang,” kata Kyaw Win kepada Reuters melalui telepon.
Para pengungsi Rohingya di permukiman darurat di Boor Cox, Bangladesh, juga telah mengorganisir patroli pertahanan untuk menjaga diri dari orang-orang bertopeng yang berkeliaran di kamp-kamp mereka pada malam hari. Patroli itu telah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir.
(mas)