Sebut Tidak Manusiawi, Erdogan Kecam Isolasi Qatar
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam isolasi terhadap Qatar oleh beberapa negara Arab. Ia menggambarkannya sebagai tidak manusiawi dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Erdogan mengatakan keputusan yang diambil oleh Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir untuk memutuskan semua hubungan dengan Qatar seperti hukuman mati.
Hal itu diungkapkan Erdogan dalam sebuah pidato di sebuah pertemuan parlemen di Ankara. Erdogan mengatakan metode yang digunakan oleh negara-negara tetangga Qatar tidak dapat diterima.
"Kesalahan yang sangat serius sedang dilakukan di Qatar, mengisolasi sebuah negara di semua wilayah tidak manusiawi dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Keputusan hukuman mati telah diambil untuk Qatar," katanya seperti dikutip dari BBC, Rabu (14/6/2017).
Qatar dituduh membantu kelompok teroris dan Iran. Erdogan menolak tuduhan tersebut terhadap Qatar, dengan mengatakan bahwa emirat tersebut telah mengambil "sikap yang paling menentukan" terhadap ISIS.
"Menjadikan Qatar sebagai korban melalui kampanye fitnah tidak ada gunanya," katanya.
Dia tidak secara langsung mengkritik Arab Saudi, namun mengatakan bahwa sebagai negarawan tertua di Teluk Raja Saudi Salman harus menyelesaikan masalah ini dan menunjukkan kepemimpinannya.
Erdogan sendiri telah berjanji untuk membantu Qatar mengatasi dampak krisis tersebut. Turki telah menerbangkan produk susu, unggas dan jus ke Doha, yang mulai sampai di rak supermarket selama akhir pekan.
Qatar mengakui telah mendukung kelompok-kelompok Islam di seluruh wilayah, termasuk Ikhwanul Muslimin. Tapi ini membantah mendukung atau mendanai kelompok jihad seperti IS atau al-Qaeda. Ini juga menolak klaim negara itu terlalu dekat dengan Iran, saingan regional utama Arab Saudi.
"Kami masih belum tahu apa yang ada di balik tindakan ini," kata Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani saat berkunjung ke Paris pada hari Senin.
"Apapun yang terkait dengan keamanan kolektif negara-negara Teluk, Qatar siap untuk bernegosiasi, tapi kami memiliki hak untuk bereaksi terhadap tuduhan-tuduhan ini bahwa kami mencampuri urusan dalam negeri mereka," tukasnya.
Erdogan mengatakan keputusan yang diambil oleh Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir untuk memutuskan semua hubungan dengan Qatar seperti hukuman mati.
Hal itu diungkapkan Erdogan dalam sebuah pidato di sebuah pertemuan parlemen di Ankara. Erdogan mengatakan metode yang digunakan oleh negara-negara tetangga Qatar tidak dapat diterima.
"Kesalahan yang sangat serius sedang dilakukan di Qatar, mengisolasi sebuah negara di semua wilayah tidak manusiawi dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Keputusan hukuman mati telah diambil untuk Qatar," katanya seperti dikutip dari BBC, Rabu (14/6/2017).
Qatar dituduh membantu kelompok teroris dan Iran. Erdogan menolak tuduhan tersebut terhadap Qatar, dengan mengatakan bahwa emirat tersebut telah mengambil "sikap yang paling menentukan" terhadap ISIS.
"Menjadikan Qatar sebagai korban melalui kampanye fitnah tidak ada gunanya," katanya.
Dia tidak secara langsung mengkritik Arab Saudi, namun mengatakan bahwa sebagai negarawan tertua di Teluk Raja Saudi Salman harus menyelesaikan masalah ini dan menunjukkan kepemimpinannya.
Erdogan sendiri telah berjanji untuk membantu Qatar mengatasi dampak krisis tersebut. Turki telah menerbangkan produk susu, unggas dan jus ke Doha, yang mulai sampai di rak supermarket selama akhir pekan.
Qatar mengakui telah mendukung kelompok-kelompok Islam di seluruh wilayah, termasuk Ikhwanul Muslimin. Tapi ini membantah mendukung atau mendanai kelompok jihad seperti IS atau al-Qaeda. Ini juga menolak klaim negara itu terlalu dekat dengan Iran, saingan regional utama Arab Saudi.
"Kami masih belum tahu apa yang ada di balik tindakan ini," kata Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani saat berkunjung ke Paris pada hari Senin.
"Apapun yang terkait dengan keamanan kolektif negara-negara Teluk, Qatar siap untuk bernegosiasi, tapi kami memiliki hak untuk bereaksi terhadap tuduhan-tuduhan ini bahwa kami mencampuri urusan dalam negeri mereka," tukasnya.
(ian)