Tiga Pendeta Kristen dan Tokoh Syiah Hilang, Minoritas Malaysia Ketakutan

Kamis, 08 Juni 2017 - 12:50 WIB
Tiga Pendeta Kristen dan Tokoh Syiah Hilang, Minoritas Malaysia Ketakutan
Tiga Pendeta Kristen dan Tokoh Syiah Hilang, Minoritas Malaysia Ketakutan
A A A
KUALA LUMPUR - Kelompok minoritas di Malaysia ketakutan setelah tiga pendeta Kristen dan seorang tokoh Syiah di negara itu hilang diduga diculik. Kelompok minoritas khawatir pihak berwenang di negara itu menargetkan kelompok minoritas dengan penahanan di luar hukum.

Bukti video dan saksi menunjukkan bahwa kelompok yang sangat terorganisir melakukan penculikan di depan umum. Beberapa bulan setelah orang-orang tersebut menghilang, anggota keluarga tidak mengetahui tentang keberadaan mereka.

”Apakah menurut saya negara terkait dengan ini? Ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab,” kata Suzanna Liew, istri pendeta Raymond Koh yang hilang pada 13 Februari lalu. ”Tapi bisakah saya mengesampingkan kemungkinan bahwa orang-orang yang berkuasa terkait dengan ini atau lebih tahu dari yang mereka akui? Tidak, saya tidak bisa.”

Koh telah dituduh mencoba untuk mengubah keyakinan orang—sebuah tindakan yang dianggap kejahatan di Malaysia—dan mendapat ancaman pembunuhan. Dua pendeta lainnya yang hilang diduga diculik adalah Joshua Hilmy dan istrinya Ruth, yang dilaporkan hilang pada bulan Maret.

Orang keempat yang juga hilang dengan cara yang sama adalah Amri Che Mat. Dia diduga diculik pada bulan November lalu. Menurut saksi mata, dia dituduh menyebarkan Syiah di Malaysia.

Thomas Fann, seorang aktivis hak asasi manusia mendirikan Citizen Action Group on Enforced Disappearance (Caged) sebagai tanggapan atas kasus tersebut.

”Kami mengatakan bahwa ada kemungkinan besar telah terjadi penghilangan paksa, yang berarti bahwa negara dapat terlibat secara langsung atau tidak langsung,” katanya. ”Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa ada hubungan karena semuanya berdasarkan keyakinan,” ujarnya, seperti dikutip Guardian, semalam (7/6/2017).

Fann dan Sevan Doraisamay, direktur eksekutif kelompok hak asasi manusia SUARAM, yakin bahwa kelompok yang hilang tersebut adalah korban penahanan ekstra-yudisial. Kemungkinan lainnya adalah geng kriminal profesional telah menculik mereka. Jika kemungkinan itu benar, maka akan memicu pertanyaan mengapa keompok itu bisa beroperasi dengan sangat efektif di bawah “hidung” pasukan keamanan Malaysia yang terkenal terampil.

Dalam sebuah wawancara dengan Guardian, putri pasangan Liew dan Koh, yakni Esther dan Elizabeth Koh, menggambarkan bagaimana mereka telah kehilangan kepercayaan pada polisi. Mereka mengatakan bahwa petugas tidak memberi mereka informasi dan mendesak mereka untuk tidak berbicara dengan media tentang kasus ini.

Pada tanggal 24 Mei, polisi Malaysia membuat pengumuman mengejutkan bahwa tersangka telah ditangkap dalam kasus hilangnya Koh. Namun, polisi tidak memberikan rincian spesifik soal penangkapan itu.

”Jangan membuat tuduhan seperti itu tanpa bukti,” kata Kepala Polisi Diraja Malaysia Inspektur Jenderal Polisi Khalid Abu Bakar. ”Jika Anda memilikinya, maju dan berikan pada kami. Kita harus menyelidiki. Bukan hanya penculikan, tapi juga laporan bahwa dia mempengaruhi keyakinan orang-orang Muslim.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4312 seconds (0.1#10.140)