Negara-negara Teluk Mulai Mengancam Qatar
A
A
A
DOHA - Negara-negara Teluk mulai melempar ancaman terhadap Qatar setelah hubungan diplomatik dengan negara itu diputus. Uni Emirat Arab (UEA), misalnya, mengancam akan menjatuhkan embargo ekonomi terhadap Qatar.
Sedangkan Bahrain mengancam akan melakukan “opsi apapun” yang ada di meja karena krisis di Teluk tidak menunjukkan tanda-tanda mereda hingga hari Kamis (8/6/2017).
Negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) telah melakukan pembicaraan serius dalam menyikapi Qatar. Negara itu diisolasi para tetangganya di Teluk dan Afrika—seperti Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir, Yaman, Libya dan Maladewa—atas tuduhan Doha mendukung terorisme dan mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Pertemuan GCC digelar meskipun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan emir Kuwait sedang berupaya mencegah eskalasi perselisihan lebih lanjut.
Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengatakan kepada kantor berita Reuters, bahwa akan ada lebih banyak pembatasan ekonomi di Qatar. Jika perlu, kata dia, Doha perlu membuat komitmen yang ketat untuk mengubah apa yang para kritikus katakan sebagai kebijakan untuk mendanai kelompok-kelompok bersenjata.
Gargash kemudian mengatakan kepada stasiun televisi France24 bahwa langkah selanjutnya terhadap Qatar dapat berupa “semacam embargo”.
Namun, Gargash menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan terhadap Qatar selama sepekan ini bukan bertujuan untuk menggulingkan kepemimpinan di Doha.
”Ini bukan tentang perubahan rezim, ini tentang perubahan kebijakan, perubahan pendekatan,” kata Gargash kepada AFP di Dubai.
Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed al-Khalifa mengaku ragu bahwa Qatar akan mengubah perilakunya meski telah mendapat reaksi keras dari para tetangganya. ”Kami tidak akan ragu untuk melindungi kepentingan kami dan jalan terbuka terhadap pilihan untuk melindungi diri dari Qatar,” kata Sheikh Khalid.
Penguasa Kuwait, Sheikh Sabah Al Ahmad al-Sabah telah melakukan perjalanan dari UEA ke Qatar pada hari Rabu setelah mengunjungi Arab Saudi sehari sebelumnya untuk menyelesaikan krisis tersebut.
Sementara itu, Presiden Donald Trump mengaku telah menelepon Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani. ”Presiden menawarkan (diri) untuk membantu para pihak menyelesaikan perbedaan mereka, termasuk melalui pertemuan di Gedung Putih jika perlu,” bunyi pernyataan Gedung Putih mengutip pembicaraan telepon Trump dengan Sheikh Tamim.
Sedangkan Bahrain mengancam akan melakukan “opsi apapun” yang ada di meja karena krisis di Teluk tidak menunjukkan tanda-tanda mereda hingga hari Kamis (8/6/2017).
Negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) telah melakukan pembicaraan serius dalam menyikapi Qatar. Negara itu diisolasi para tetangganya di Teluk dan Afrika—seperti Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir, Yaman, Libya dan Maladewa—atas tuduhan Doha mendukung terorisme dan mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Pertemuan GCC digelar meskipun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan emir Kuwait sedang berupaya mencegah eskalasi perselisihan lebih lanjut.
Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengatakan kepada kantor berita Reuters, bahwa akan ada lebih banyak pembatasan ekonomi di Qatar. Jika perlu, kata dia, Doha perlu membuat komitmen yang ketat untuk mengubah apa yang para kritikus katakan sebagai kebijakan untuk mendanai kelompok-kelompok bersenjata.
Gargash kemudian mengatakan kepada stasiun televisi France24 bahwa langkah selanjutnya terhadap Qatar dapat berupa “semacam embargo”.
Namun, Gargash menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan terhadap Qatar selama sepekan ini bukan bertujuan untuk menggulingkan kepemimpinan di Doha.
”Ini bukan tentang perubahan rezim, ini tentang perubahan kebijakan, perubahan pendekatan,” kata Gargash kepada AFP di Dubai.
Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed al-Khalifa mengaku ragu bahwa Qatar akan mengubah perilakunya meski telah mendapat reaksi keras dari para tetangganya. ”Kami tidak akan ragu untuk melindungi kepentingan kami dan jalan terbuka terhadap pilihan untuk melindungi diri dari Qatar,” kata Sheikh Khalid.
Penguasa Kuwait, Sheikh Sabah Al Ahmad al-Sabah telah melakukan perjalanan dari UEA ke Qatar pada hari Rabu setelah mengunjungi Arab Saudi sehari sebelumnya untuk menyelesaikan krisis tersebut.
Sementara itu, Presiden Donald Trump mengaku telah menelepon Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani. ”Presiden menawarkan (diri) untuk membantu para pihak menyelesaikan perbedaan mereka, termasuk melalui pertemuan di Gedung Putih jika perlu,” bunyi pernyataan Gedung Putih mengutip pembicaraan telepon Trump dengan Sheikh Tamim.
(mas)