Macron dan Le Pen Bersaing Ketat
A
A
A
PARIS - Calon presiden (capres) Prancis Emmanuel Macron dan Marine Le Pen diprediksi akan bersaing ketat pada pemilu presiden putaran pertama pada Minggu (23/4) mendatang. Berdasarkan jajak pendapat yang digelar Elabe untuk stasiun berita BFMTV, capres dari kubu tengah Macron dinyatakan unggul dengan 24% pada pemilu putaran pertama, sedangkan Le Pen meraih 23%. Kemudian, capres konservatif Francois Fillon memperoleh 19,5% dan kandidat kanan-jauh Jean-Luc Melenchon men dapatkan 18%.
”Nantinya pemilu putaran kedua yang akan digelar pada 7 Mei hanya akan diikuti Macron dan Le Pen,” demikian prediksi Elabe dilansir BBC. Elabe menyatakan bahwa persaingan antara Macron dan Le Pen sangat ketat dan keras. ”Macron difavoritkan memenangi pemilu putaran kedua,” demikian kesimpulan jajak pendapat Elabe.
Kemudian, jajak pendapat OpinionWay menempatkan Macron dan Le Pen dengan perolehan suara mencapai 22% pada pemilu presiden putaran pertama. Sedangkan, Fillon men dapatkan 21% setelah bangkit dari skandal korupsi yang menimpa istrinya. Semen tara Melenchon mendapatkan 18%. Opinion Way menempatkan Macron dan Le Pen pada pemilu putaran kedua pada 7 Mei mendatang.
Dalam kampanye pada Senin (17/4) waktu setempat, Macron, 39, menyarankan para pemilih Prancis untuk membuka lembaran baru setelah perpolitikan Prancis selama 20 tahun dipenuhi wajah lama. Dia menyerukan agar rakyat Prancis menghadirkan generasi baru untuk berkuasa.
”Selama 20 tahun terakhir, apa yang dirasakan bukan pembebasan atau rekonstruksi, tetapi perlambatan,” ujar Macron yang dikenal sebagai politikus pro-Uni Eropa (UE). ”Pengangguran, impotensi negara, dan kesenjangan,” ujarnya di depan 18.000 pendukungnya di Bercy, Paris. Jika dia terpilih sebagai presiden, dia akan menjadi pemimpin termuda sejak Napoleon. Investor dihadapkan pada situasi sulit dengan Pemilu Presiden Prancis kali ini yang sangat sulit diprediksi.
Rakyat Prancis juga sudah ter polarisasi antara antimigran dan promigran serta pro-UE dan anti-UE. Namun, banyak politikus yang meragukan kalau Macron bisa melaju pada pemilu putaran kedua. ”Pemilu presiden kali ini sangat ketat. Fillon bisa maju ke putaran kedua jika dia mampu memobilisasi basis kekuatannya,” kata Christophe Castaner, anggota parlemen Partai Sosialis yang dekat dengan Macron.
Dukungan kuat bagi Macron sebenarnya didapatkan karena kebijakan pro-UE. Dalam setiap kampanye, bendera Prancis dan UE selalu dikibarkan. ”Kami dengan bangga mempersembahkan kepada dunia, yaitu seorang pria cerdas dan muda yang terukur dan pragmatis,” ungkap Florence Ombret, seorang guru berusia 50 tahun dari Nevers.
Sedangkan, pemimpin Front Nasional Le Pen berusaha memobilisasi pendukungnya menjelang pemungutan suara. Dia menyerukan untuk menghentikan semua bentuk kebijakan imigrasi dan melindungi pemilih dari ”kebiadaban globalisasi”. ”Saya akan melindungi kalian. Langkah pertama sebagai presiden, saya akan memperketat perbatasan Prancis,” kata Le Pen di depan 5.000 pendukungnya. Mereka juga berteriak, ”Ini rumah kita”.
”Pemilu pada Minggu adalah dua pilihan antara Prancis yang akan bersinar kembali atau Prancis yang akan tenggelam,” tuturnya. Tidak ada jajak pendapat yang menunjukkan kalau Le Pen tidak masuk pada pemilu putaran kedua. Namun, banyak jajak pendapat menyatakan kalau Le Pen diprediksi kalah pada pemilu putaran kedua.
”Berjuang untuk kemenangan hingga menit terakhir. Kita yakin kemenangan akan berpihak kepada kita,” ucap Le Pen. Perbatasan dan imigrasi menjadi isu utama yang dijual Le Pen. Dia menjamin kalau Prancis akan keluar dari zona bebas perbatasan Schengen.
”Imigrasi massal bukan kesempatan bagi Prancis, itu adalah tragedi bagi Prancis,” ungkapnya. Dia berjanji akan memberlakukan moratorium imigrasi karena rakyat Prancis cenderung mendapatkan hal yang lebih sedikit dibandingkan orang asing.
Kampanye Le Pen diwarnai kerusuhan yang dilakukan sekitar 80 orang anti-Front Nasional. Mereka bentrok dengan aparat keamanan. Polisi menembakkan gas air mata ke arah demonstran. Saat Le Pen berpidato, seorang perempuan muda melompat ke panggung untuk protes, tetapi langsung diamankan petugas keamanan.
Tetapi, banyak pendukung Le Pen tetap loyal. ”Macron hanya produk marketing semata,” ujar aktivis pemuda Front Nasional Veronique Fornilli, 26. Dia yakin hanya Le Pen yang mampu memimpin Prancis ke jalur yang benar.
”Nantinya pemilu putaran kedua yang akan digelar pada 7 Mei hanya akan diikuti Macron dan Le Pen,” demikian prediksi Elabe dilansir BBC. Elabe menyatakan bahwa persaingan antara Macron dan Le Pen sangat ketat dan keras. ”Macron difavoritkan memenangi pemilu putaran kedua,” demikian kesimpulan jajak pendapat Elabe.
Kemudian, jajak pendapat OpinionWay menempatkan Macron dan Le Pen dengan perolehan suara mencapai 22% pada pemilu presiden putaran pertama. Sedangkan, Fillon men dapatkan 21% setelah bangkit dari skandal korupsi yang menimpa istrinya. Semen tara Melenchon mendapatkan 18%. Opinion Way menempatkan Macron dan Le Pen pada pemilu putaran kedua pada 7 Mei mendatang.
Dalam kampanye pada Senin (17/4) waktu setempat, Macron, 39, menyarankan para pemilih Prancis untuk membuka lembaran baru setelah perpolitikan Prancis selama 20 tahun dipenuhi wajah lama. Dia menyerukan agar rakyat Prancis menghadirkan generasi baru untuk berkuasa.
”Selama 20 tahun terakhir, apa yang dirasakan bukan pembebasan atau rekonstruksi, tetapi perlambatan,” ujar Macron yang dikenal sebagai politikus pro-Uni Eropa (UE). ”Pengangguran, impotensi negara, dan kesenjangan,” ujarnya di depan 18.000 pendukungnya di Bercy, Paris. Jika dia terpilih sebagai presiden, dia akan menjadi pemimpin termuda sejak Napoleon. Investor dihadapkan pada situasi sulit dengan Pemilu Presiden Prancis kali ini yang sangat sulit diprediksi.
Rakyat Prancis juga sudah ter polarisasi antara antimigran dan promigran serta pro-UE dan anti-UE. Namun, banyak politikus yang meragukan kalau Macron bisa melaju pada pemilu putaran kedua. ”Pemilu presiden kali ini sangat ketat. Fillon bisa maju ke putaran kedua jika dia mampu memobilisasi basis kekuatannya,” kata Christophe Castaner, anggota parlemen Partai Sosialis yang dekat dengan Macron.
Dukungan kuat bagi Macron sebenarnya didapatkan karena kebijakan pro-UE. Dalam setiap kampanye, bendera Prancis dan UE selalu dikibarkan. ”Kami dengan bangga mempersembahkan kepada dunia, yaitu seorang pria cerdas dan muda yang terukur dan pragmatis,” ungkap Florence Ombret, seorang guru berusia 50 tahun dari Nevers.
Sedangkan, pemimpin Front Nasional Le Pen berusaha memobilisasi pendukungnya menjelang pemungutan suara. Dia menyerukan untuk menghentikan semua bentuk kebijakan imigrasi dan melindungi pemilih dari ”kebiadaban globalisasi”. ”Saya akan melindungi kalian. Langkah pertama sebagai presiden, saya akan memperketat perbatasan Prancis,” kata Le Pen di depan 5.000 pendukungnya. Mereka juga berteriak, ”Ini rumah kita”.
”Pemilu pada Minggu adalah dua pilihan antara Prancis yang akan bersinar kembali atau Prancis yang akan tenggelam,” tuturnya. Tidak ada jajak pendapat yang menunjukkan kalau Le Pen tidak masuk pada pemilu putaran kedua. Namun, banyak jajak pendapat menyatakan kalau Le Pen diprediksi kalah pada pemilu putaran kedua.
”Berjuang untuk kemenangan hingga menit terakhir. Kita yakin kemenangan akan berpihak kepada kita,” ucap Le Pen. Perbatasan dan imigrasi menjadi isu utama yang dijual Le Pen. Dia menjamin kalau Prancis akan keluar dari zona bebas perbatasan Schengen.
”Imigrasi massal bukan kesempatan bagi Prancis, itu adalah tragedi bagi Prancis,” ungkapnya. Dia berjanji akan memberlakukan moratorium imigrasi karena rakyat Prancis cenderung mendapatkan hal yang lebih sedikit dibandingkan orang asing.
Kampanye Le Pen diwarnai kerusuhan yang dilakukan sekitar 80 orang anti-Front Nasional. Mereka bentrok dengan aparat keamanan. Polisi menembakkan gas air mata ke arah demonstran. Saat Le Pen berpidato, seorang perempuan muda melompat ke panggung untuk protes, tetapi langsung diamankan petugas keamanan.
Tetapi, banyak pendukung Le Pen tetap loyal. ”Macron hanya produk marketing semata,” ujar aktivis pemuda Front Nasional Veronique Fornilli, 26. Dia yakin hanya Le Pen yang mampu memimpin Prancis ke jalur yang benar.
(esn)