Dikecam Israel, Novel Sejoli Palestina-Israel Justru Laris
A
A
A
TEL AVIV - Otoritas Israel mengecam novel kisah cinta sejoli seniman Palestina dan wanita Israel dengan alasan jadi ancaman bagi “identitas Yahudi”. Uniknya, kecaman itu justru membuat novel tersebut laris.
Novel berjudul “All the Rivers” itu karya Dorit Rabinyan. Novel ini menjadi cerita unik, di mana dua insan manusia dari negara yang saling bermusuhan jatuh cinta.
Tak hanya mengecam, Kementerian Pendidikan Israel juga akan menarik novel roman ini dari kurikulum pendidikan nasional.
Novel cinta ini sudah terbit untuk edisi ketiga. Penarikan novel akan dilakukan Kementerian Pendidikan Israel.
“Hubungan intim, dan tentu saja pilihan yang tersedia secara resmi untuk mereka adalah dengan pernikahan dan memulai sebuah keluarga. Bahkan jika itu tidak terjadi dalam cerita—antara orang Yahudi dan non-Yahudi—yang dilihat oleh sebagian besar masyarakat adalah sebagai ancaman terhadap identitas yang terpisah (Arab dan Yahudi),” kata seorang pejabat Kementerian Pendidikan Israel kepada The Guardian, yang dilansir Selasa (11/4/2017).
Namun, tindakan pemerintah Israel itu justru menguntungkan Rabinyan. “Penyensoran” itu membuat novelnya laris dua kali lipat.
Novel ini menjadi sorotan Pemerintah Israel sejak Januari 2016. Saat ini, karya fiksi Rabinyan sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa dan bulan lalu telah diterbitkan di Inggris.
Sang novelis kini sedang bersiap untuk tur promosi karyanya di Amerika Serikat.
Novel berjudul “All the Rivers” itu karya Dorit Rabinyan. Novel ini menjadi cerita unik, di mana dua insan manusia dari negara yang saling bermusuhan jatuh cinta.
Tak hanya mengecam, Kementerian Pendidikan Israel juga akan menarik novel roman ini dari kurikulum pendidikan nasional.
Novel cinta ini sudah terbit untuk edisi ketiga. Penarikan novel akan dilakukan Kementerian Pendidikan Israel.
“Hubungan intim, dan tentu saja pilihan yang tersedia secara resmi untuk mereka adalah dengan pernikahan dan memulai sebuah keluarga. Bahkan jika itu tidak terjadi dalam cerita—antara orang Yahudi dan non-Yahudi—yang dilihat oleh sebagian besar masyarakat adalah sebagai ancaman terhadap identitas yang terpisah (Arab dan Yahudi),” kata seorang pejabat Kementerian Pendidikan Israel kepada The Guardian, yang dilansir Selasa (11/4/2017).
Namun, tindakan pemerintah Israel itu justru menguntungkan Rabinyan. “Penyensoran” itu membuat novelnya laris dua kali lipat.
Novel ini menjadi sorotan Pemerintah Israel sejak Januari 2016. Saat ini, karya fiksi Rabinyan sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa dan bulan lalu telah diterbitkan di Inggris.
Sang novelis kini sedang bersiap untuk tur promosi karyanya di Amerika Serikat.
(mas)