Wajib Militer Membuat Para Transgender Thailand Ketakutan

Jum'at, 07 April 2017 - 02:23 WIB
Wajib Militer Membuat...
Wajib Militer Membuat Para Transgender Thailand Ketakutan
A A A
BANGKOK - Para wanita transgender di Thailand ketakutan karena jadi target wajib militer, di mana mereka wajib menjalani pemeriksaan yang memalukan untuk membuktikan jenis kelamin mereka. Beberapa dari mereka stres dan berpikir untuk bunuh diri.

Pihak militer membebaskan para wanita transgender dari wajib militer jika mampu membuktikan diri sebagai perempuan, bukan berpura-pura sebagai perempuan. Mereka yang bisa menunjukkan sertifikat atau akta lahir sebagai perempuan juga bebas dari wajib militer.

Untuk pembuktian, para wanita transgender dipaksa antre untuk menjalani pemeriksaan yang memalukan. Mereka menunggu dipanggil namanya oleh seorang perwira militer.

Kanphitcha Sungsuk, 21, yang mengenakan gaun berwarna krem, berambut hitam panjang dan merias diri dengan make-up, kepada Reuters mengaku bahwa dia sejatinya terlahir sebagai lelaki. ”Saya lahir laki-laki, jadi saya harus berada di sini, dipanggil untuk tugas,” katanya.

Saban bulan April, setiap pria Thailand yang sudah berusia 21 tahun wajib menjadi relawan militer selama enam bulan. Mereka juga diberi kesempatan mengambil tiket undian. Untuk yang mendapat tiket hitam diperbolehkan pulang. Tapi, yang mendapat tiket merah wajib melayani militer Thailand selama dua tahun.

Ketakutan yang dialami banyak wanita transgender terkait wajib militer itu disampaikan Jetsada Taesombat, Direktur Eksekutif Aliansi Transgender Thailand untuk Hak Asasi Manusia. ”Sebagian besar stres dan khawatir bahwa mereka akan (dilucuti) pakaiannya, dilihat atau dipermalukan di depan umum,” katanya.

”Beberapa dari mereka yang stres ingin bunuh diri untuk menghindari wajib militer,” ujarnya, yang dikutip Jumat (7/4/2017).

Dalam pemeriksaan, seorang dokter akan membawa mereka ke ruang pribadi atau di belakang dinding. Mereka akan dilihat apakah memiliki payudara dan mengalami perubahan jenis kelamin atau tidak.

Sementara itu, Letnan Kolonel Ongard Jamdee, yang menjalankan sebuah pusat rekrutmen di Bangkok, mengklaim pengobatan untuk para wanita transgender telah membaik. “Tentara diinstruksikan untuk merawat dan menghormati perempuan transgender sebagai perempuan,” ujarnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1133 seconds (0.1#10.140)