Film Iran: Rentetan Roket Lenyapkan Selusin Kapal Perang AS
A
A
A
TEHERAN - Seorang sineas Iran telah membuat film bertajuk “Pertempuran Teluk Persia II”. Film ini menggambarkan dahsyatnya rentetan roket Iran yang melenyapkan selusin kapal perang Amerika Serikat dan merobek bendera musuh bebuyutannya itu dari tiangnya.
Film animasi Iran ini dibuat lebih dari empat tahun. Pembuatan film ini membayangkan respons Iran setelah AS menyerang reaktor nuklir Iran.
Film ini ramai diperbincangkan publik Teheran di saat ketegangan Iran dan AS memanas. Ketegangan dipicu kritik Presiden Donald Trump soal kesepakatan nuklir Iran yang dia anggap sebagai kesalahan fatal pemerintahan Barack Obama. Selain itu, ketegangan juga dipicu uji tembak rudal balistik Iran yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Kesepakatan nuklir Teheran itu sejatinya berhasil menjadi peredam ketegangan dua negara yang jadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun tersebut.
Direktur produksi film, Farhad Azima mengatakan waktu perilis film animasi ini murni kebetulan, yakni bersamaan dengan memanasnya ketegangan AS dan Iran.Film mulai diputar di Kota Mashhad, di mana film tersebut diproduksi, dan akan diputar di kota-kota lain dalam beberapa minggu mendatang.
Film berdurasi hampir 90 menit diawali dengan sekuel perang Iran-Irak tahun 1980-an. Adegan berlanjut dengan dimulainya serangan AS terhadap reaktor nuklir Iran. Serangan ini sebagai langkah atas peringatan Washington untuk mengambil tindakan militer guna mencegah Iran membuat bom atom, padahal Iran menegaskan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Dalam film tersebut, muncul karakter yang mirip Jenderal Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Quds, sebuah pasukan elite Iran. Tokoh dalam film ini memimpin sebuah kapal untuk menyerang lebih dari selusin kapal perang Amerika.
Ketika seorang komandan AS memerintahkan dia untuk menyerah atau mati, dia menjawab; ”Jenderal, saya bukan diplomat, saya revolusioner!”
Tokoh tersebut lantas memperingatkan bahwa setiap tentara AS yang mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran harus memesan peti mati, sebelum pasukan Iran melenyapkan seluruh armada tempur AS.
Pihak Armada Lima Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain dan bertanggung jawab untuk operasi angkatan laut di Teluk Persia, kepada AP, Jumat (3/3/2017), menolak untuk mengomentari film Iran ini.
Azima mengatakan pembuatan filmnya menelan biaya USD250 ribu, yang murni didanai orang-orang biasa. Dia menegaskan bahwa tidak ada keterlibatan pemerintah Iran dalam proyek filmnya.
Film animasi Iran ini dibuat lebih dari empat tahun. Pembuatan film ini membayangkan respons Iran setelah AS menyerang reaktor nuklir Iran.
Film ini ramai diperbincangkan publik Teheran di saat ketegangan Iran dan AS memanas. Ketegangan dipicu kritik Presiden Donald Trump soal kesepakatan nuklir Iran yang dia anggap sebagai kesalahan fatal pemerintahan Barack Obama. Selain itu, ketegangan juga dipicu uji tembak rudal balistik Iran yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Kesepakatan nuklir Teheran itu sejatinya berhasil menjadi peredam ketegangan dua negara yang jadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun tersebut.
Direktur produksi film, Farhad Azima mengatakan waktu perilis film animasi ini murni kebetulan, yakni bersamaan dengan memanasnya ketegangan AS dan Iran.Film mulai diputar di Kota Mashhad, di mana film tersebut diproduksi, dan akan diputar di kota-kota lain dalam beberapa minggu mendatang.
Film berdurasi hampir 90 menit diawali dengan sekuel perang Iran-Irak tahun 1980-an. Adegan berlanjut dengan dimulainya serangan AS terhadap reaktor nuklir Iran. Serangan ini sebagai langkah atas peringatan Washington untuk mengambil tindakan militer guna mencegah Iran membuat bom atom, padahal Iran menegaskan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Dalam film tersebut, muncul karakter yang mirip Jenderal Qassem Soleimani, Kepala Pasukan Quds, sebuah pasukan elite Iran. Tokoh dalam film ini memimpin sebuah kapal untuk menyerang lebih dari selusin kapal perang Amerika.
Ketika seorang komandan AS memerintahkan dia untuk menyerah atau mati, dia menjawab; ”Jenderal, saya bukan diplomat, saya revolusioner!”
Tokoh tersebut lantas memperingatkan bahwa setiap tentara AS yang mengambil bagian dalam serangan terhadap Iran harus memesan peti mati, sebelum pasukan Iran melenyapkan seluruh armada tempur AS.
Pihak Armada Lima Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain dan bertanggung jawab untuk operasi angkatan laut di Teluk Persia, kepada AP, Jumat (3/3/2017), menolak untuk mengomentari film Iran ini.
Azima mengatakan pembuatan filmnya menelan biaya USD250 ribu, yang murni didanai orang-orang biasa. Dia menegaskan bahwa tidak ada keterlibatan pemerintah Iran dalam proyek filmnya.
(mas)