Calon Menlu AS: China Harus Ditolak ke Pulau Sengketa Laut China Selatan
A
A
A
WASHINGTON - Calon Menteri Luar Negeri (Menlu) AS yang dipilih Donald Trump, Rex Tillerson, menentang China untuk mengakses pulau-pulau buatan yang dibangun di kawasan sengketa di Laut China Selatan. Tillerson menyamakan tindakan China seperti Rusia saat menganeksasi Crimea dari Ukraina.
Komentar Tillerson ini bisa membuat Beijing marah pada Washington. China yang mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan menganggap wilayah maritim itu sebagai bagian dari kedaulatannya. Kawasan itu juga diklaim oleh Malaysia, Filipina, Brunei, Vietnam dan Taiwan.
China sudah bergerak cepat dengan membangun pulau-pulau buatan dan menempatkan peralatan militer canggih di kawasan sengketa itu.
AS yang tidak terlibat sengketa menjadi negara paling vokal yang menentang pengerahan peralatan militer China di Laut China Selatan. Washington berpendapat kawasan Laut China Selatan sebagai kawasan internasional.
Calon Menlu AS itu ditanya wartawan, apakah dia mendukung sikap yang lebih agresif terhadap China. Dia menjawab; ”Kami harus mengirim China sinyal jelas bahwa, pertama, pembanguna pulau buatan harus berhenti, dan kedua, akses Anda ke pulau-pulau juga tidak akan diperkenankan.”
Mantan chairman and chief executive Exxon Mobil Corp (XOM.N) ini tidak merinci apa yang akan dilakukan AS untuk menentang akses China di kawasan sengketa Laut China Selatan. China sendiri sudah membangun landasan raksasa yang dilengkapi senjata canggih di kawasan itu.
Tillerson juga ditanya sikap AS soal posisi Taiwan yang sampai saat ini dianggap China sebagai provinsinya yang membangkang. Presiden terpilih Donald Trump sebelumnya memberi isyarat untuk mengakhiri kebijakan “satu-China” terkait posisi Taiwan.
”Saya tidak tahu tentang rencana untuk mengubah kebijakan 'satu China',” kata Tillerson, seperti dikutip Reuters, Kamis (12/1/2017).
Komentar Tillerson ini bisa membuat Beijing marah pada Washington. China yang mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan menganggap wilayah maritim itu sebagai bagian dari kedaulatannya. Kawasan itu juga diklaim oleh Malaysia, Filipina, Brunei, Vietnam dan Taiwan.
China sudah bergerak cepat dengan membangun pulau-pulau buatan dan menempatkan peralatan militer canggih di kawasan sengketa itu.
AS yang tidak terlibat sengketa menjadi negara paling vokal yang menentang pengerahan peralatan militer China di Laut China Selatan. Washington berpendapat kawasan Laut China Selatan sebagai kawasan internasional.
Calon Menlu AS itu ditanya wartawan, apakah dia mendukung sikap yang lebih agresif terhadap China. Dia menjawab; ”Kami harus mengirim China sinyal jelas bahwa, pertama, pembanguna pulau buatan harus berhenti, dan kedua, akses Anda ke pulau-pulau juga tidak akan diperkenankan.”
Mantan chairman and chief executive Exxon Mobil Corp (XOM.N) ini tidak merinci apa yang akan dilakukan AS untuk menentang akses China di kawasan sengketa Laut China Selatan. China sendiri sudah membangun landasan raksasa yang dilengkapi senjata canggih di kawasan itu.
Tillerson juga ditanya sikap AS soal posisi Taiwan yang sampai saat ini dianggap China sebagai provinsinya yang membangkang. Presiden terpilih Donald Trump sebelumnya memberi isyarat untuk mengakhiri kebijakan “satu-China” terkait posisi Taiwan.
”Saya tidak tahu tentang rencana untuk mengubah kebijakan 'satu China',” kata Tillerson, seperti dikutip Reuters, Kamis (12/1/2017).
(mas)