Banjir Terjang Thailand Selatan
A
A
A
BANGKOK - Banjir di Thailand selatan menghanyutkan dua jembatan di jalan raya utama hingga mengakibatkan lalu lintas lumpuh hingga 200 kilometer kemarin. Adapun, korban tewas akibat bencana itu mencapai 25 orang.
Lebih dari 360.000 rumah tangga atau sekitar setengah juta jiwa terkena dampak banjir tersebut. Laporan lain menyebutkan, banjir itu berdampak terhadap 1,1 juta orang di tujuh provinsi di Thailand. Bencana itu pun menghancurkan rumah-rumah, sekolah-sekolah, dan merusak perkebunan kelapa sawit serta karet.
Tayangan televisi menunjukkan mobil-mobil yang tenggelam di air berlumpur telah ditinggalkan para pemiliknya di Provinsi Prachuap Khiri Khan. Di wilayah itu pula, dua jembatan hanyut terbawa banjir di jalan utama yang menghubungkan Bangkok dengan wilayah selatan Thailand. Tidak hanya itu, jaringan kereta menuju ke selatan Thailand dan Malaysia juga mengalami kerusakan parah.
Musim hujan di Thailand biasanya berakhir pada November tapi tahun ini hujan deras terus turun meski memasuki musim kemarau. Thailand selatan merupakan wilayah utama penghasil karet dan cuaca saat ini merusak produksi perkebunan tersebut. ”Perkebunan-perkebunan kelapa sawit juga terkena banjir,” ungkap kelompok petani dan pejabat industri Thailand, dikutip kantor berita Reuters .
Di Provinsi Nakhon Si Thammarat, tayangan televisi menunjukkan warga desa mengendarai perahu untuk melintasi wilayahnya yang banjir. ”Ini seperti kolam besar,” kata warga setempat, Pattami Narai. Nakhon Si Thammarat mengalami curah hujan 493 mm dalam tujuh hari terakhir. ”Tahun ini, curah hujan di sana 426 mm lebih tinggi dibandingkan kondisi rata-rata,” papar data Rhomson Reuters.
Korban tewas terus bertambah saat banjir mencapai ketinggian hingga mencapai atap rumah warga di beberapa wilayah. Seorang anak perempuan berusia lima tahun menjadi korban terbaru saat banjir menerjang mobil yang ditumpanginya pada Senin (9/1) di Provinsi Prachuab Kiri Khan. ”Keluarganya naik ke atap mobil untuk menghindari air tapi dia terjatuh bersama ibunya.
Anak itu hanyut. Para warga desa menemukan jasadnya 200 meter dari mobil van itu pagi ini (10/1),” ungkap pekerja bantuan bencana Rawiroj Thammee pada kantor berita AFP. Hujan lebat yang terus terjadi juga mengganggu sektor pariwisata di Thailand yang biasanya mencapai puncaknya sekarang.
Beberapa wisatawan terpaksa membatalkan kunjungan ke pulau-pulau resor seperti Samui dan Phangan. Banjir biasa terjadi pada musim hujan Mei-November. Pada 2011, banjir yang mulai terjadi di wilayah utara meluas ke Bangkok hingga melumpuhkan industri di negara itu dan menewaskan lebih dari 900 orang.
Banjir pada 2011 juga membuat pertumbuhan ekonomi melemah hanya sekitar 0,1%. Para wisatawan biasanya berkunjung ke pantai-pantai di Thailand selatan pada Januari. Musim hujan yang lebih lebat pada bulan ini pun memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan. Di daerah yang terkena banjir, Provinsi Surat Thani, warga desa menyatakan, hujan selama sepekan terakhir telah menjadi pukulan bagi seluruh orang.
”Setiap tahun terjadi banjir tapi tidak seperti ini. Ada 100 rumah di desa saya tapi kami semua harus pergi dan semua perabotan yang ada di dalamnya hilang. Air terus datang dan datang, hampir dua meter tingginya,” ujar warga Desa Chaiya, Chamnan Ingkaew. Perdana Menteri (PM) Thailand Prayut Chan-O-Cha menjelaskan, warga harus mematuhi peringatan evakuasi yang telah dikeluarkan sebelum banjir.
”Banyak orang tidak mau pergi, mereka ingin tinggal di rumah. Keengganan itu membuat upaya pemulihan lebih berat,” paparnya. Para tentara telah dikerahkan untuk menyediakan paketpaket bantuan dan menyelamatkan warga yang terjebak banjir. Para pasien di rumah sakit telah dievakuasi menggunakan kano-kano saat air membanjiri Provinsi Kiri Khan. Hujan diperkirakan berkurang dalam 24 jam mendatang.
Lebih dari 360.000 rumah tangga atau sekitar setengah juta jiwa terkena dampak banjir tersebut. Laporan lain menyebutkan, banjir itu berdampak terhadap 1,1 juta orang di tujuh provinsi di Thailand. Bencana itu pun menghancurkan rumah-rumah, sekolah-sekolah, dan merusak perkebunan kelapa sawit serta karet.
Tayangan televisi menunjukkan mobil-mobil yang tenggelam di air berlumpur telah ditinggalkan para pemiliknya di Provinsi Prachuap Khiri Khan. Di wilayah itu pula, dua jembatan hanyut terbawa banjir di jalan utama yang menghubungkan Bangkok dengan wilayah selatan Thailand. Tidak hanya itu, jaringan kereta menuju ke selatan Thailand dan Malaysia juga mengalami kerusakan parah.
Musim hujan di Thailand biasanya berakhir pada November tapi tahun ini hujan deras terus turun meski memasuki musim kemarau. Thailand selatan merupakan wilayah utama penghasil karet dan cuaca saat ini merusak produksi perkebunan tersebut. ”Perkebunan-perkebunan kelapa sawit juga terkena banjir,” ungkap kelompok petani dan pejabat industri Thailand, dikutip kantor berita Reuters .
Di Provinsi Nakhon Si Thammarat, tayangan televisi menunjukkan warga desa mengendarai perahu untuk melintasi wilayahnya yang banjir. ”Ini seperti kolam besar,” kata warga setempat, Pattami Narai. Nakhon Si Thammarat mengalami curah hujan 493 mm dalam tujuh hari terakhir. ”Tahun ini, curah hujan di sana 426 mm lebih tinggi dibandingkan kondisi rata-rata,” papar data Rhomson Reuters.
Korban tewas terus bertambah saat banjir mencapai ketinggian hingga mencapai atap rumah warga di beberapa wilayah. Seorang anak perempuan berusia lima tahun menjadi korban terbaru saat banjir menerjang mobil yang ditumpanginya pada Senin (9/1) di Provinsi Prachuab Kiri Khan. ”Keluarganya naik ke atap mobil untuk menghindari air tapi dia terjatuh bersama ibunya.
Anak itu hanyut. Para warga desa menemukan jasadnya 200 meter dari mobil van itu pagi ini (10/1),” ungkap pekerja bantuan bencana Rawiroj Thammee pada kantor berita AFP. Hujan lebat yang terus terjadi juga mengganggu sektor pariwisata di Thailand yang biasanya mencapai puncaknya sekarang.
Beberapa wisatawan terpaksa membatalkan kunjungan ke pulau-pulau resor seperti Samui dan Phangan. Banjir biasa terjadi pada musim hujan Mei-November. Pada 2011, banjir yang mulai terjadi di wilayah utara meluas ke Bangkok hingga melumpuhkan industri di negara itu dan menewaskan lebih dari 900 orang.
Banjir pada 2011 juga membuat pertumbuhan ekonomi melemah hanya sekitar 0,1%. Para wisatawan biasanya berkunjung ke pantai-pantai di Thailand selatan pada Januari. Musim hujan yang lebih lebat pada bulan ini pun memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan. Di daerah yang terkena banjir, Provinsi Surat Thani, warga desa menyatakan, hujan selama sepekan terakhir telah menjadi pukulan bagi seluruh orang.
”Setiap tahun terjadi banjir tapi tidak seperti ini. Ada 100 rumah di desa saya tapi kami semua harus pergi dan semua perabotan yang ada di dalamnya hilang. Air terus datang dan datang, hampir dua meter tingginya,” ujar warga Desa Chaiya, Chamnan Ingkaew. Perdana Menteri (PM) Thailand Prayut Chan-O-Cha menjelaskan, warga harus mematuhi peringatan evakuasi yang telah dikeluarkan sebelum banjir.
”Banyak orang tidak mau pergi, mereka ingin tinggal di rumah. Keengganan itu membuat upaya pemulihan lebih berat,” paparnya. Para tentara telah dikerahkan untuk menyediakan paketpaket bantuan dan menyelamatkan warga yang terjebak banjir. Para pasien di rumah sakit telah dievakuasi menggunakan kano-kano saat air membanjiri Provinsi Kiri Khan. Hujan diperkirakan berkurang dalam 24 jam mendatang.
(esn)