Massa Garis Keras Buddha Ganggu Maulid Nabi SAW, Polisi Myanmar Dikerahkan
A
A
A
YANGON - Puluhan polisi Myanmar dikerahkan di wilayah Yangon setelah kelompok garis keras Buddha memaksa membubarkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar komunitas Muslim setempat. Para polisi tiba untuk menjaga perayaan Maulid Nabi Muhammad tetap berjalan.
Gangguan dari kelompok garis Buddha itu muncul pada hari Minggu di Botataung Township, Yangon. Massa garis keras tersebut menuduh komunitas Muslim tidak memiliki izin dari pemerintah untuk menggelar perayaan untuk menandai kelahiran Nabi Muhammad.
Baca:
Kelompok Garis Keras Buddha Bubarkan Maulid Nabi SAW di Myanmar
Polisi Myanmar kepada kantor berita Anadolu menegaskan bahwa izin untuk festival Maulid Nabi Muhammad sudah diberikan. Penegasan dari polisi itu telah disampaikan kepada kelompok garis keras Buddha.
“Kami menjelaskan kepada mereka bahwa pihak berwenang sudah memberikan izin untuk acara keagamaan ini,” kata seorang perwira polisi, Tun Tin, melalui telepon, pada Senin (9/1/2017).
”Kemudian, mereka menuntut untuk memantau acara, dan kita memperbolehkan lima dari mereka untuk melakukannya setelah bernegosiasi dengan para tetua Muslim,” ujarnya.
Sementara itu, warga Muslim di Botataung mengeluhkan tindakan massa garis keras Buddha yang mencoba mengganggu doa warga.
Thein Nyunt, warga Muslim dari Botataung, mengatakan bahwa setelah polisi mengizinkan para biksu dari kelompok garis keras Buddha untuk memantau festival Maulid Nabi, beberapa biksu beralih menyerang dan menuduh jemaah Muslim melakukan pertemuan untuk merencanakan kekerasan.
”Kami hanya merayakan acara keagamaan. Ini konyol. Mereka membuat kami merasa sangat tidak bahagia,” katanya kepada Anadolu. ”Kami mencintai negeri kami, dan kami tidak akan pernah melakukan hal bodoh,” ujarnya.
Para biksu dari kelompok garis keras itu di antaranya berasal dari Organisasi untuk Perlindungan Ras dan Agama (Ma Ba Tha). Kelompok ini terlibat dalam kekerasan komunal antara massa Buddha Rakhine dengan massa Muslim Rohingya di wilayah barat negara bagian Rakhine pada pertengahan 2012.
Gangguan dari kelompok garis Buddha itu muncul pada hari Minggu di Botataung Township, Yangon. Massa garis keras tersebut menuduh komunitas Muslim tidak memiliki izin dari pemerintah untuk menggelar perayaan untuk menandai kelahiran Nabi Muhammad.
Baca:
Kelompok Garis Keras Buddha Bubarkan Maulid Nabi SAW di Myanmar
Polisi Myanmar kepada kantor berita Anadolu menegaskan bahwa izin untuk festival Maulid Nabi Muhammad sudah diberikan. Penegasan dari polisi itu telah disampaikan kepada kelompok garis keras Buddha.
“Kami menjelaskan kepada mereka bahwa pihak berwenang sudah memberikan izin untuk acara keagamaan ini,” kata seorang perwira polisi, Tun Tin, melalui telepon, pada Senin (9/1/2017).
”Kemudian, mereka menuntut untuk memantau acara, dan kita memperbolehkan lima dari mereka untuk melakukannya setelah bernegosiasi dengan para tetua Muslim,” ujarnya.
Sementara itu, warga Muslim di Botataung mengeluhkan tindakan massa garis keras Buddha yang mencoba mengganggu doa warga.
Thein Nyunt, warga Muslim dari Botataung, mengatakan bahwa setelah polisi mengizinkan para biksu dari kelompok garis keras Buddha untuk memantau festival Maulid Nabi, beberapa biksu beralih menyerang dan menuduh jemaah Muslim melakukan pertemuan untuk merencanakan kekerasan.
”Kami hanya merayakan acara keagamaan. Ini konyol. Mereka membuat kami merasa sangat tidak bahagia,” katanya kepada Anadolu. ”Kami mencintai negeri kami, dan kami tidak akan pernah melakukan hal bodoh,” ujarnya.
Para biksu dari kelompok garis keras itu di antaranya berasal dari Organisasi untuk Perlindungan Ras dan Agama (Ma Ba Tha). Kelompok ini terlibat dalam kekerasan komunal antara massa Buddha Rakhine dengan massa Muslim Rohingya di wilayah barat negara bagian Rakhine pada pertengahan 2012.
(mas)