Myanmar Sebut Foto Alan Kurdi Rohingya Hanya Propaganda
A
A
A
NAYPYIDAW - Pemerintah Myanmar membantah foto seorang bayi Rohingya yang tewas tenggelam saat melarikan diri dari ke Bangladesh. Foto itu mengingatkan pada Alan Kurdi, bocah Suriah yang tewas tenggelam di Laut Turki saat hendak mengungsi ke Eropa.
Pemerintah Myanmar menyebut foto itu hanya bagian dari propaganda. Myanmar melarang peredaran foto bocah Rohingya itu.
Meskipun sejumlah bukti telah didokumentasikan oleh organisasi hak asasi manusia, pemerintah Myanmar tetap menyangkal tuduhan bahwa militernya melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas Rohingya. Pemerintah Myanmar, seperti dikutip Independent, semalam (5/1/2017), juga mengeluarkan peringatan agar para pembaca media untuk tidak percaya pada berita palsu dan rumor.
Foto balita Rohingya yang tewas tenggelam ramai beredar kemarin. Tubuh balita tersebut ditemukan dalam posisi yang mirip dengan Alan Kurdi, yang berita kematiannya memicu kemarahan masyarakat internasional.
Balita Rohingya itu disebut-sebut bernama Mohammed Shohayet. Usianya 16 bulan. Dia dilaporkan ikut melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari penindasan oleh militer Myanmar.
"Ketika saya melihat gambar, saya merasa seperti lebih baik saya mati. Tidak ada gunanya saya hidup di dunia ini," kata Zafor Alam, yang mengaku sebagai ayah Shohayet, kepada CNN.
Alam mengatakan tentara Myanmar telah menembaki keluarganya di wilayah Rakhine, dan desanya telah rata dengan tanah. Dia mengatakan, kakek-neneknya telah dibakar hingga tewas.
Alam melanjutkan, anaknya telah meninggal setelah perahu yang mereka tumpangi tenggelam saat menyeberangi Sungai Naf menuju Bangladesh. Perahu tenggelam karena kelebihan muatan.
Menurut sejumlah laporan, foto Shohayet diambil dengan kamera ponsel setelah dia tenggelam. Foto bocah itu muncul seiring dengan peringatan yang dikeluarkan oleh media pemerintah tentang gambar dan berita palsu.
Pemerintah Myanmar melalui akun Facebook-nya juga memberikan sejumlah gambar dari kekejaman di negara-negara lain, bahkan juga dari film Hollywood untuk menguatkan klaimnya bahwa gambar-gambar tentang krisis Rohingya merupakan gambar palsu.
Pemerintah Myanmar menyebut foto itu hanya bagian dari propaganda. Myanmar melarang peredaran foto bocah Rohingya itu.
Meskipun sejumlah bukti telah didokumentasikan oleh organisasi hak asasi manusia, pemerintah Myanmar tetap menyangkal tuduhan bahwa militernya melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis minoritas Rohingya. Pemerintah Myanmar, seperti dikutip Independent, semalam (5/1/2017), juga mengeluarkan peringatan agar para pembaca media untuk tidak percaya pada berita palsu dan rumor.
Foto balita Rohingya yang tewas tenggelam ramai beredar kemarin. Tubuh balita tersebut ditemukan dalam posisi yang mirip dengan Alan Kurdi, yang berita kematiannya memicu kemarahan masyarakat internasional.
Balita Rohingya itu disebut-sebut bernama Mohammed Shohayet. Usianya 16 bulan. Dia dilaporkan ikut melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari penindasan oleh militer Myanmar.
"Ketika saya melihat gambar, saya merasa seperti lebih baik saya mati. Tidak ada gunanya saya hidup di dunia ini," kata Zafor Alam, yang mengaku sebagai ayah Shohayet, kepada CNN.
Alam mengatakan tentara Myanmar telah menembaki keluarganya di wilayah Rakhine, dan desanya telah rata dengan tanah. Dia mengatakan, kakek-neneknya telah dibakar hingga tewas.
Alam melanjutkan, anaknya telah meninggal setelah perahu yang mereka tumpangi tenggelam saat menyeberangi Sungai Naf menuju Bangladesh. Perahu tenggelam karena kelebihan muatan.
Menurut sejumlah laporan, foto Shohayet diambil dengan kamera ponsel setelah dia tenggelam. Foto bocah itu muncul seiring dengan peringatan yang dikeluarkan oleh media pemerintah tentang gambar dan berita palsu.
Pemerintah Myanmar melalui akun Facebook-nya juga memberikan sejumlah gambar dari kekejaman di negara-negara lain, bahkan juga dari film Hollywood untuk menguatkan klaimnya bahwa gambar-gambar tentang krisis Rohingya merupakan gambar palsu.
(mas)