Duterte: Sebagian Besar Dubes Amerika Mata-mata
A
A
A
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengecam mantan Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat untuk Filipina, Philip Goldberg, yang dilaporkan meninggalkan ”cetak biru untuk mengacaukan” negaranya ketika mengundurkan diri November lalu. Duterte menyebut sebagian besar Dubes AS adalah mata-mata yang terhubung CIA.
Menurut Duterte, semua dubes berperan dalam operasi mata-mata untuk negara masing-masing. Tapi, sambung dia, dubes AS memiliki ”forte” untuk merongrong pemerintah dari negara-negara tuan rumah.
”Sebagian besar dari para dubes AS, tapi tidak semua, tidak benar-benar sebagai duta profesional. Pada saat yang sama mereka memata-matai, mereka terhubung dengan CIA,” kata Duterte dalam sebuah wawancara dengan CNN Philippines, yang dikutip Jumat (30/12/2016).
Duterte mengomentari laporan Manila Times, yang menyebut bahwa Philip Goldberg—Dubes AS untuk Filipina yang mengundurkan diri pada bulan November lalu—telah meninggalkan rencana rinci tentang bagaimana meruntuhkan pemerintah Filipina dan menggulingkan presidennya.
Mengutip dokumen yang diterima dari seorang sumber, media Filipina itu menulis bahwa Goldberg membuat "cetak biru” untuk melemahkan Duterte. Salah satunya, mendukung oposisi Filipina dengan hibah dan bantuan diplomatik, menekan negara-negara Asia Tenggara lainnya secara politik dan ekonomi untuk memutuskan hubungan dengan Filipina, dan menargetkan pendukung Duterte untuk diasingkan.
Pemerintah AS pada hari Kamis kemarin membantah adanya rencana itu. Namun Duterte mengatakan menilai laporan itu masuk akal. Dia lantas mengusik riwayat Goldberg yang pernah diusir sebagai Duta Besar AS untuk Bolivia pada tahun 2008. Presiden Bolivia Evo Morales menuduh diplomat AS itu berpihak dengan lawan politiknya dari kubu sayap kanan dan mendalangi protes jalanan.
Duterte mengomentari rencana mantan dubes AS itu untuk menggulingkannya. ”Anda mungkin bisa mengusir saya, tapi saya akan membuat hidung (Anda) berdarah,” ucapnya.
Duterte beberapa waktu lalu pernah mengeluarkan kata-kata hinaan untuk diplomat AS itu. Dia menyebut Goldberg sebagai “anak gay” yang mengganggu politik Filipina.
Menurut Duterte, semua dubes berperan dalam operasi mata-mata untuk negara masing-masing. Tapi, sambung dia, dubes AS memiliki ”forte” untuk merongrong pemerintah dari negara-negara tuan rumah.
”Sebagian besar dari para dubes AS, tapi tidak semua, tidak benar-benar sebagai duta profesional. Pada saat yang sama mereka memata-matai, mereka terhubung dengan CIA,” kata Duterte dalam sebuah wawancara dengan CNN Philippines, yang dikutip Jumat (30/12/2016).
Duterte mengomentari laporan Manila Times, yang menyebut bahwa Philip Goldberg—Dubes AS untuk Filipina yang mengundurkan diri pada bulan November lalu—telah meninggalkan rencana rinci tentang bagaimana meruntuhkan pemerintah Filipina dan menggulingkan presidennya.
Mengutip dokumen yang diterima dari seorang sumber, media Filipina itu menulis bahwa Goldberg membuat "cetak biru” untuk melemahkan Duterte. Salah satunya, mendukung oposisi Filipina dengan hibah dan bantuan diplomatik, menekan negara-negara Asia Tenggara lainnya secara politik dan ekonomi untuk memutuskan hubungan dengan Filipina, dan menargetkan pendukung Duterte untuk diasingkan.
Pemerintah AS pada hari Kamis kemarin membantah adanya rencana itu. Namun Duterte mengatakan menilai laporan itu masuk akal. Dia lantas mengusik riwayat Goldberg yang pernah diusir sebagai Duta Besar AS untuk Bolivia pada tahun 2008. Presiden Bolivia Evo Morales menuduh diplomat AS itu berpihak dengan lawan politiknya dari kubu sayap kanan dan mendalangi protes jalanan.
Duterte mengomentari rencana mantan dubes AS itu untuk menggulingkannya. ”Anda mungkin bisa mengusir saya, tapi saya akan membuat hidung (Anda) berdarah,” ucapnya.
Duterte beberapa waktu lalu pernah mengeluarkan kata-kata hinaan untuk diplomat AS itu. Dia menyebut Goldberg sebagai “anak gay” yang mengganggu politik Filipina.
(mas)