Hollande Tolak Jadi Presiden Prancis untuk Kedua Kalinya
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis Francois Hollande mengumumkan tidak akan mempertahankan jabatannya sebagai presiden pada tahun depan. Ia mengakui popularitasnya telah menurun drastis dan membuka kesempatan bagi calon presiden lain seperti Francois Fillon dari konservatif dan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen.
"Hari ini saya sadar risiko yang akan terjadi dari sebuah perjalanan yang tidak mendapatkan dukungan yang cukup, jadi saya telah memutuskan untuk tidak menjadi calon dalam pemilihan presiden," kata Hollande yang tampak muram dalam pidato di telivisi seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/12/2016).
Mundurnya Hollande membuka kemungkinan bagi Perdana Menteri, Manuel Vallas, untuk ambil bagian dalam pertarungan calon presiden dari Partai Sosialis pada bulan Januari mendatang.
"Dalam mengambil keputusan ini, saya harus berhadapan dengan tanggung jawab saya," kata Hollande. Ia pun menyerukan agar semua orang dengan pandangan politik progresif untuk bersatu. Ia pun memperingatkan tentang munculnya populisme dan sayap kanan.
"Saya tidak ingin Prancis menghadapi risiko yang akan menelan biaya banyak yang sangat disayangkan, dan bahkan mengancam persatuan, kohesi, keseimbangan sosial," katanya.
Pengumuman mengejutkan Hollande ini menandai pertama kalinya seorang presiden petahana menolak untuk mempertahankan kekuasaannya sejak Republik Prancis terbentuk pada 1958.
"Hari ini saya sadar risiko yang akan terjadi dari sebuah perjalanan yang tidak mendapatkan dukungan yang cukup, jadi saya telah memutuskan untuk tidak menjadi calon dalam pemilihan presiden," kata Hollande yang tampak muram dalam pidato di telivisi seperti dikutip dari Reuters, Jumat (2/12/2016).
Mundurnya Hollande membuka kemungkinan bagi Perdana Menteri, Manuel Vallas, untuk ambil bagian dalam pertarungan calon presiden dari Partai Sosialis pada bulan Januari mendatang.
"Dalam mengambil keputusan ini, saya harus berhadapan dengan tanggung jawab saya," kata Hollande. Ia pun menyerukan agar semua orang dengan pandangan politik progresif untuk bersatu. Ia pun memperingatkan tentang munculnya populisme dan sayap kanan.
"Saya tidak ingin Prancis menghadapi risiko yang akan menelan biaya banyak yang sangat disayangkan, dan bahkan mengancam persatuan, kohesi, keseimbangan sosial," katanya.
Pengumuman mengejutkan Hollande ini menandai pertama kalinya seorang presiden petahana menolak untuk mempertahankan kekuasaannya sejak Republik Prancis terbentuk pada 1958.
(ian)