Slogan Matilah Amerika Masih Menggema di Iran, Ini Reaksi Washington

Senin, 07 November 2016 - 12:45 WIB
Slogan Matilah Amerika...
Slogan Matilah Amerika Masih Menggema di Iran, Ini Reaksi Washington
A A A
WASHINGTON - Slogan “Matilah Amerika” masih digemakan ribuan warga Iran ketika memperingati Revolusi Islam 1979 di Ibu Kota Teheran pada Kamis pekan lalu. Washington menilai slogan itu bukan kebijakan resmi Pemerintah Iran.

Namun, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mark Toner, menyatakan bahwa AS memandang perilaku rakyat Iran di Teheran “tidak positif”.

Slogan anti-Amerika itu selalu terdengar saban tahun di Teheran ketika hari peringatan Revolusi Islam 1979 tiba. Peringatan itu untuk menandai peristiwa serangan massa mahasiswa Iran terhadap kantor Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Teheran.

Pada saat itu, 52 warga AS termasuk diplomat dan mata-mata ditawan selama 444 hari. Peristiwa itu membuat hubungan diplomatik AS dan Iran terputus hingga sekarang.

”Kami tidak selalu ingin terlibat dalam semua berbagai pernyataan yang dibuat pada hari seperti itu," kata Toner. ”Seperti negara manapun, ada retorika politik panas yang keluar,” katanya lagi.

“Saya hanya tidak akan menanggapi setiap contoh dalam kasus ini, dan bahwa pemerintahan Obama tidak menganggap (slogan) ’Matilah Amerika’ menjadi kebijakan Iran,” lanjut Toner, seperti dikutip Al Arabiya, semalam (6/11/2016).

Namun, Toner menambahkan; ”Apa yang akan saya katakan adalah kami terus melihat perilaku warga Iran di wilayah itu yang terus terang, tidak positif, tidak konstruktif.”

Saat peringatan Revolusi Islam, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan kepada ribuan mahasiswa perihal slogan itu. ”Di bagian manapun di dunia, ketika bangsa berdiri melawan pemerintah tiran, slogan pertama adalah 'Matilah Amerika Serikat',” kata Khamenei.

Khamenei juga menggambarkan AS sebagai bangsa tidak jujur, penipu dan penikam dari belakang. Khamenei menegaskan, dalang di balik serangan di Kedubes AS saat Revolusi Islam 1979 adalah pendiri Republik Islam yang juga Pemimpin Revolusi 1979, Ayatollah Sayyid Khomeini.

Revolusi itu untuk menggulingkan rezim Mohamad Reza Pahlavi alias Shah, yang dianggap sebagai sekutu AS. Iran masih menutut AS mengekstradiri Shah ke Teheran.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9570 seconds (0.1#10.140)