Wakil PM Turki Sebut Rusia dan AS Akan Terlibat Perang Besar
A
A
A
ANKARA - Wakil Perdana Menteri (PM) Turki, Numan Kurtulmus, percaya konflik Suriah kini telah menjadi meda ”perang proxy” antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Dia memperingatkan bahwa jika perang proxy ini berlanjut, kedua negara itu akan terlibat perang besar.
Dia khawatir konflik Suriah bisa meluas di luar Timur Tengah. ”Jika perang proksi ini terus berlanjut, setelah ini, biarkan saya menjadi jelas, Amerika dan Rusia akan datang ke titik perang,” kata Kurtulmus kepada kantor berita negara Anadolu.
”Dunia di ambang perang besar, perang regional atau global,” katanya lagi. Kurtulmus menggambarkan Pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad sebagai ”pion” dalam konflik, dan mendesak untuk mencari perdamaian.
Politisi Turki ini bersikeras bahwa Presiden Assad tidak memiliki tempat dalam sistem politik di masa depan di negaranya. Alasannya, oposisi Suriah tidak akan bernegosiasi dengan “kediktatoran berdarah”.
Turki selama ini dikenal sebagai salah satu pendukung pelengseran Assad sejak konflik Suriah pecah tahun 2011. Tapi, Rusia yang merupakan sekutu rezim Suriah menolak opsi pelengseran Assad secara sepihak kecuali atas kehendak rakyat Damaskus.
Dalam sebuah wawancara dengan siaran televisi Prancis pada Rabu malam, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa Presiden Assad akan setuju untuk mengembangkan konstitusi baru Suriah yang lebih demokratis dan inklusif serta merombak sistem politik.
”Jika orang-orang tidak memilih Presiden Assad, akan ada perubahan demokratis, tetapi tanpa bantuan intervensi bersenjata dari luar dan di bawah kontrol internasional yang ketat, di bawah pengawasan PBB,” kata Putin, seperti dikutip Reuters, Kamis (13/10/2016).
“Saya tidak mengerti siapa yang tidak bisa menerima proposal ini. Ini adalah solusi demokratis untuk pertanyaan dari kekuasaan di negara itu,” ujar Putin.
Dia khawatir konflik Suriah bisa meluas di luar Timur Tengah. ”Jika perang proksi ini terus berlanjut, setelah ini, biarkan saya menjadi jelas, Amerika dan Rusia akan datang ke titik perang,” kata Kurtulmus kepada kantor berita negara Anadolu.
”Dunia di ambang perang besar, perang regional atau global,” katanya lagi. Kurtulmus menggambarkan Pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad sebagai ”pion” dalam konflik, dan mendesak untuk mencari perdamaian.
Politisi Turki ini bersikeras bahwa Presiden Assad tidak memiliki tempat dalam sistem politik di masa depan di negaranya. Alasannya, oposisi Suriah tidak akan bernegosiasi dengan “kediktatoran berdarah”.
Turki selama ini dikenal sebagai salah satu pendukung pelengseran Assad sejak konflik Suriah pecah tahun 2011. Tapi, Rusia yang merupakan sekutu rezim Suriah menolak opsi pelengseran Assad secara sepihak kecuali atas kehendak rakyat Damaskus.
Dalam sebuah wawancara dengan siaran televisi Prancis pada Rabu malam, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa Presiden Assad akan setuju untuk mengembangkan konstitusi baru Suriah yang lebih demokratis dan inklusif serta merombak sistem politik.
”Jika orang-orang tidak memilih Presiden Assad, akan ada perubahan demokratis, tetapi tanpa bantuan intervensi bersenjata dari luar dan di bawah kontrol internasional yang ketat, di bawah pengawasan PBB,” kata Putin, seperti dikutip Reuters, Kamis (13/10/2016).
“Saya tidak mengerti siapa yang tidak bisa menerima proposal ini. Ini adalah solusi demokratis untuk pertanyaan dari kekuasaan di negara itu,” ujar Putin.
(mas)