Respons Duterte ke Senator AS: Setop Jadi Orang Munafik
A
A
A
DAVAO - Presiden Filipina; Rodrigo Duterte, merespons kritik dua senator Amerika Serikat (AS) terkait perang narkoba yang menewaskan ribuan orang. Duterte memperingatkan dua senator itu untuk berhenti jadi orang munafik dan tidak mencampuri urusan dalam negeri Filipina.
“Jangan berpura-pura menjadi penyuara hati moral dunia,” kata Duterte dalam konferensi pers di Kota Davao setelah tiba dari kunjungan resmi ke Vietnam.
Dua senator AS; Patrick Leahy dan Benjamin Cardin, telah mengkritik taktik Duterte dalam memerangi masalah narkoba di Filipina. Mereka juga mengekspresikan keprihatinan atas perkembangan politik terakhir di negara itu, di mana Senator Leila De Lima yang paling kritis terhadap Duterte hendak digulingkan dari posisinya di komite investigasi pembunuhan.
”Jika Presiden Duterte serius memperbaiki kondisi di Filipina, dia harus fokus pada peningkatan layanan untuk Filipina, bukan pilih-pilih ke samping; komitmen penegakan hukum yang akuntabel, bukan memberi mereka izin perlindungan untuk membunuh tersangka, serta memperkuat peradilan, bukan meremehkannya,” kritik Leahy.
Senatir Cardin setuju dengan kritik rekannya. ”Saya telah menjadi pendukung kuat dari lembaga penegak hukum Filipina, termasuk yang baru-baru ini memperkenalkan undang-undang yang akan meningkatkan kerja sama penegakan hukum antara kedua negara,” katanya.
”Tapi laporan terbaru dari ribuan pembunuhan ekstra-yudisial serta penahanan dan kurangnya rasa hormat untuk komitmen hak asasi manusia internasional yang mendalam sudah mengganggu. Mereka merusak tujuan bersama kami menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi liberal di wilayah tersebut dan untuk memperkuat hukum internasional,” lanjut Cardin mengkritik perang narkoba yang dikobarkan Duterte.
Duterte membalas kritik itu dengan mengangkat kembali isu pembunuhan rasial baru-baru ini di AS. Yakni, ketika polisi kulit putih menembak mati warga kulit hitam ras Afrika-Amerika yang tak bersenjata.
”Saya akan bertanya dia sekarang, mengapa Anda menembak orang-orang kulit hitam di sana ketika mereka tiarap di tanah?,” tanya Duterte. ”Mereka mungkin, bukan? Yang saya katakan, kemunafikan,” lanjut Duterte, seperti dikutip GMA, Jumat (30/9/2016).
Duterte melanjutkan “aib” AS lainnya dalam perang Irak, Suriah, dan Libya dengan tujuan untuk menggulingkan pemimpin yang tidak disukai AS. Duterte sebelumnya telah membandingkan dirinya dengan para pemimpin dari negara-negara yang tidak disukai AS tersebut.
“Jangan berpura-pura menjadi penyuara hati moral dunia,” kata Duterte dalam konferensi pers di Kota Davao setelah tiba dari kunjungan resmi ke Vietnam.
Dua senator AS; Patrick Leahy dan Benjamin Cardin, telah mengkritik taktik Duterte dalam memerangi masalah narkoba di Filipina. Mereka juga mengekspresikan keprihatinan atas perkembangan politik terakhir di negara itu, di mana Senator Leila De Lima yang paling kritis terhadap Duterte hendak digulingkan dari posisinya di komite investigasi pembunuhan.
”Jika Presiden Duterte serius memperbaiki kondisi di Filipina, dia harus fokus pada peningkatan layanan untuk Filipina, bukan pilih-pilih ke samping; komitmen penegakan hukum yang akuntabel, bukan memberi mereka izin perlindungan untuk membunuh tersangka, serta memperkuat peradilan, bukan meremehkannya,” kritik Leahy.
Senatir Cardin setuju dengan kritik rekannya. ”Saya telah menjadi pendukung kuat dari lembaga penegak hukum Filipina, termasuk yang baru-baru ini memperkenalkan undang-undang yang akan meningkatkan kerja sama penegakan hukum antara kedua negara,” katanya.
”Tapi laporan terbaru dari ribuan pembunuhan ekstra-yudisial serta penahanan dan kurangnya rasa hormat untuk komitmen hak asasi manusia internasional yang mendalam sudah mengganggu. Mereka merusak tujuan bersama kami menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi liberal di wilayah tersebut dan untuk memperkuat hukum internasional,” lanjut Cardin mengkritik perang narkoba yang dikobarkan Duterte.
Duterte membalas kritik itu dengan mengangkat kembali isu pembunuhan rasial baru-baru ini di AS. Yakni, ketika polisi kulit putih menembak mati warga kulit hitam ras Afrika-Amerika yang tak bersenjata.
”Saya akan bertanya dia sekarang, mengapa Anda menembak orang-orang kulit hitam di sana ketika mereka tiarap di tanah?,” tanya Duterte. ”Mereka mungkin, bukan? Yang saya katakan, kemunafikan,” lanjut Duterte, seperti dikutip GMA, Jumat (30/9/2016).
Duterte melanjutkan “aib” AS lainnya dalam perang Irak, Suriah, dan Libya dengan tujuan untuk menggulingkan pemimpin yang tidak disukai AS. Duterte sebelumnya telah membandingkan dirinya dengan para pemimpin dari negara-negara yang tidak disukai AS tersebut.
(mas)