Dalam 7 Minggu, Hampir 1.800 Orang Tewas di Filipina
A
A
A
MANILA - Kepala Polisi Filipina mengatakan dalam tujuh minggu hampir 1.800 orang tewas dalam perang melawan narkoba yang diprakarsai oleh Presiden Rodrigo Duterte. Angka ini jauh lebih tinggi dari jumlah kematian sebelumnya.
Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Ronald dela Rosa kepada sebuah komite Senat mengatakan bahwa 712 orang telah tewas sejak Duterte dilantik pada 30 Juni lalu. Selain itu, 1.067 korban pembunuhan terkait yang dilakukan oleh warga sedang diselidiki seperti dikutip dari Time, Selasa (23/8/2016).
Angka ini lebih tinggi dari jumlah kematian yang sebelumnya mencapai 900 orang. Jumlah itu termasuk mereka yang tewas antara kemenangan Duterte dalam pemilu pada 9 Mei lalu dan asumsinya saat menjadi presiden.
Pria berusia 71 tahun itu berhasil memenangi pemilu Filipina karena pada saat kampanye ia berjanji untuk memberantas kejahatan narkoba. Ia juga mengancam akan tukang jagal bagi para penjahat dan menyerukan rakyat untuk membunuh pengedar narkoba itu sendiri.
Kata-kata Duterte dan tindakannya ternyata telah menginsipirasi rakyat Filipina. Para pendukung hak asasi manusia internasional pun mengutuk kampanye anti narkoba Duterte. Mendapat kecaman, Duterte meresponnya dengan mengatakan ia tidak peduli tentang hak asasi manusia.
Tidak berhenti samapai disitu, Duterte mengancam akan menyatakan darurat militer hingga meninggalkan PBB jika badan dunia itu mengganggu perang terhadap narkoba yang dilakukannya.
Kepala Kepolisian Nasional Filipina, Ronald dela Rosa kepada sebuah komite Senat mengatakan bahwa 712 orang telah tewas sejak Duterte dilantik pada 30 Juni lalu. Selain itu, 1.067 korban pembunuhan terkait yang dilakukan oleh warga sedang diselidiki seperti dikutip dari Time, Selasa (23/8/2016).
Angka ini lebih tinggi dari jumlah kematian yang sebelumnya mencapai 900 orang. Jumlah itu termasuk mereka yang tewas antara kemenangan Duterte dalam pemilu pada 9 Mei lalu dan asumsinya saat menjadi presiden.
Pria berusia 71 tahun itu berhasil memenangi pemilu Filipina karena pada saat kampanye ia berjanji untuk memberantas kejahatan narkoba. Ia juga mengancam akan tukang jagal bagi para penjahat dan menyerukan rakyat untuk membunuh pengedar narkoba itu sendiri.
Kata-kata Duterte dan tindakannya ternyata telah menginsipirasi rakyat Filipina. Para pendukung hak asasi manusia internasional pun mengutuk kampanye anti narkoba Duterte. Mendapat kecaman, Duterte meresponnya dengan mengatakan ia tidak peduli tentang hak asasi manusia.
Tidak berhenti samapai disitu, Duterte mengancam akan menyatakan darurat militer hingga meninggalkan PBB jika badan dunia itu mengganggu perang terhadap narkoba yang dilakukannya.
(ian)