Riset: Banyak Orang Australia Memandang Indonesia Tak Baik
A
A
A
SYDNEY - Sebuah penelitian yang dilakukan The Australia-Indonesia Centre yang berbasis di Monash University menunjukkan banyak orang Australia memandang Indonesia tidak baik. Sebaliknya, banyak orang Indonesia memandang Australia sangat positif.
Riset itu menjadi tantangan siginifikan yang harus diatasi untuk membangun hubungan yang lebih erat antara kedua negara. Penelitian melibatkan lebih dari 2 ribu orang Australia yang disurvei.
Hampir setengah dari lebih dari 2000 orang Australia yang disurvei melihat Indonesia tidak baik, menurut sebuah laporan baru yang mengungkapkan tantangan yang signifikan harus diatasi untuk membangun hubungan yang lebih erat antara kedua negara.
Penilaian negatif beberapa di antaranya muncul dari wisatawan Australia yang berada di Bali. Hanya sekitar 47 persen warga Australia yang disurvei menilai bahwa Indonesia menguntungkan, dan selebihnya menganggap Indonesia tidak aman.
Warga Australia yang jadi objek penelitian menyoroti sifat Islam di Indonesia. Kasus terorisme yang jadi isu peliputan utama media selama satu dekade terakhir turut mempengaruhi cara pandang warga Australia tentang Indonesia.
”Liputan berta media yang negatif ini mengartikan bahwa Indonesia dapat dilihat di Australia sebagai memiliki garis keras,” bunyi laporan yang disusun oleh kelompok riset EY Sweeney.
”Pada akhir ekstrem dari spektrum kita menemukan beberapa vitriol intens terhadap Indonesia,” lanjut laporan itu, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Senin (15/8/2016).
“Penelitian telah menunjukkan bahwa jarak yang akan dilalui dalam membangun hubungan yang lebih dekat antara kedua negara adalah signifikan, terutama dari pihak Australia,” sambung laporan itu.
Masih menurut hasil riset, 87 persen dari 2.103 orang Indonesia yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka memiliki pandangan yang sangat menguntungkan dari pihak Australia. Mayoritas dari mereka mengatakan, Australia makmur, progresif, indah, bersih, ekonominya kuat dan warganya berpendidikan tinggi.
Pandangan warga Indonesia ini tak lepas dari banyaknya orang Indonesia yang kuliah di berbagai universitas Australia. Mereka juga melihat Australia sebagai penghasil daging sapi, susu dan gandum.
Riset itu menjadi tantangan siginifikan yang harus diatasi untuk membangun hubungan yang lebih erat antara kedua negara. Penelitian melibatkan lebih dari 2 ribu orang Australia yang disurvei.
Hampir setengah dari lebih dari 2000 orang Australia yang disurvei melihat Indonesia tidak baik, menurut sebuah laporan baru yang mengungkapkan tantangan yang signifikan harus diatasi untuk membangun hubungan yang lebih erat antara kedua negara.
Penilaian negatif beberapa di antaranya muncul dari wisatawan Australia yang berada di Bali. Hanya sekitar 47 persen warga Australia yang disurvei menilai bahwa Indonesia menguntungkan, dan selebihnya menganggap Indonesia tidak aman.
Warga Australia yang jadi objek penelitian menyoroti sifat Islam di Indonesia. Kasus terorisme yang jadi isu peliputan utama media selama satu dekade terakhir turut mempengaruhi cara pandang warga Australia tentang Indonesia.
”Liputan berta media yang negatif ini mengartikan bahwa Indonesia dapat dilihat di Australia sebagai memiliki garis keras,” bunyi laporan yang disusun oleh kelompok riset EY Sweeney.
”Pada akhir ekstrem dari spektrum kita menemukan beberapa vitriol intens terhadap Indonesia,” lanjut laporan itu, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Senin (15/8/2016).
“Penelitian telah menunjukkan bahwa jarak yang akan dilalui dalam membangun hubungan yang lebih dekat antara kedua negara adalah signifikan, terutama dari pihak Australia,” sambung laporan itu.
Masih menurut hasil riset, 87 persen dari 2.103 orang Indonesia yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka memiliki pandangan yang sangat menguntungkan dari pihak Australia. Mayoritas dari mereka mengatakan, Australia makmur, progresif, indah, bersih, ekonominya kuat dan warganya berpendidikan tinggi.
Pandangan warga Indonesia ini tak lepas dari banyaknya orang Indonesia yang kuliah di berbagai universitas Australia. Mereka juga melihat Australia sebagai penghasil daging sapi, susu dan gandum.
(mas)