Buka Lembaran Baru, Erdogan Sebut Putin Teman
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa pembicaraan yang akan berlangsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow akan membuka “lembaran baru” dalam hubungan Turki dan Rusia. Erdogan kini menyebut Putin sebagai teman.
”Ini akan menjadi kunjungan bersejarah, sebuah awal baru. Saya percaya bahwa sebuah lembaran baru akan dibuka (selama) negosiasi dengan teman saya Vladimir,” kata Erdogan dalam wawancaranya dengan kantor berita Itar-Tass.
“Belum banyak bagi negara kita untuk melakukan hal bersama-sama,” lanjut Erdogan.
Presiden Turki juga menekankan pentingnya upaya Rusia di Suriah dengan mengakui bahwa rekonsiliasi konflik Suriah mustahil tanpa Rusia.
”Sebuah solusi untuk krisis Suriah tidak dapat ditemukan tanpa Rusia. Kita bisa menyelesaikan krisis Suriah hanya bekerjasama dengan Rusia,” ujar Erdogan yang dikutip Senin (8/8/2016).
Sebelumnya, Kremlin juga menyampaikan harapan bahwa posisi Turki di Suriah akan menjadi lebih konstruktif.
”Krisis Suriah akan dibahas secara mendalam (pada pertemuan kedua presiden) dan kami berharap bahwa posisi Turki akan menjadi lebih konstruktif,” kata ajudan Presiden Putin, Yury Ushakov kepada wartawan.
Hubungan antara kedua negara sempat memburuk setelah Turki menembak jatuh sebuah jet militer Rusia di perbatasan Suriah-Turki pada bulan November 2015. Setelah kejadian itu, Rusia menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Turki, termasuk embargo impor pangan, larangan penerbangan charter ke Turki hingga larangan mempekerjakan warga negara Turki.
Hubungan mulai membaik, setelah Erdogan mengungkapkan penyesalannya atas insiden itu. Erdogan juga berniat memulihkan hubungan dengan Rusia.
Sementara itu, dalam wawancara pada Minggu dengan Itar-Tass, Erdogan sekali lagi mengkritik Uni Eropa yang dia anggap menerapkan standar ganda terhadap Turki.
”Uni Eropa bermain dengan kami selama 53 tahun. Kami secara konsisten telah membuktikan kejujuran kami dan mengharapkan hal yang sama dari Uni Eropa. (Uni Eropa) ini harus meninggalkan kebijakan standar ganda,” ujar Presiden Erdogan.
”Ini akan menjadi kunjungan bersejarah, sebuah awal baru. Saya percaya bahwa sebuah lembaran baru akan dibuka (selama) negosiasi dengan teman saya Vladimir,” kata Erdogan dalam wawancaranya dengan kantor berita Itar-Tass.
“Belum banyak bagi negara kita untuk melakukan hal bersama-sama,” lanjut Erdogan.
Presiden Turki juga menekankan pentingnya upaya Rusia di Suriah dengan mengakui bahwa rekonsiliasi konflik Suriah mustahil tanpa Rusia.
”Sebuah solusi untuk krisis Suriah tidak dapat ditemukan tanpa Rusia. Kita bisa menyelesaikan krisis Suriah hanya bekerjasama dengan Rusia,” ujar Erdogan yang dikutip Senin (8/8/2016).
Sebelumnya, Kremlin juga menyampaikan harapan bahwa posisi Turki di Suriah akan menjadi lebih konstruktif.
”Krisis Suriah akan dibahas secara mendalam (pada pertemuan kedua presiden) dan kami berharap bahwa posisi Turki akan menjadi lebih konstruktif,” kata ajudan Presiden Putin, Yury Ushakov kepada wartawan.
Hubungan antara kedua negara sempat memburuk setelah Turki menembak jatuh sebuah jet militer Rusia di perbatasan Suriah-Turki pada bulan November 2015. Setelah kejadian itu, Rusia menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Turki, termasuk embargo impor pangan, larangan penerbangan charter ke Turki hingga larangan mempekerjakan warga negara Turki.
Hubungan mulai membaik, setelah Erdogan mengungkapkan penyesalannya atas insiden itu. Erdogan juga berniat memulihkan hubungan dengan Rusia.
Sementara itu, dalam wawancara pada Minggu dengan Itar-Tass, Erdogan sekali lagi mengkritik Uni Eropa yang dia anggap menerapkan standar ganda terhadap Turki.
”Uni Eropa bermain dengan kami selama 53 tahun. Kami secara konsisten telah membuktikan kejujuran kami dan mengharapkan hal yang sama dari Uni Eropa. (Uni Eropa) ini harus meninggalkan kebijakan standar ganda,” ujar Presiden Erdogan.
(mas)