Freddy Budiman Cs Butuh 15 Menit untuk Mati setelah Ditembak
A
A
A
CILACAP - Freddy Budiman dan tiga terpidana mati asal Nigeria membutuhkan tujuh hingga 15 menit untuk mengalami kematian setelah ditembak tim algojo Indonesia yang menjalankan eksekusi di Nusakambangan Jumat dini hari. Hal itu diungkap Pastor Charles Patrick Edward Burrows atau dikenal sebagai Romo Carolus.
Romo Carolus berada di penjara Nusakambangan selama tim algojo atau regu tembak Indonesia menjalankan eksekusi terhadap empat terpidana mati kasus narkoba. Awalnya, ada 14 terpidana mati yang semestinya dieksekusi namun sepuluh di antaranya ditunda.
Romo Carolus yang sudah terbiasa mendampingi para terpidana mati menjelang eksekusi di Nusakambangan mengaku tidak mempunyai kata-kata untuk menggambarkan kondisi terpidana mati.
”Pertama kali, itu tujuh hingga delapan menit, dan kemudian ada beberapa lainnya itu 15 menit dan mereka masih tidak, tidak berakhir,” katanya. ”Dan kapten harus menunggu dengan pistol dan menembak ke otak,” katanya lagi.
Romo Carolus mengatakan dia tidak sendirian dalam menemani para terpidana mati ketika eksekusi dijalankan. Ada pemuka agama lain yang berbeda juga berada di lokasi eksekusi.
“Itu adalah pengalaman traumatis,” ujarnya. Menurutnya, para pemuka agama diberi kesempatan untuk berdoa dan berbicara dengan empat terpidana mati menjelang eksekusi.
”Mereka diberi beberapa menit untuk berbicara dengan tahanan atau menghibur mereka,” ujarnya. ”Lalu mereka kembali dan tahanan diikat,” sambung Romo Carolus, seperti dikutip dari abc.net.au, Sabtu (30/7/2016). ”Mereka ditembak cukup cepat setelah itu.”
Selain Freddy Budiman (warga Indonesia), tiga terpidana mati asing asal Nigeria yang dieksekusi kemarin adalah Michael Titus Igweh, Hamprey Ejike, dan Seck Osmani.
Romo Carolus berada di penjara Nusakambangan selama tim algojo atau regu tembak Indonesia menjalankan eksekusi terhadap empat terpidana mati kasus narkoba. Awalnya, ada 14 terpidana mati yang semestinya dieksekusi namun sepuluh di antaranya ditunda.
Romo Carolus yang sudah terbiasa mendampingi para terpidana mati menjelang eksekusi di Nusakambangan mengaku tidak mempunyai kata-kata untuk menggambarkan kondisi terpidana mati.
”Pertama kali, itu tujuh hingga delapan menit, dan kemudian ada beberapa lainnya itu 15 menit dan mereka masih tidak, tidak berakhir,” katanya. ”Dan kapten harus menunggu dengan pistol dan menembak ke otak,” katanya lagi.
Romo Carolus mengatakan dia tidak sendirian dalam menemani para terpidana mati ketika eksekusi dijalankan. Ada pemuka agama lain yang berbeda juga berada di lokasi eksekusi.
“Itu adalah pengalaman traumatis,” ujarnya. Menurutnya, para pemuka agama diberi kesempatan untuk berdoa dan berbicara dengan empat terpidana mati menjelang eksekusi.
”Mereka diberi beberapa menit untuk berbicara dengan tahanan atau menghibur mereka,” ujarnya. ”Lalu mereka kembali dan tahanan diikat,” sambung Romo Carolus, seperti dikutip dari abc.net.au, Sabtu (30/7/2016). ”Mereka ditembak cukup cepat setelah itu.”
Selain Freddy Budiman (warga Indonesia), tiga terpidana mati asing asal Nigeria yang dieksekusi kemarin adalah Michael Titus Igweh, Hamprey Ejike, dan Seck Osmani.
(mas)