Pengungsi Ethiopia Tewas Terbakar di Luar Kantor UNHCR
A
A
A
KAIRO - Seorang wanita pencari suaka asal Ethiopia tewas terbakar saat ia membantu seorang pengungsi lainnya melakukan aksi bakar diri ketika menggelar aksi protes di depan kantor UNHCR di Kairo. Wanita pencari suaka itu diketahui berasal dari komunitas etnis Oromo.
Insiden ini dilaporkan terjadi pada hari Selasa lalu saat anggota komunitas etnis Oromo menggelar aksi protes menuntut hak untuk mencari suaka. Keesokan harinya, UNHCR merilis sebuah pernyataan ikut berbelasungkawa atas insiden itu. UNHCR menyatakan insiden itu terjadi akibat insiden kekerasan tanpa memberi informasi bagaimana hal itu bisa terjadi.
"UNHCR sangat menyayangkan insiden tragis yang menimpa seorang pencari suaka Oromo Ethiopia pada tanggal 26 Juli 2016, menyusul insiden kekarasan di luar kantor UNHCR di Kairo," bunyi pernyataan itu.
"Korban adalah seorang ibu dari dua orang anak dan UNHCR ingin memberikan ucapan belasungkawa yang tulus untuk keluarga dan teman-teman atas rasa kehilangan mereka," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari laman Al Araby, Jumat (29/7/2016).
Pernyataan lain menyatakan bahwa pasca kejadian itu kantor UNHCR ditutup dan belum diketahui kapan akan dibuka kembali. Sedangkan aksi protes yang terjadi merupakan bagian dari upaya terus menerus yang dilakukan oleh para pengungsi di Mesir untuk menuntut pengakuan UNHCR atas hak-hak mereka dan perlakukan yang adil.
Per Desember 2015, Mesir adalah tuan rumah untuk lebih dari 180.000 pengungsi dari seluruh wilayah, terutama dari Suriah, Sudan, Ethiopia, Eritrea, dan Irak, menurut UNHCR. Pencari suaka di Mesir sering menunggu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk memiliki dokumen mereka diproses untuk pemukiman kembali atau tetap di Mesir. Berdasarkan nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Mesir pada tahun 1953, UNHCR bertanggung jawab untuk mendaftar dan menentukan status pengungsi di negara ini.
Insiden ini dilaporkan terjadi pada hari Selasa lalu saat anggota komunitas etnis Oromo menggelar aksi protes menuntut hak untuk mencari suaka. Keesokan harinya, UNHCR merilis sebuah pernyataan ikut berbelasungkawa atas insiden itu. UNHCR menyatakan insiden itu terjadi akibat insiden kekerasan tanpa memberi informasi bagaimana hal itu bisa terjadi.
"UNHCR sangat menyayangkan insiden tragis yang menimpa seorang pencari suaka Oromo Ethiopia pada tanggal 26 Juli 2016, menyusul insiden kekarasan di luar kantor UNHCR di Kairo," bunyi pernyataan itu.
"Korban adalah seorang ibu dari dua orang anak dan UNHCR ingin memberikan ucapan belasungkawa yang tulus untuk keluarga dan teman-teman atas rasa kehilangan mereka," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari laman Al Araby, Jumat (29/7/2016).
Pernyataan lain menyatakan bahwa pasca kejadian itu kantor UNHCR ditutup dan belum diketahui kapan akan dibuka kembali. Sedangkan aksi protes yang terjadi merupakan bagian dari upaya terus menerus yang dilakukan oleh para pengungsi di Mesir untuk menuntut pengakuan UNHCR atas hak-hak mereka dan perlakukan yang adil.
Per Desember 2015, Mesir adalah tuan rumah untuk lebih dari 180.000 pengungsi dari seluruh wilayah, terutama dari Suriah, Sudan, Ethiopia, Eritrea, dan Irak, menurut UNHCR. Pencari suaka di Mesir sering menunggu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk memiliki dokumen mereka diproses untuk pemukiman kembali atau tetap di Mesir. Berdasarkan nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Mesir pada tahun 1953, UNHCR bertanggung jawab untuk mendaftar dan menentukan status pengungsi di negara ini.
(ian)