Kembali Mesra, Rusia Bisa Rusak Hubungan Harmonis Turki-NATO
A
A
A
WASHINGTON - Direktur Badan Intelijen Amerika Serikat (AS), CIA, James Clapper mengatakan bahwa Rusia bisa memecah belah Turki dan NATO memanfaatkan kudeta berdarah yang gagal. Saat ini, hubungan kedua negara telah kembali mesra setelah sempat bersitegang selama beberapa bulan.
“Saya pikir Putin, akan menjadi oportunis seperti biasanya, jika dia bisa melihat cara untuk membuat perpecahan antara Turki dan Barat, khususnya Turki dan NATO,” kata Clapper pada Forum Keamanan Aspen seperti dikutip dari laman Sputnik, Jumat (29/7/2016).
Namun, Clapper melanjutkan dengan mengatakan bahwa strategi tersebut tidak akan berhasil karena Turki menikmati jaminan keamanan dan perlindungan yang diberikan oleh NATO, aliansi keamanan bentukan AS.
“Saya pikir Rusia akan melanjutkan pariwisatanya ke Turki dan banyak sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Rusia akan dimatikan,” tambah Clapper.
Turki dan Rusia mengakhiri ketegangan selama tujuh bulan terakhir pada akhir Juni lalu ketika Erdogan menulis surat kepada Putin di mana ia meminta maaf atas jatuhnya pesawat Su-24 Rusia oleh jet Turki pada November 2015 lalu.
Setelah itu, kedua kepala negara itu diharapkan akan bertemu di St. Petersburg pada 9 Agustus mendatang untuk pertama kalinya sejak hubungan bilateral mereka memburuk.
“Saya pikir Putin, akan menjadi oportunis seperti biasanya, jika dia bisa melihat cara untuk membuat perpecahan antara Turki dan Barat, khususnya Turki dan NATO,” kata Clapper pada Forum Keamanan Aspen seperti dikutip dari laman Sputnik, Jumat (29/7/2016).
Namun, Clapper melanjutkan dengan mengatakan bahwa strategi tersebut tidak akan berhasil karena Turki menikmati jaminan keamanan dan perlindungan yang diberikan oleh NATO, aliansi keamanan bentukan AS.
“Saya pikir Rusia akan melanjutkan pariwisatanya ke Turki dan banyak sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Rusia akan dimatikan,” tambah Clapper.
Turki dan Rusia mengakhiri ketegangan selama tujuh bulan terakhir pada akhir Juni lalu ketika Erdogan menulis surat kepada Putin di mana ia meminta maaf atas jatuhnya pesawat Su-24 Rusia oleh jet Turki pada November 2015 lalu.
Setelah itu, kedua kepala negara itu diharapkan akan bertemu di St. Petersburg pada 9 Agustus mendatang untuk pertama kalinya sejak hubungan bilateral mereka memburuk.
(ian)