Tersangka Bom Istanbul Buron Rusia yang Diberi Suaka Austria
A
A
A
ISTANBUL - Salah satu tersangka bom bunuh di Bandara Ataturk Istanbul, Turki adalah Ahmed Chataev, pria Rusia asal Chechnya. Pria itu sudah lama jadi buron aparat Rusia atas kasus terorisme namun diberi suaka di Austria dengan status sebagai pengungsi.
Pemberian suaka itu membuat Chataev sulit diekstradisi ke Rusia yang sudah memintanya sejak 2010. Korban tewas akibat serangan tiga bom bunuh diri dan penembakan brutal di Bandara Ataturk Istanbul hingga kini mencapai 44 orang dan ratusan lainnya terluka.
Sejumlah media Turki pada Jumat (1/7/2016) mengutip sumber polisi mengatakan Chataev, warga Rusia asal Chechnya telah bergabung dengan kelompok Islamic State (ISIS) pada tahun 2015 dan ikut beperang di Suriah.
Baca:
Pengebom Bandara Istanbul Berpaspor Rusia, Uzbekistan dan Kirgistan
Awal tahun ini, surat kabar Rusia Kommersant pernah mengulas sosok Chataev dengan mengutip Wakil Ketua Komite Investigasi Rusia, Andrey Przhezdomsky. Menurutnya, Chataev ditugaskan sebagai peran utama dalam pelatihan ekstremis yang kemudian akan melakukan serangan teroris di Rusia dan Eropa Barat.
Di Suriah, lanjut Przhezdomsky, Chataev juga memerintah unit yang terdiri para imigran Kaukasus Utara. Chataev bergabung militan separatis yang berperang melawan Rusia dalam Perang Chechnya antara tahun 1999 dan 2000, di mana dia kehilangan lengan. Kemudian, dia dianggap sebagai wakil dari Dokka Umarov, teroris nomor satu di Rusia.
Ketika meminta suaka di Austria, Chataev berdalih bahwa dia kehilangan lengan karena disiksa di penjara Rusia. Dia juga mengaku dianiaya oleh pihak berwenang Rusia.
Pada tahun 2008, dia ditahan dengan beberapa warga Chechnya lainnya di Kota Trelleborg, Swedia, setelah polisi menemukan senjata Kalashnikov, bahan peledak dan amunisi di dalam mobilnya. Akibatnya, dia menghabiskan lebih dari satu tahun di penjara Swedia.
Pada tahun 2010, Chataev ditangkap di Ukraina dengan file telepon genggamnya berisi pembongkaran teknik instruksi dan foto dari orang yang tewas dalam sebuah ledakan. Rusia meminta ekstradisi pria itu atas tuduhan terkait terorisme. Tetapi Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia memerintahkan Ukraina tidak menyerahkan dia ke Rusia.
Setahun kemudian, dia sekali lagi ditahan karena melintasi perbatasan antara Turki dan Bulgaria. Tapi, dia lagi-lagi terhidar dari upaya ekstradisi yang dilakukan Rusia karena dihalangi organisasi HAM dengan menekankan bahwa Chataev memiliki status sebagai pengungsi di Austria sehingga tidak bisa dikirim ke Rusia.
Baca juga:
Wajah Pengebom Bandara Istanbul Terekam Kamera
Antara 2012 dan 2015, Chataev dilaporkan tinggal di Georgia, di mana ia juga bergabung dengan beberapa kelompok teroris dan menjalani hukuman penjara atas tuduhan terkait terorisme.
Pada bulan Februari 2015, dia meninggalkan Georgia menuju Suriah, di mana dia bergabung dengan ISIS. Pada bulan Oktober 2015, Departemen Kehakiman AS memasukkan Chataev ke daftar teroris karena keterlibatannya dalam perekrutan ekstremis.
Pemberian suaka itu membuat Chataev sulit diekstradisi ke Rusia yang sudah memintanya sejak 2010. Korban tewas akibat serangan tiga bom bunuh diri dan penembakan brutal di Bandara Ataturk Istanbul hingga kini mencapai 44 orang dan ratusan lainnya terluka.
Sejumlah media Turki pada Jumat (1/7/2016) mengutip sumber polisi mengatakan Chataev, warga Rusia asal Chechnya telah bergabung dengan kelompok Islamic State (ISIS) pada tahun 2015 dan ikut beperang di Suriah.
Baca:
Pengebom Bandara Istanbul Berpaspor Rusia, Uzbekistan dan Kirgistan
Awal tahun ini, surat kabar Rusia Kommersant pernah mengulas sosok Chataev dengan mengutip Wakil Ketua Komite Investigasi Rusia, Andrey Przhezdomsky. Menurutnya, Chataev ditugaskan sebagai peran utama dalam pelatihan ekstremis yang kemudian akan melakukan serangan teroris di Rusia dan Eropa Barat.
Di Suriah, lanjut Przhezdomsky, Chataev juga memerintah unit yang terdiri para imigran Kaukasus Utara. Chataev bergabung militan separatis yang berperang melawan Rusia dalam Perang Chechnya antara tahun 1999 dan 2000, di mana dia kehilangan lengan. Kemudian, dia dianggap sebagai wakil dari Dokka Umarov, teroris nomor satu di Rusia.
Ketika meminta suaka di Austria, Chataev berdalih bahwa dia kehilangan lengan karena disiksa di penjara Rusia. Dia juga mengaku dianiaya oleh pihak berwenang Rusia.
Pada tahun 2008, dia ditahan dengan beberapa warga Chechnya lainnya di Kota Trelleborg, Swedia, setelah polisi menemukan senjata Kalashnikov, bahan peledak dan amunisi di dalam mobilnya. Akibatnya, dia menghabiskan lebih dari satu tahun di penjara Swedia.
Pada tahun 2010, Chataev ditangkap di Ukraina dengan file telepon genggamnya berisi pembongkaran teknik instruksi dan foto dari orang yang tewas dalam sebuah ledakan. Rusia meminta ekstradisi pria itu atas tuduhan terkait terorisme. Tetapi Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia memerintahkan Ukraina tidak menyerahkan dia ke Rusia.
Setahun kemudian, dia sekali lagi ditahan karena melintasi perbatasan antara Turki dan Bulgaria. Tapi, dia lagi-lagi terhidar dari upaya ekstradisi yang dilakukan Rusia karena dihalangi organisasi HAM dengan menekankan bahwa Chataev memiliki status sebagai pengungsi di Austria sehingga tidak bisa dikirim ke Rusia.
Baca juga:
Wajah Pengebom Bandara Istanbul Terekam Kamera
Antara 2012 dan 2015, Chataev dilaporkan tinggal di Georgia, di mana ia juga bergabung dengan beberapa kelompok teroris dan menjalani hukuman penjara atas tuduhan terkait terorisme.
Pada bulan Februari 2015, dia meninggalkan Georgia menuju Suriah, di mana dia bergabung dengan ISIS. Pada bulan Oktober 2015, Departemen Kehakiman AS memasukkan Chataev ke daftar teroris karena keterlibatannya dalam perekrutan ekstremis.
(mas)