Cameron: Inggris Tidak Akan Kembali ke UE
A
A
A
LONDON - Perdana Menteri Inggris David Cameron menuturkan negaranya harus melangkah maju, dan menepis semua kemungkinan untuk kembali ke Uni Eropa (UE). Menurut Cameron, sangat sulit bagi Inggris untuk kembali ke UE.
Cameron mengatakan, saat ini yang harus dipikirkan Inggris bukanlah untuk mencari cara kembali ke UE. Tapi, yang harus dipikirkan adalah bagaimana membina hubungan yang baik dengan UE, dan negara Eropa lainnya.
"Saya telah mengerahkan semua yang bisa untuk menjaga Inggris tetap di UE dan saya tidak berhasil. Ketika Anda kehilangan, Anda harus mengatakan benar saya sudah kehilangan argumentasi itu, saya sudah kehilangan itu, perdebatan dan hak untuk menyerahkan kepada orang lain, yang bisa membawa negara ini terus maju," ucap Cameron.
"Sekarang, tentu saja saya sedih tentang itu, tapi terus terang saya lebih peduli tentang Inggris mendapatkan hubungan yang baik dengan Eropa," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Rabu (29/6).
Inggris sendiri sejatinya belum resmi keluar dari organisais terbesar. Masih dibutuhkan waktu berbulan-bulan, atau mungkin tahun untuk merampungkan proses keluarnya Negeri Tiga Singa itu dari UE.
Cameron mengatakan, saat ini yang harus dipikirkan Inggris bukanlah untuk mencari cara kembali ke UE. Tapi, yang harus dipikirkan adalah bagaimana membina hubungan yang baik dengan UE, dan negara Eropa lainnya.
"Saya telah mengerahkan semua yang bisa untuk menjaga Inggris tetap di UE dan saya tidak berhasil. Ketika Anda kehilangan, Anda harus mengatakan benar saya sudah kehilangan argumentasi itu, saya sudah kehilangan itu, perdebatan dan hak untuk menyerahkan kepada orang lain, yang bisa membawa negara ini terus maju," ucap Cameron.
"Sekarang, tentu saja saya sedih tentang itu, tapi terus terang saya lebih peduli tentang Inggris mendapatkan hubungan yang baik dengan Eropa," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya pada Rabu (29/6).
Inggris sendiri sejatinya belum resmi keluar dari organisais terbesar. Masih dibutuhkan waktu berbulan-bulan, atau mungkin tahun untuk merampungkan proses keluarnya Negeri Tiga Singa itu dari UE.
(esn)