Turki Peringatkan Peningkatan Xenophobia Eropa Pasca Brexit
A
A
A
ANKARA - Para pejabat Turki beramai-ramai berkomentar soal hengkangnya Inggris dari Uni Eropa (UE) pasca hasil referendum menunjukkan kemenangan kelompok Brexit. Mereka menilai, politisi Eropa gagal untuk mengatasi meningkatnya pandangan xenophobia dan anti imigran.
"Fragmentasi Uni Eropa telah dimulai. Inggris adalah yang pertama meninggalkan kapal," tulis Wakil Perdana Menteri Nurettin Canikli di Twitter seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (25/6/2016).
Sedangkan Menteri Turki Urusan UE, Omer Celik mengatakan, kampanye Inggris telah dirusak oleh Islamophobia dan sentimen anti-Turki yang didorong oleh politisi mainstream. "Ini telah menjadi proses mengkhawatirkan di mana politisi utama mengandalkan retorika kanan ini terlalu banyak," kata Celik dalam konferensi pers.
Sementara Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan, Uni Eropa harus mencerminkan kehati-hatian pada orang Inggris dan merangkul kebijakan yang lebih inklusif. Pejabat Turki lainnya, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan pembesaran dan integrasi kebijakan Uni Eropa telah gagal.
Kendati begitu, hubungan perdagangan antara Turki dengan Inggris dan UE tetap kuat. Inggris adalah pasar terbesar kedua Turki pada tahun 2015, dengan USD 10.500.000.000 senilai ekspor dan volume perdagangan total USD 16 miliar.
Menteri Ekonomi Nihat Zeybekci mengatakan, Turki akan terus mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan dan memperkuat investasi, perdagangan luar negeri dan hubungan keuangan dengan Inggris.
"Fragmentasi Uni Eropa telah dimulai. Inggris adalah yang pertama meninggalkan kapal," tulis Wakil Perdana Menteri Nurettin Canikli di Twitter seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (25/6/2016).
Sedangkan Menteri Turki Urusan UE, Omer Celik mengatakan, kampanye Inggris telah dirusak oleh Islamophobia dan sentimen anti-Turki yang didorong oleh politisi mainstream. "Ini telah menjadi proses mengkhawatirkan di mana politisi utama mengandalkan retorika kanan ini terlalu banyak," kata Celik dalam konferensi pers.
Sementara Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan, Uni Eropa harus mencerminkan kehati-hatian pada orang Inggris dan merangkul kebijakan yang lebih inklusif. Pejabat Turki lainnya, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan pembesaran dan integrasi kebijakan Uni Eropa telah gagal.
Kendati begitu, hubungan perdagangan antara Turki dengan Inggris dan UE tetap kuat. Inggris adalah pasar terbesar kedua Turki pada tahun 2015, dengan USD 10.500.000.000 senilai ekspor dan volume perdagangan total USD 16 miliar.
Menteri Ekonomi Nihat Zeybekci mengatakan, Turki akan terus mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan dan memperkuat investasi, perdagangan luar negeri dan hubungan keuangan dengan Inggris.
(ian)