Indonesia, Saudi dan Uni Eropa Cari Solusi untuk Palestina
A
A
A
JAKARTA - Indonesia, Arab Saudi, Uni Eropa (UE) dan Swedia sepakat berasama-sama mencari cara untuk bisa menyelesaikan masalah Palestina dan Israel.
Kesepakatan itu muncul saat Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, menghadiri pertemuan di Paris.
“Di sela-sela pertemuan Paris pada tanggal 3 Juni, saya melakukan beberapa pertemuan bilateral dengan Arab Saudi, dengan UE, dengan Swedia, dan dengan beberapa negara lainnya. Dengan tiga negara tersebut pada intinya kami membahas bagaimana upaya kami bisa memberikan kontribusi terhadap proses perdamaian yang hendak dilakukan,” katanya, Senin (6/6/2016).
Menurutnya, Indonesia dan sejumlah negara lainnya telah sepakat bahwa proses perdamaian antara Palestina dan Israel harus kembali dimulai dalam waktu dekat. Karena, semakin lama tertunda maka situasi akan terus memburuk.
"Kita tahu bahwa sudah cukup lama, sejak 2014 sudah tidak ada negosiasi lagi antara Palestina dan Israel, dan kita sadar kemandekkan tersebut membuat kita bisa mengatakan begini. Karena kemandekkan ini kita lihat bahwa situasi di lapangan semakin memburuk, dengan terus berlanjutnya pembangunan ilegal oleh Israel. Oleh karena itu, semua sepakat bahwa negosiasi harus segera dimulai kembali,” ujarnya.
Konferensi perdamaian di Paris setidaknya dihadiri oleh 20 negara, termasuk di dalamnya anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB dan kuartet Timur Tengah. Konferensi ini sendiri merupakan konferensi persiapan menjelang konferensi damai sesungguhnya yang rencananya akan digelar pada paruh kedua 2016.
Kesepakatan itu muncul saat Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, menghadiri pertemuan di Paris.
“Di sela-sela pertemuan Paris pada tanggal 3 Juni, saya melakukan beberapa pertemuan bilateral dengan Arab Saudi, dengan UE, dengan Swedia, dan dengan beberapa negara lainnya. Dengan tiga negara tersebut pada intinya kami membahas bagaimana upaya kami bisa memberikan kontribusi terhadap proses perdamaian yang hendak dilakukan,” katanya, Senin (6/6/2016).
Menurutnya, Indonesia dan sejumlah negara lainnya telah sepakat bahwa proses perdamaian antara Palestina dan Israel harus kembali dimulai dalam waktu dekat. Karena, semakin lama tertunda maka situasi akan terus memburuk.
"Kita tahu bahwa sudah cukup lama, sejak 2014 sudah tidak ada negosiasi lagi antara Palestina dan Israel, dan kita sadar kemandekkan tersebut membuat kita bisa mengatakan begini. Karena kemandekkan ini kita lihat bahwa situasi di lapangan semakin memburuk, dengan terus berlanjutnya pembangunan ilegal oleh Israel. Oleh karena itu, semua sepakat bahwa negosiasi harus segera dimulai kembali,” ujarnya.
Konferensi perdamaian di Paris setidaknya dihadiri oleh 20 negara, termasuk di dalamnya anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB dan kuartet Timur Tengah. Konferensi ini sendiri merupakan konferensi persiapan menjelang konferensi damai sesungguhnya yang rencananya akan digelar pada paruh kedua 2016.
(mas)