Gara-gara ISIS, Parasit Pemakan Daging Menyebar di Timur Tengah

Minggu, 29 Mei 2016 - 17:45 WIB
Gara-gara ISIS, Parasit...
Gara-gara ISIS, Parasit Pemakan Daging Menyebar di Timur Tengah
A A A
DAMASKUS - Parasit pemakan daging manusia yang semula muncul di Suriah kini menyebar di sejumlah negara di Timur Tengah. Tim medis Kurdi menyatakan, parasit ini muncul karena kelompok ISIS membuat mayat manusia di jalan-jalan tanpa dikubur.

Di dunia medis, parasit berbahaya ini dikenal sebagai Leishmaniasis. Penyakit ini disebarkan oleh gigitan lalat pasir.

Penyakit tersebut sering terdeteksi di wajah dan sulit diobati. Menurut peta yang dirilis tim medis di Timur Tengah, parasit ini selain menyebar di Suriah juga sudah merambah ke Yordania, Irak, Libanon dan Turki.

Semula parasit Leishmaniasis hanya muncul di wilayah yang diduduki ISIS seperti di Raqqa, Deir ez-Zour dan Hasakeh. Kelompok Bulan Sabit Merah Kurdi menyalahkan kelompok Islamic State (ISIS) atas munculnya penyakit tersebut.

Di Turki, ada laporan sejumlah kasus parasit Leishmaniasis menjangkiti para pengungsi Nizip, Turki selatan.

Gara-gara ISIS, Parasit Pemakan Daging Menyebar di Timur Tengah


Dr Waleed Al-Salem, penulis dan peneliti di Liverpoll School of Tropical Medicine, berbicara kepada MailOnline, tentang penyebaran parasit Leishmaniasis.

”Ini situasi yang sangat buruk. Penyakit ini (tak hanya) telah menyebar secara dramatis di Suriah, tetapi juga ke negara-negara (tetangga) seperti Irak, Libanon, Turki dan bahkan ke Eropa selatan dengan pengungsi yang datang,” katanya yang dilansir Minggu (29/5/2016).

”Ada ribuan kasus di wilayah ini tetapi masih dipandang sebelah mata karena tidak ada yang bisa menghitung jumlah pasti orang yang terkena dampak,” ujarnya.

”Ketika orang digigit oleh lalat pasir—yang kecil dan lebih kecil dari nyamuk—dapat mengambil apa-apa antara dua sampai enam bulan untuk menjadi infeksi,” imbuh dia.

”Jadi seseorang mungkin telah mengangkatnya di Suriah, tapi kemudian mereka mungkin telah melarikan diri ke Libanon atau Turki, atau bahkan ke Eropa karena mereka berlindung.”

Peter Hotez, dekan National School of Tropical Medicine, menambahkan: "Kami perlu untuk membunyikan ‘pagar’ mereka atau risiko lain seperti Ebola yang keluar dari zona konflik di Afrika Barat pada tahun 2014,”

“Kami hanya mendapatkan sekilas situasi dari pengungsi yang melarikan diri dari zona konflik dan akan (menghuni) kamp di Yordania, Libanon, dan Turki,” katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0973 seconds (0.1#10.140)